/0/17449/coverbig.jpg?v=00687bd865c6eb589436991eaca674c9)
"Om Singa ini kenapa sih, Baby itu serius Ayo pacaran sama Baby, Baby belum pernah pacaran tau, Baby sangat penasaran seperti apa pacaran itu." ~Kharisma Baby Arganda~ "Baby pacaran itu di dasari rasa sayang dan cinta, bukan main-main, lagi pula kamu masih sekolah." ~Rega Pradipta~ "Baby sayang kok sama Om Singa, Baby juga cinta, kata Luna kalau jantung Baby berdebar setiap dekat dengan Om Singa itu karena Baby cinta sama Om Singa." Rega benar-benar tak habis pikir dengan adik temannya itu. Bagaimana bisa dia memacari Baby yang masih berstatus pelajar. "Baby, perbedaan usia kita sangat jauh, kamu juga masih sekolah." "Oh ayolah Om, umur hanyalah angka."
"Kharisma Baby Arganda bangun! Sudah jam berapa ini!" Suara teriakan wanita peruh baya memekakan telinga seluruh penghuni rumah. itu hal biasa yang terjadi setiap harinya. Para anggota keluarga rumah itu pun sudah kenal akan teriakan wanita paruh baya itu setiap pagi.
"Lima menit lagi Ma." Lirih gadis cantik yang masih setia bergelung di bawah selimut bebulunya .
"No! Baby cepat bangun!" teriak Anina_Ibu Baby.
"Iya-iya tapi Baby gak mau bawa bekel ke sekolah."Rengek Baby dengan wajah di buat sememelas mungkin.
"Penawaran macam apa itu Baby?!" sura bariton lelaki masuk ke dalam kamar bernuansa merah muda itu.
"Abang~" Baby seketika bangun dan memeluk tubuh kekar lelaki tampan berusia dua puluh lima tahun itu.
"Bang Ken, Baby gak mau bawa bekel, bilangin Mama ya, Baby 'kan pengen makan di kantin Mbok Nai." Ujar gadis cantik dan imut bermata bulat seperti boneka itu.
"Hhari ini Baby gak apa-apa, gak bawa bekel, tapi besok harus bawa."
"Hhhh selalu begitu." Keluh Baby dengan bibir maju beberapa senti.
Kenan gemas sendiri melihat tingkah sang adik. "Ayo cepat bangun, dan mandi. Abang tunggu di bawah."
Baby pun hanya menurut saja. Baby memang selalu menurut apa kata Abang pertamanya itu, Kenan memang baik, sangat baik , memanjakan Baby, namun ia juga tau caranya membuat Baby takut, hanya dengan suara tingginya.
Kenan adalah Kakak laki-laki pertama Baby, di usianya yang muda lelaki itu sudah menjadi seorang CEO.
Kharisma Baby Arganda, adalah gadis muda berusai 17 tahun yang masih duduk di bangku senior high school. Kerap di panggil Baby, sangat cocok dengan pemilik nama itu, badan Baby mungil, dengan wajah cantik bak boneka Barbie , matanya bulat, bibir kecil, dan hidung mancung minimalis.
Baby di treet like a queen di keluarga Arganda. Ia anak bungsu dari pasangan Agam Arganda dan Anina Arganda. Baby memiliki dua Kakak laki-laki, yang pertama bernama Kenan Arganda Putra, seorang lelaki tampan berprofesi sebagai CEO muda. Kakak keduanya juga laki-laki bernama Gentala Arganda, Gentala masih kuliah di salah satu universitas ternama di Indonesia. Gentala meruakan pemain basket ternama di kampusnya.
"Baby, datang!" suara Baby, membuat semua yang berada di meja makan menoleh ke arah gadis periang yang kini sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Baby! Kenapa dengan bibir mu itu?" tegur sang Mama dengan mata melotot saat melihat bibir Baby berwarna merah. Tidak seperti biasanya.
Baby tersenyum menunjuk bibirnya sendiri. "Ah ini? Baby pakai lipstick Mama, kata teman Baby cewek itu harus pakai lipstick biar terlihat dewasa, jadi Baby pakai lipstick juga agar terlihat dewasa." Dengan polosnya gadis itu berucap. Membuat keempat orang yag mendengar menggeleng-gelengkan kepala pasrah. Baby ini memang sangat terlampau polos, itu sebabnya ia selalu di perlakuakn posesif oleh keluarganya sendiri.
Hpppf!
Gentala menahan tawanya melihat Baby, bahkan gadis itu memakai lipstick sampai belepotan. Maklum Baby tidak pernah memoles wajahnya dengan make-up . Tentu saja karena keluarganya yang melarang.
"Baby sini!" panggil Kenan, tangannya meraih tissue.
"Jangan di hapus Bang Ken, Baby susah payah tau pakainya." Tolak Baby menutup bibirnya dengan tangan, saat tahu Ken akan menghapus lipstiknya. Gadis itu memandang dengan mata penuh permohonan.
"Baby, itu tidak baik di pakai anak sekolah seperti kamu, hapus Nak." Agam buka suara dengan sangat lembut. Lelaki itu memang sangat menyayangi Putri kecilnya itu, bahkan ia tak pernah berkata kasar sedikit pun pada Putri kesayangannya itu.
"Tapi Pa."
"Baby gak ada tapi-tapian, sini!" Suara dingin Kenan mebuat Baby mau tidak mau maju melangkah mendekati abangnya itu.
Kenan mendudukkan Baby di pangkuannya, tak peduli jika pakainnya sendiri akan lecek dan kumal.
Dengan lembut lelaki itu menghapus bibir Baby dengan tissue, hingga lipstick merah itu tak ada lagi di bibir kecil Baby.
"Kamu itu sudah cantik tanpa apapun, jangan pakai itu lagi, paham?"beritahu Kenan penuh penekanan.
"Pa-paham, tapi 'kan Baby juga pengen jadi dewasa Bang Ken." Sahut Baby dengan suara lemah.
"Baby."
"Iya iya baiklah." Sahut Baby cepat, lalu bangkit dari pangkuan Ken, beralih duduk di pangkuan Tala.
"Bang Tala, Baby mau di suap." Rengeknya manja. Gentala tersenyum, mengecup sayang pipi Baby, lalu mengambil nasi goreng yang telah di siapkan Anina untuk Baby.
"Aaaa buka mulutnya Sayang."
Baby dengan lahap makan di suap oleh Gentala, pemandangan itu sudah biasa di kediaman Arganda. Tak cuma dengan Gentala Baby sering minta di suap. Sama Kenan dan Agam pun sering, ia hanya tak berani minta di suap oleh sang Mama.
"Baby, Abang mu juga mau makan, turun Syang."Suruh Anina.
"Kan Abang juga bisa makan sambil suap Baby."Jawab gadis itu tak ingin turun dari pangkuan Gentala.
"Baby sama Abang Ken aja, Abang udah selesai, biarkan Bang Talanya sarapan." Panggil Kenan menepuk pahanya sendiri, menyuruh Baby berpindah tempat.
"Oke Abang es nya Baby." Baby dengan senang hati berpindah duduk ke pangkuan Kenan. Tala hanya bisa geleng-geleng dengan tingkah sang adik. Leaki itu pun melanjutkan sarapannya.
Setelah sarapan bersama seperti biasa Anina akan mengantarkan anggota keluarganya sampai teras rumah.
"Sayang aku berangkat dulu, ada apa-apa cepat hubungi aku." Pamit Agam, selalu seperti itu, Anina bahkan hapal kalimat itu. Kalian ya yang selalu sama di ucapkan Agam setiap paginya.
"Iya Mas."
Cup!
Agam mengecup kening sang istri.
"Ma, Ken juga berangkat."
Cup!
Kenan mengecup sayang pipi kanan Anina.
"Tala juga Ma, kayakanya Tala hari ini pulang agak sorean ya Ma, ada latihan basket soalnya." Pamit Tala memeluk sang Mama. Lalu mengecup pipi kiri wanita itu.
"Iya kalian hati-hati, ingat pesan Mama."
"Iya Ma." Sahut kedua lelaki tampan itu.
"Baby mau berangkat sama siapa Sayang?" tanya Agam pada sang Putri.
"Baby mau berangkat sama Bang Ken, Bang Ken bisa 'kan anterin Baby?" tanya gadis mungil itu mendongak menatap Abangnya yang menjulang tinggi.
Kenan tersneyum, lalu mengecup sayang kepala sang adik. "Iya Abang selalu bisa kalau urusannya sama Baby."
Baby bersorak riang. "Yeey, sayang Abang Ken banyak-banyak." Gadis cantik itu memeluk erat tubuh tegap Kenan yang terbalut jas.
"Bang Tala gak di sayang By?" tanya Tala dengan wajah di buat merajuk.
Baby terkikik geli, lalu menubruk tubuh lelaki tampan itu, tinggi Tala hanya beda sedikit dari Kenan.
"Baby juga sangat amat sayang Abang Tala."
"Abang juga sayang sama kamu." Sahut Tala mengecup sayang kening sang adik.
"Hei sudah-sudah, nanti kalian telat." Suara sang Mama menghentikan drama sayang-sayangan anak-anaknya itu.
"Mama Baby berangkat ya, Mama hati-hati loh di rumah sendirian, takut nanti ada hihihi."ucap Baby menirukan suara ketawa hantu kuntilanak, yang malah lucu di telinga keluarganya .
"Heh kamu itu! Awas ya, nanti jajannya Mama potong loh!" Ancam Anina, tentu saja hanya bercanda.
"Ih Mama mainnya ngancem deh." Kesal Baby mengerucutkan bibirnya kesal.
"Sudah ayo, masuk." Kenan membukakan pintu mobil untuk kesayangannya itu.
"Bye Ma, love you." Teriak Baby melambaikan tangannya pada sang Mama.
"Bye Sayang, janga nakal ya."
"Siap Ibu Negara!" Kenan, Agam dan Tala hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah random Baby. Dua mobil dan satu motor itu pun pergi bersamaan. Tala memang memakai motor jika ia tidak mengantar Baby ke sekolah.
**
"Bang Ken, hati-hati yaahh. Oh ya, nanti Baby mau main ke kantor Abang sehabis pulang, soalnya 'kan Abang Tala hari ini latihan basket, Baby gal ada temannya, boleh ya Bang?" rengek Baby sebelum turun dari mobil Kenan.
Kenan mengangguk sembari mengusap sayang surai hitam milik Baby.
"Boleh nanti Abang jemput ya?"
Senyum Baby semakin merekah saja mendengarnya. "Terimakasih Abang es-nya Baby, love you Abang."
"Love you too sayang, uang jajannya ada 'kan? Mama gak potong uang Jajan kamu?" tanya Kenan.
"Enggak Bang, ada kok masih, tadi malam juga Bang Tala baru kasih Baby uang, karena Bang Tala lagi dapet rezeki katanya." Cerita Baby antusias.
"Menang tournament lagi?" tanya Kenan.
Baby mengangguk. Gentala memang belum bekerja, tapi masalah uang jangan di ragukan lagi lelaki itu mempunyai uang dari hasil hoby nya itu.
"Gak mau Abang tambahin lagi jajannya?" tanya Kenan.
"Ih Abang mah kebiasaan, kalau niat kasih sih gak bakal nanya dulu." Sindir Baby.
Kenan terkekeh. "Ya udah ini ambil, buat Baby makan, hari ini Baby gak baa bekel kan? Tapi ingat jangan makan mie instan dan yang pedes-pedes."
"Siap Kapten. Terimakasih." Baby menyambut uang seratus ribu lima lembar dari Kenan, lalu mengecup singat pipi lelaki itu sebelum keluar mobil.
"Bye Bang, hati-hati ya."
"Kamu jangan nakal."
"Siap." Baby berlari masuk ke dalam gedung sekolahnya yang sangat besar.
'Asiss bocah itu sealau saja berlari.' Batin Kenan menjalankan mobilnya pergi.
***
Jam pulang sekolah telah usai, Baby menelpon sang Mama untuk memberi tahu jika ia akan ke kantor Kenan, jadi Pak Supri_supir pribadi keluarga Arganda tak perlu menjemputya.
"Ih Abang Ken kemana sih? Katanya mau jemput, udah lima menit nih, nanti adeknya lumutan di sini baru dia tau rasa." Celoteh Baby menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Tak lama terlihat mobil Kenan, membuat senyum Baby merekah. Namun senyum itu seketika pudar melihat bukanlah Abangnya yang turun dari mobil itu.
"Loh Om Jo? Abangnya Baby mana?" tanya Baby dengan wajah yang sudah di tekuk. Serta tangan bersedekap di dada.
"Non Princes, Pak Kenannya sedang ada pertemuan penting jadi tidak bisa menjemput Nona, maka dari itu saya yang di tugaskan untuk menjemput Nona." Jelas Johan asisten pribadi Kenan.
"Oh begitu rupanya, pantas saja, ya sudah ayo berangkat." Baby langsung masuk ke dalam mobil setelah di buka kan oleh Jo.
"Terimakasih Om Jo yang kumisnya jelek."
Johan tertawa, dia sudah terbiasa dengan sikap jahil adik majikannya itu, dan ia cukup terhibur akan kehadiran Baby.
***
Tak lama mobil itu pun sampai di basement perusahaan milik Kenan. Kenan memang sudah memupunyai perusahaan sendiri dengan hasil kerja kerasnya sendiri di usianya yang masih terbilang muda. Sungguh keren kan? Othor sih pengen jadi istrinya Kenan, upss, bercyandaaak ... bercyandaak ....
"Om Jo, Baby duluan ya." teriak Baby yang sudah berlari meninggalkan Johan sendiri.
"Jangan lari-lari Nona." Teriak Johan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sosok gadis yang masih mengenakan seragam itu sudah berlarian bagai anak kecil masuk kedalam gedung besar itu.
"Apa lihat-lihat, Baby cantik kan?!"Imbuh Baby ketika masuk mendapati tatapan tak suka dari resepsionis. Wanita resepsionis itu hanya menahan kesalnya, ia cukup sadar diri untuk tidak melawan sosok gadis kecil di hadapannya itu. Jika ingin masih ingin bekerja di sana.
"Jaga dong matanya, kalah cantik 'kan sama Baby. Wleee!" setelah menjulurkan lidahnya Baby langsung kembali berlari masuk ke dalam lift khusus untuk abangnya itu.
"Di mana Kak Nara?" heran Baby ketika sampai di hadapan ruangan sang Abang tak mendapati sosok Nara, wanita cantik yang menjadi seketaris Kenan itu.
Brak!
"Abang Baby dat- upss sorry." Gadis yang sudah membuka pintu dengan kasar itru langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangan, setelah melihat ada orang lain di dalam ruangan sang abang.
"Maaf, gak tau kalau ada tamu." Cicit Baby malu, dan tak enak hati. Apalagi mendapati tatapan tajam dari tamu sang abang.
"Baby, kemarilah." Suara Kenan terdengar lembut, itu artinya lelaki itu tidak marah padanya, membuat Baby bernafas lega. Baby dengan pelan menghampiri Kenan yang duduk berdampingan dengan Nara di sofa, sedangkan di hadapan Kenan ada lelaki tampan yang sepertinya usianya itu tidak jauh dari Kenan, lelaki itu duduk berdampingan dengan seorang lelaki berkacamata.
"Ga, kau sudah kenal adek ku ini kan?"
Lelaki di hadapan Kenan itu memperhatikan Baby yang malah bergelut manja di lengan sang kakak, gadis kecil itu sudah duduk di tengah-tengah antara Nara dan Kenan.
"Yang aku tau adek mu seorang lelaki, Gantala." Sahut lelaki itu.
"Kau kelamaan di London sepertinya." Sahut Kenan terkekeh.
Lelaki berwajah datar itu ikut terkekeh namun tak hayal pandangannya sesekali menatap Baby yang sibuk bergelayut manja di lengan Kenan.
"Abang, Baby laper tau." Bisik Baby, namun masih dapat terdengar oleh semua orang.Maklum berbisik kata Baby itu sama saja bicara normal bagi orang lain.
"Ekhem! Berhubung sudah tidak ada lagi yang kita bahas, dan mengenai dokumen tanda tangan itu akan di urus seketarisku." Ujar lelaki di hadapan Kenan itu, sepertinya ia sadar diri setelah mendengar bisiskan nyaring Baby tadi.
"Oke baiklah, kalau begitu, bagaimana jika kita makan siang bersama?" tawar Kenan.
Lelaki berwajah datar dan tampan itu menatap arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ini bahkan sudah lewat dari jam makan siang."
Kenan terkekeh. "Tidak usah makan, bagaiman a dengan ngopi?"
"Hm, baiklah!"
"Baby, ayo kita makan di luar." Ajak Kenan menatap Baby.
Mata Baby seketika berbinar. "Okey, lets go! berangkat!' girang Baby. "Kak Nara ikut kan Bang?" tanya gadis itu ketika bangkit dan berjalan.
"Gak Baby, Kakak masih banyak kerjaan di kantor, Baby pergi saja sama Pak Ken ya." Sahut wanita cantik bernama Nara itu.
"Yaaah, tapi gak papa deh, Kak Nara mau nitip sesuatu tidak? Mau ice cream? Coklat? Ahh mau mie ramyeon instan?" tawar Baby dengan antusias.
"Baby, Nara bukan anak kecil, yang kau tawari semua itu." Tegur Kenan tak habis pikir dengan adiknya itu.
"Ehehe, 'kan Baby cuma berbaik hati saja, ya sudah Kak Nara, Baby pergi ya, hati-hati loh nanti ada hantu di sini, hihihi~" pamit Baby dengan di akhiri menirukan suara hantu.
Tanpa ia sadari semua celotehan dan tingkahnya itu tak lepas dari pandangan seorang lelaki tampan yang sekarang menjadi rekan kerja kakanya.
Dia adalah Rega Prdipta Wilson, lelaki tampan dengan tubuh tegap atletis, berusia 28 tahun, Rega merupakan duda beranak satu. Namun meskipun begitu jika ia berkata ia adalah seorang duda, tidak akan ada yang percaya, jika melihat penampilan lelaki itu.
Rega merupakan teman lama Kenan, keduanya pernah berteman sewaktu Kenan menempuh pendidikan di London.
"Abang apa kita akan makan bersama Om Kulkas ini?"
Deg!
Mata Rega melotot sempurna di buatnya .
"Pernikahan ini jangan sampai ada yang tau, kamu pikir saya sudi memperistrimu? Saya terpaksa, jika bukan karena Kakek, saya lebih baik melajang sampai akhir hayat saya dari pada harus menikahimu!" ~Revanno Argandi Putra. "Rere tidak pernah berharap lebih dengan pernikahan kita, tapi Rere akan berusaha menjadi istri yang baik buat Kak Vanno." ~ Reresya Audi Kumalasari.
Namaku Jullyana, namun orang memanggil bento, wkwk tidak-tidak aku bercanda. Orang orang kerap memanggil ku dengan sebutan Sang penggoda. Yups! Mereka menganggapku wanita penggoda. Tidak bisa ku sangkal juga, julukan mereka ada benarnya, karena aku terpaksa menjadi seorang wanita penghibur di club malam. Jangan tanya kenapa dan mengapa? Tentu saja karena tuntutan ekonomi yang sulit. Bagaimana kisah ku? Ayo baca selengkapnya di bawah yaa;)
Pelita Abadisyara terpaksa menikah dengan calon Kakak iparnya. Semua berawal dari kecelakaan yang menimpa Anggun_kakak tirinya. Pelita di paksa menggantikan Anggun menikahi lelaki bernama Bramasta Prayoga.
Warning: 18+ (harap bijak memilih bacaan!) Ini kisah tentang wanita berparas cantik namun memiliki nasib yang sangat buruk, namanya Aletta casandra, gadis cantik dengan postur tubuh perfect yang harus rela di jadikan penebus hutang oleh sang Paman, yang merawatnya sedarai kecil. Kehidupan remajanya di renggut paksa, mau tidak mau harus manjadi budak seks seorang lelaki tampan nan kaya yang merupakan seorang pengusaha muda yang di segani dan ternama, bernama Leonardo Pradungganegara. Lelaki keturunan sultan namun memiliki sifat dan hati yang sangat kejam.
“Tuan, ku mohon jangan-“ “Hussst! Diam! Sudah ku bilang kau milik ku mulai sekarang!” “Saya tidak mau!” teriak Bella. “Aku tidak menerima penolakan!”
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …