Penampakan hantu perawat di sebuah klinik di Karang Pandan menghebohkan masyarakat. Tetapi ternyata ada sebuah rahasia kelam di balik penampakan itu ....
"Jasmine Meilani Setyoko!"
"Iya, siap!"
Jasmine langsung berdiri. Dia berjalan sambil menaburkan bubuk pasir bening itu di sepanjang jalan yang dilaluinya. Jasmine tersenyum geli. Ah, pasti semua orang akan menurut padanya karena bubuk pasir itu. Jasmine merasa sangat puas.
Seorang perawat menyambut Jasmine di depan pintu dengan senyum lebar.
"Eh, bukannya ini Dokter Jasmine, ya?" tanya perawat itu dengan agak salah tingkah setelah melihat Jasmine. Jasmine membawa sebuah jaket dokter yang disampirkan di tangannya dan sebuah tas kecil. Jasmine tersenyum geli.
"Iya, Mbak. Saya dokter pengganti di sini," kata Jasmine. Perawat itu membeliak tak percaya.
"Terus kenapa Bu Dokter mendaftar dulu? Aduh! Saya minta maaf, ya, Dok. Saya baru tahu dokter ternyata malah disuruh daftar dulu sama orang depan. Silahkan masuk, Dok! Tunggu sebentar, ya, Dok." Perawat itu langsung berlari ke bagian registrasi. Dia nampak agak marah pada orang yang berjaga di bagian registrasi dan menunjuk-nunjuk ke arah Jasmine. Jasmine tidak bisa menahan tawanya, tetapi dia tidak mau terlalu ambil pusing. Dia segera memasuki ruang periksa dan sekali lagi menaburkan bubuk pasir transparan --menyerupai potongan-potongan plastik kaku kecil-- di seluruh bagian ruangan yang bisa dijangkaunya, sebelum perawat itu masuk kembali ke dalam ruang periksa klinik swasta bernama Asy Syifa itu.
Tak lama kemudian beberapa orang mendekati Jasmine yang baru saja duduk di kursi yang empuk dan nyaman. Ternyata yang masuk adalah perawat dan seorang wanita yang berjaga di bagian registrasi tadi.
"Maaf, ya, Dok. Saya kira tadi dokter orang yang mau periksa," kata penjaga registrasi itu dengan malu dan wajah takut. Jasmine tersenyum.
"Tidak apa-apa, Mbak. Eh, siapa namanya?" tanya Jasmine sambil menjabat tangan wanita di depannya itu. Jasmine tersenyum geli ketika melihat ekspresi menjengit wanita itu ketika berjabat tangan dengannya, karena telapak tangan Jasmine masih penuh dengan bubuk pasir tadi.
"Saya Elisa, Dok. Biasanya dipanggil Lisa," jawab wanita penjaga registrasi itu.
"Saya Donita, panggilan saya Ita," kata sang perawat dengan buru-buru memperkenalkan diri. Jasmine dan perawat bernama Donita itu juga bersalaman. Mereka saling tersenyum.
"Saya Jasmine. Jasmine Meilani Setyoko. Saya dari Lawang Gunung. Ini pekan pertama saya di Karang Pandan," kata Jasmine memperkenalkan diri. Donita dan Elisa nampak terkejut.
"Oh, begitu. Siap, Dok. Kalau mau mencari barang atau alamat di Karang Pandan, silahkan tanya kami berdua. Insya Allah akan kami siap membantu," kata Donita.
Jasmine mengangguk dan berharap semoga mereka berdua akan mudah untuk diatasi dan ditaklukkan. Jasmine tersenyum, Donita juga tersenyum.
"Kalau Bu Dokter sudah siap, akan segera saya panggilkan pasien pertama, Dok," kata Jasmine.
Jasmine mengerjapkan mata beberapa kali dan mengangguk. Dia masih belum terlalu sadar akan keberadaannya di tempat yang baru.
"Ya, Mbak. Insya Allah saya sudah siap," jawab Jasmine buru-buru. Donita mengangguk dan segera menghilang di balik pintu.
Tak lama kemudian Jasmine melihat seorang pria bertubuh tinggi besar dan berjenggot lebat dan memiliki rambut panjang memasuki ruang periksa. Jasmine mengira pria tampan itu sendirian, tetapi ternyata ada seorang wanita kecil yang berjalan di belakangnya. Ah, wanita itu tidak kelihatan tadi, lucu sekali. Jasmine hampir tertawa geli melihatnya. Pasangan itu sangat menggemaskan.
"Assalamualaikum," sapa Jasmine. Pria tampan itu mengangguk sambil tersenyum.
"Waalaikum salaam."
Wah, dingin sekali jawabannya, pendek dan nampak tidak berekspresi, apalagi ketika pria itu langsung menundukkan pandangannya. Jasmine paham. Dia segera memeriksa kartu pasien yang dibawa Donita. Ternyata namanya adalah Rosalina Santoso. Jasmine ber-oh dalam hati. Dia geli dan nyaris tertawa.
"Mbak Rosalina, njih?" tanya Jasmine. Wanita kecil di depannya mengangguk.
"Apa yang dirasakan, Mbak?" tanya Jasmine.
"Saya sudah dua kali ini flu, Dok. Pusing, agak mual dan sering kelelahan. Kemarin sudah periksa di rumah sakit, tetapi masih sakit juga dengan gejala yang sama," jawab Rosalina. Jasmine mengangguk.
"Mari saya periksa," ajak Jasmine, kemudian dia meminta Rosalina naik ke atas ranjang periksa.
Jasmine agak tercekat ketika mendengar bisikan dalam kepalanya.
[Dia hamil! Anaknya laki-laki dan nantinya akan sangat sakti. Dia akan membinasakanmu! Bunuh anak itu!]
Jasmine menghentikan langkahnya. Wajahnya pucat dan nampak terkejut. Rosalina memandang Jasmine keheranan.
"Ada apa, Dok?" tanya Rosalina. Jasmine buru-buru menguasai dirinya dan menggeleng.
"Tidak apa-apa, Mbak, tetapi kayaknya wajah Mbak Rosalina pucat sekali, mungkin kurang darah, ya?" tanya Jasmine basa basi. Rosalina mengangguk pasrah. Jasmine langsung memeriksa Rosalina sesuai standar, dia tidak memedulikan bisikan di kepalanya.
[Dia harus dibunuh! Ibu dan bayinya! Karena pria muda tadi akan sangat bersedih dan tidak bisa membinasakanmu! Kalau kamu membiarkan ibu dan anak itu hidup maka kamu akan sangat kesusahan! Kamu akan mati oleh pria muda itu dan juga oleh anaknya!]
Jasmine tersenyum pada Rosalina. Dia menyentuh perut Rosalina. Ah, ya, perut bagian bawah agak keras dan ketika disentuh wajah Rosalina nampak menyeringai kesakitan, bahkan dia mendesis sakit.
"Sakit, Mbak?" tanya Jasmine. Rosaline mengangguk.
"Kapan terakhir haidh?" tanya Jasmine dengan senyum mengembang.
[Beri dia racun! Bunuh dia!]
Rosalina nampak agak terkejut mendengar pertanyaan Jasmine. Dia tersenyum.
"Bulan ini memang belum haidh, Dok ...." Rosalina memandang Jasmine ragu. Jasmine mengangguk dan tersenyum geli.
"Semoga memang hamil, ya? Saya beri rujukan untuk diperiksakan lagi ke dokter kandungan, ya, Mbak? Biar bisa sekalian di USG," kata Jasmine ramah.
[Kamu bodoh! Jangan lepaskan dia!]
Rosalina mengangguk, dia segera duduk kembali ke kursinya dan berbisik-bisik dengan pria muda yang mengantarnya tadi. Sang pria nampak tak percaya dan menoleh ke arah Jasmine.
[Dia tidak takut padamu! Dia juga akan membunuhmu! Jangan lupakan tujuan awalmu, Jasmine!]
Jasmine menelpon ke bagian kandungan, dengan bisikan-bisikan di kepalanya yang semakin membuatnya mual dan tak bisa menahan diri untuk berteriak. Setelah menelpon Jasmine menghampiri Rosalina dan sang pria muda --yang nampaknya adalah suaminya-- sambil tersenyum.
"Monggo, bagian kandungan sudah siap menerima Mbak Rosalina," kata Jasmine.
Rosalina tersenyum bahagia.
"Jazakillah, Dok," kata Rosalina dengan wajah ceria. Sang suami pun tersenyum pada Jasmine dan juga mengucapkan terima kasih. Ah, ternyata kalau pria mudah itu tersenyum, ketampanannya semakin bertambah.
Jasmine ikut tersenyum dengan kebahagiaan pasangan itu. Kebahagiaan yang begitu murni dan sangat sakral.
[Kamu sudah tidak menurutiku, Jasmine, tunggulah ajalmu!]
"Kenapa aku harus membunuh wanita itu? Dia nampak bahagia dengan kehamilannya?" teriak Jasmine tak sabar.
[Wanita bo*doh! Aku sudah bilang padamu kalau dia akan membunuhmu kelak! Apa kamu lupa tujuan awalmu?]
Jasmine merasakan sakit kepala yang mencengkeram erat kepalanya. Dia merasa sangat pusing. Dia tahu mahluk yang ada di dalam tubuhnya sedang menghukumnya. Dia mencengkeram jilbabnya erat-erat. Dia nyaris menjerit, tetapi dia tetap berusaha profesional, dia tetap menjaga etika di tempat baru. Jasmine hanya menitikkan air mata untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Baiklah! Baiklah! Aku akan mencari mereka. Aku akan membunuh mereka, aku akan membunuh siapapun yang kamu minta!" seru Jasmine dengan merengut dan wajah merah padam menahan sakit.
Tidak ada jawaban, tetapi terdengar suara tawa yang membuat kepala Jasmine semakin berdenyut liar.
****
Donita melihat Jasmine dari pintu dengan pandangan keheranan. Dia begitu takut melihat Jasmine berteriak dan berbicara sendiri.
"Astaghfirullah, ada apa gerangan dengan Dokter Jasmine?"
****
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Ara Qubilah Iskander, gadis cantik berdarah Turki yang sejak dari kecil sangat mengagumi Chandra Syauqi Abimana, pria remaja yang tak lain adalah adik dari mamanya. Ara menganggap Chandra sebagai pangeran yang selalu menjadi pahlawan untuknya. Namun berbeda dengan Chandra, pria remaja itu menganggap Ara gadis yang selalu menyusahkannya, bahkan tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Hingga pada suatu malam, Chandra dan Ara terlibat dalam sebuah kesalah pahaman hingga membuat mereka berselisih, bahkan membuat Chandra membenci Ara. Akankah keduanya bisa akur kembali? Dan apakah Ara masih menganggap Chandra sebagai pahlawan untuknya? Seputar novel bisa follow IG @ropiah_201
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Tania kembali ke Indonesia setelah 10 tahun Ia menetap di Malaysia. Tujuannya hanya satu yaitu ingin mencari cinta pertamanya yang ia temukan 10 tahun yang lalu. Laki-laki itu bernama Rian. Namun saat ia sampai di Indonesia, Ia mendapati kenyataan jika Rian yang selama ini ia cari tak mengenalnya sama sekali. Bahkan Tania sudah menunjukkan salah satu benda yang dulu Rian buatkan untuknya namun tetap Rian Tak mengenal benda tersebut. Sampai Tania bertemu dengan om dari Rian bernama Bian. Siapa sangka pertemuan Tania dengan Bian, membuka sebuah luka yang pernah membuat hidup Bian berantakan. Dan siapa yang menyangka juga ternyata Rian yang Tania cari, ternyata Bian yang berpura-pura menjadi Rian.
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
WARNING RATE 21+. Please be awise to reading!! Santi adalah anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Tanpa dia tahu ibu dan ayahnya seperti apa. Dia bekerja sebagai kasir di sebuah toko kue. Tiba-tiba saat dia bekerja dituduh mencuri uang kasir dan dia dipecat. Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya Santi menerima tawaran menjadi sebuah perawat di rumah besar untuk merawat orang tua yang lumpuh. Dan terpaksa Santi harus menerima pekerjaan itu. Namun, pekerjaan itu mengharuskannya dia selalu standby 24 jam. Hingga, saat Santi membantu Bimo seorang Casanova yang sedang mabuk yang juga merupakan anak dari tuan yang dia rawat. Sosok Bimo yang selalu tak pernah puas dengan orientasi seks-nya, akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada Santi. Bagaimana kisah Santi dan Bimo selanjutnya, baca no skip ya!!