Kumpulan Cerpen yang layak dibaca ketika santai.
Ayunda melangkahkan kakinya dengan ceria. Akhirnya dia pulang ke rumahnya juga setelah hampir satu semester tidak pulang karena pandemi ini.Ayunda yang biasa dipanggil Ayu tak sabar ingin segera sampai ke rumahnya dan bertemu dengan bapak dan ibunya yang selama ini hanya ditemuinya lewat video. Ah, rindunya. Dan sekarang Ayunda sudah berdiri di depan rumahnya. Rumah yang terlihat masih sangat asri dan sejuk. Penuh dengan tanaman hias dan bunga-bunga yang sudah mekar warna warni."Alhamdulillah, Ya Allah! Akhirnya aku pulang juga," bisik Ayunda sambil mengusap air matanya.
Dia sangat terharu.Pintu rumahnya terbuka. Dan Ayu bisa melihat ibunya memandang keheranan ke arah Ayu."Ibu!" teriak Ayu, dia segera membuka pagar dan berlari ke arah ibunya."Ayu!" Sang Ibu juga berteriak menahan rindu. Mereka berpelukan dan bertangisan."Ya Allah, kamu sehat, Yu?" tanya wanita setengah baya itu. Ayu mengangguk."Insya Allah sehat, Bu. Bapak dan ibu sehat?" tanya Ayu. Wajah ibu agak meredup, tapi beliau mengangguk samar."Bapak sakit?" tanya Ayu waswas. Ibu hanya tersenyum."Nanti ibu cerita. Kamu masuk dulu, ya? Mandi, istirahat dan makan dulu. Nanti setelah itu kita ketemu dengan bapak," jawab ibu dengan lembut dan bijak.Ayu mengangguk gamang. Dia segera mematuhi ibunya untuk masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamarnya. Ketika melihat kamarnya yang begitu menyenangkan, semua kegamangan Ayu menguap begitu saja. Dia langsung berubah ceria dan bahagia bisa pulang ke rumahnya kembali.****"Malam tahun baru kemarin, pamanmu Asrul, datang ke sini, Yu," kata Bu Rina --ibu Ayu-- memulai ceritanya. Ayu memandang ibunya dengan penuh perhatian.Hening.Ayu belum paham, dia sangat ingin meminta ibunya untuk segera melanjutkan ceritanya dengan cepat. Tapi Ayu hanya mengulaskan sebuah senyuman. Ah, ibunya memang sudah tua."Lalu apa yang terjadi, Bu?" tanya Ayu dengan lembut.Bu Rina tersenyum. Kenangannya kembali ke peristiwa dua pekan yang lalu, peristiwa yang mengubah seluruh hidupnya dan juga hidup suaminya. ****Bu Rina memandang ke arah Asrul --adik suaminya-- itu dengan penuh rasa marah. Asrul berkacak pinggang di depan mereka."Mana bagian warisanku, Mas?" tanya Asrul dengan nada tinggi, dia memandang Pak Beni dengan pandangan marah."Lo, bukankah waktu bapak meninggal dulu kamu pulang dan mengambil bagian warisanmu, Rul?" jawab Pak Beni dengan sabar.Asrul tertawa."Kamu jangan mengada-ada, Mas! Aku baru pulang ke Indonesia sekarang! Baru ini! Kalian memang sengaja mengarang cerita itu agar aku percaya dan tidak meminta bagian warisanku lagi, kan? Karena kalian yang sudah mengambil bagianku, kan?" tanya Asrul dengan nada tinggi dan wajah mencibir."Eh, tunggu, Pak! Kita, kan berfoto waktu itu," bisik Bu Rina. Pak Beni mengangguk mengiyakan."Oh, iya! Kan ada fotonya, Rul! Waktu kita semua berkumpul setelah bapak meninggal," kata Pak Beni. Dia segera mencari foto itu di album foto yang disimpan di lemarinya dan kemudian berseru penuh semangat ketika menemukan foto itu."Nah, ini dia!" seru Pak Beni dan memberikan album foto itu pada Asrul. Asrul memandang foto itu dengan sangsi, kemudian dia mencampakkan foto itu ke lantai. "Kalian bisa saja membuat foto rekaan seperti ini, kan! Iya, kan?" teriak Asrul marah, "kalian memang bersekongkol hendak mengambil bagian warisanku, kan?" tanya Asrul dengan wajah merah membara dan kemudian dia pergi begitu saja, meninggalkan Pak Beni dan Bu Rina dalam kebingungan.****"Lalu bapak sakit, Bu?" tanya Ayu, dia mengelus tangan bapaknya yang sudah keriput itu. Bu Rina mengangguk sambil menangis."Iya, Yu! Setelah Asrul pergi, bapakmu jadi berubah. Bapak jadi diam dan tidak berkomunikasi dan akhirnya semakin lama kondisinya semakin menurun dan, ya, jadi seperti ini, Yu," jawab bu Rina dalam isakan.Ayu memandang bapaknya dengan segenap kesedihan hati. Kepulangannya kali ini membawa selaksa duka dalam hati. Ayu tidak tega melihat bapaknya berbaring tak berdaya, pandangannya kosong menatap langit-langit kamar dan bibirnya yang begerak-gerak seakan menggumamkan sesuatu.Ayu mendekati bapaknya."Pak, ini Ayu," bisik Ayu lembut sambil mengelus tangan bapaknya. Bapaknya diam, tapi matanya mencari sumber suara yang didengarnya."Pak?" panggil Ayu lagi."A.. Ayu?" tanya bapaknya dengan suara gemetaran dan mata yang terlihat bingung. Ayu mengangguk bahagia, bapaknya akhirnya mendengarnya."Iya, Pak. Ini Ayu," bisik Ayu lagi.Pak Beni menggelengkan kepalanya dengan liar, matanya nampak ketakutan."Jangan! Jangan, Yu! Ini bulan Januari!" teriak Pak Beni. Ayu dan Bu Rina memandang Pak Beni dengan penuh ketakutan dan juga ketakjuban. "Kenapa, Pak? Kenapa?" tanya Ayu histeris. Pak Beni terus menggelengkan kepalanya."Dia akan mengambilmu bulan ini! Pergi, Yu! Pergi!" teriak Pak Beni histeris, dia berusaha mendorong tubuh Ayu, tapi dengan kondisinya sekarang, Pak Beni tidak bisa melakukannya, napasnya terengah-engah."Asrul akan mengambilmu, Yu!" teriak Pak Beni lagi. Ayu membeku, dan melihat dengan cepat perubahan ekspresi wajah bapaknya. Yang semula histeris, marah dan kemudian takut. Dan akhirnya wajah Pak Beni terlihat layu dan akhirnya meredup sepenuhnya. Pak Beni menutup mata dan napasnya seakan berhenti. Tapi kemudian terdengar dengkur teratur napas Pak Beni, yang menunjukkan Pak Beni tertidur lelap. Ayu dan Bu Rina bernapas lega. Terutama Ayu. Ayu mengira bapaknya meninggal tadi.****Ayu terbangun. Dia seperti mendengar bapaknya memanggilnya. Ayu mencoba berkonsentrasi mendengar panggilan itu lagi."Ayu!" Oh! Itu dia!"Ayu!" Suara bapaknya terdengar begitu 'urgent' dan buru-buru.Ayu segera menuju ke kamar bapaknya dan melihat bapaknya terbaring sambil tersenyum melihat Ayu."Kamu datang, Yu?" tanya Pak Beni. Ayu mengangguk."Sini, Yu!" Ayu menurut, dia segera duduk di samping tempat tidur bapaknya dan menggenggam tangan bapaknya. Aneh! Ketika Ayu menggenggam tangan bapaknya, dalam sekejap wajah bapaknya berubah menjadi wajah Asrul dan itulah hal terakhir yang dilihat Ayu, karena dengan sangat cepat Asrul melahap kepala Ayu.****Bu Rina terbangun mendengar napas terengah itu lagi. "Huh! Bapak dan anak sama saja! Berat sekali!" Terdengar gerutuan itu lagi. Dan terdengar suara orang menyeret sesuatu yang berat dan kemudian menggali di belakang rumah. Seperti sebelum Pak Beni --suaminya-- sakit dan bertingkah aneh. Bu Rina akhirnya keluar dari kamar dan mengintip. Dia melihat dengan jelas Asrul sedang menguburkan tubuh --yang kalau dilihat dari bajunya-- itu adalah Ayu."Satu lagi ...." Desah Asrul, napasnya terengah.Dari balik pintu Bu Rina gemetar. Dia ketakutan. Dia ingat dia pernah diramal, bahwa dia dan keluarganya akan meninggal pada bulan Januari .....****
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Bad boy adalah istilah yang dipakai untuk menjuluki Elang. Mahasiswa tampan yang tingkahnya masuk dalam kategori 'nakal'. Dalam acara malam keakraban dengan mahasiswa baru yang digelar di alam terbuka, Elang hadir sebagai panitia dengan misi pribadi. Yaitu mendekati mahasiswi yang memiliki paha mulus seperti Syahreni. Mahasiswi yang jadi sasaran kadal kampus karena daya tariknya yang konon seperti Afrodit. Namun, Elang yang setengah mabuk bukannya mengencani sang pujaan hati, tapi justru terdampar di tenda dengan dosen pembimbing saat malam sebelum acara rafting dimulai. "Ini salah paham, Bu Nindya!" ujar Elang tercekat. Wajahnya pucat dan penuh sesal sesaat setelah mengendurkan gairahnya. Sang dosen melotot, menaikkan kedua alis lalu menyahut galak, "Ini bukan salah paham namanya! Ini murni salah paha, Elang!"
Ma Axia adalah seorang gadis muda berprofesi sebagai seorang pembunuh profesional di Tiongkok. Ia merupakan pembunuh bayaran terkenal dengan gaji fantastis. Prestasinya dalam menyelesaikan misi begitu akurat dan tepat sehingga ia mendapat julukan sebagai iblis berdarah dingin. Suatu malam setelah menyelesaikan misi yang di berikan organisasi hitam pembunuh profesional, Ma Axia dikhianati oleh organisasinya karna pihak pendiri organisasi pembunuh profesional tempatnya bekerja sudah tak mampu lagi membayar gajinya. Ma Axia pada akhirnya dibuang dan dibunuh. Saat Ma Axia berpikir jika hidupnya telah berakhir, jiwanya malah bereinkarnasi ke dalam raga seorang permaisuri kerajaan Zhang yang merupakan seorang permaisuri lemah, tidak berguna dan di cap sebagai sampah. Menyadari kenyataan mengejutkan bahwa ia telah bereinkarnasi menjadi seorang permaisuri dengan ingatan utuh dari kehidupan sebelumnya, lantas apa yang akan Ma Axia lakukan?
“Usir wanita ini keluar!” "Lempar wanita ini ke laut!” Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan“Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, “Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?” Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."