at, menyayangi dan mengurus ketiga anaknya sendirian, tanpa Fatima, istrinya yang meninggal ketika melahirkan a
Ust," kata ustadz-ust
ar merasakan repot yang membahagiakan dengan adanya anak-anak di tengah mereka. Waktu itu kadang semua terasa berat, tetapi sekarang Irfan merindukan saat dia baru selesai meruqyah dan begitu kelelahan dan disambut de
*
knya. Hatinya merasa lega. "Sudah makan?" tanya
Tadi makan
h makan bak
ak nggak boleh makan
ni semua. Melihat betapa lucunya anak-anaknya tumbuh
Isya, kan?" Yusuf d
sjid!" seru Yusuf
Irfan tertawa. Embak adalah seorang asisten rumah tangga yang mengurusi
boleh sholat di masjid,"
tanya Malika tiba-tiba
mu apa,
mmi baru akan datang," kata Malika. Irfan menelan
ha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata.
mi, ya? Besok kita ten
gembira, dikiranya mereka memang akan bertemu ibunya. Membuat air mata Irfan menetes juga. Dia
Malika marah pada Irfan
sambil menangis. Hati Irfan bagaikan disayat-sayat menden
ti abi akan punya ummi lagi," bisik Irfan. Malika
Bisik Malika. I
aktu menangis di kamarnya bila dia ingat dia harus menikah lagi demi anak-anakny
*
ti Irfan adalah Dimas
imas pada Irfan yang memang nampak sedi
Dimas," kata Irfan. Perla
nya Dimas dengan agak
aya malah membuat Pak Dimas jadi bingung,"
au memang ada masalah, mungkin Dima
angguk. Kemudian perlahan dia mencer
saya jadi merepotkan Pak
a malah berterima kasih ustadz mau menceritakan semua
kadang merasa begitu pusing mendengar rengekan Malika. Dia belum benar-benar pa
dak ingin menikah lagi
ertanyaan itu. Dia nyaris
mas," jawab Irfan dengan
g mungkin saatnya ustadz memulai lembar baru lagi, Ust," kata Dimas. Irfan memejamkan matanya
ya menurut Dimas," kata
tu. Kadang saya sangat ingin meninggalkan mereka berdua sendirian kalau mereka sedang
api pertanyaan Irfan yang terakhir membuat Dimas t
dz tidak ingin menikah lagi, Ust?" tanya Dimas
dah berkorban jiwa raganya untuk saya, tapi saya malah menikah lagi....
k Dimas lirih. Irfan mengangguk,
bisa melupakan semua, saya belum bisa melupakan
sekarang kenapa Irfan
mencoba melupakan Ustadzah Fatima," bisik Dimas lirih, "Ustadzah Fatima pasti juga ingin ustadz me
a belum pernah mengalami kedukaan sebesar Irfan, tapi
Dimas, Ustadz. Dimas mala
a melunak karena nasihat seorang sahabatnya. Membuatnya tenang dan bersyukur, bahwa dia sebenarnya tidak s
*
us makam itu dengan lembut. Beberapa bulir air mata mengali
kangnya. Wanita itu adalah Saras yang sekarang menjadi istri Irfan, menjadi
lah permata hatiku, Dik. Jangan bosan untuk mend
agi cerita dengan Saras dan selalu mengembalikan semuanya kepada Allah. Insya
itu. Irfan merasa bersyukur, karena dengan adanya orang-orang yang mencintainya dan menyayanginya
*