/0/16586/coverbig.jpg?v=3f017a5275472cee99d578b669a54094)
Liu Yifen, seorang pembunuh bayaran yang tewas dalam tugas, diberikan kesempatan kedua oleh dewi misterius. Dalam misi barunya, ia memilih untuk bereinkarnasi ke dalam tubuh pilihan pertama. Namun, sebelum misi selesai, ia tewas lagi. "K-kau..." ujar Liu Yifen dengan suara yang terputus-putus. Tubuhnya yang berdiri berlumuran darah tiba-tiba jatuh tak berdaya ke tanah yang basah. Matanya semakin berat dan perlahan-lahan tertutup oleh kegelapan yang menyelimuti. Dingin yang menusuk tulangnya membuat tubuhnya terasa terombang-ambing. Yang terakhir kali ia melihat adalah senyuman lega yang terpancar dari wajah sosok misterius itu. "Sepertinya gadis ini sudah tidak bernyawa, tuan," lapor salah satu bawahannya kepada si pria yang membersihkan pedangnya dari bercak darah milik Liu Yifen, sementara senyuman hangat masih terpancar dari wajahnya. Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Liu Yifen akan bereinkarnasi lagi atau peran hidupnya sudah berakhir sampai situ saja?
Hay! Nona dan Tuan...
Selamat datang di novel fantasi. Silakan bikin kopi atau jus, ambil snack, dan....
Happy reading!!!
-------------------------------------------------------------
Sang supir melaju dengan kecepatan sedang. Ia tidak tampak tergesa-gesa karena nona mudanya tak ada jadwal lain. Liu Yifen menguap. Ia mengangkat kedua tangannya dan menyilangkan ke sandaran. Ia menoleh pada supirnya.
"Ah, Pak, besok saya ada acara di Puncak. Supaya tidak terkena macet, kita berangkatnya pagi-pagi ya Pak," ujar Liu Yifen sambil sesekali melirik ke arah jendela.
Sang supir mengangguk mengerti. "Baik, Nona. Jam berapa rencana berangkatnya?"
Liu Yifen mengelus dagunya, tampak masih memikirkan hal itu. "Hmm... sekitar jam empat pagi. Nanti kita sarapan di perjalanan saja."
Sang supir mengiyakan. "Iya, Nona."
Liu Yifen teringat bahwa ia kadang-kadang lupa soal waktu. "Kalau jam empat saya belum siap, tolong diingatkan ya, Pak," pintanya.
Supir itu dengan ramah menjawab, "Siap, Nona."
Mendengar jawaban yang terkesan siap mengingatkannya, Liu Yifen kemudian diam dan duduk rileks kembali. Sang supir terus berkonsentrasi menyetir mobil, memasuki jalan raya dengan rute menuju rumah.
Tiba-tiba, handphone Kobra 3 berdering. Ia memberitahu Kobra I, yang tak lain adalah Bei, bahwa mereka telah mendapatkan informasi tentang target yang sedang mereka tunggu.
"Halo, ini Kobra 3. Target sudah keluar dari komplek kafe dan masuk ke jalan raya," ucap Kobra 3 sambil terus memandangi mobil yang mereka incar.
Kobra I dan Kobra 2 berada di mobil sedan, siap untuk melaksanakan misi. Bei melirik Soe, yang tampak agak bingung.
Dengan berat hati, Soe menyisipkan senjata di pinggangnya. "Liu Yifen, apakah kamu akan membenci saya setelah ini?" pikirnya dalam hati. Mungkin ini adalah kali pertama Soe terlibat dalam misi sejauh ini.
Bei menyadari kebingungan Soe dan menyenggol bahunya, agak keras membuat Soe menoleh ke arahnya. "Siap atau tidak, kamu harus profesional dengan pekerjaanmu, Tuan! Bukankah ini yang kamu inginkan?" ucap Bei sambil mengatur posisi senapannya.
Soe membalas senggolan Bei, sambil meliriknya dengan alis terangkat. "Bukan urusanmu!" kata Soe tegas, terdengar jelas ketidaksukaannya.
Bei memutar badannya kembali ke depan, tak mempermasalahkan sikap Soe yang terlihat sensitif akhir-akhir ini. Kegaduhan singkat itu terhenti sejenak saat telepon Soe berdering. Suara Kobra 4, yang tak lain adalah Wan, terdengar dari seberang.
"Kalian kalau mau bicara, jangan di saat misi seperti ini!" tegur Wan dengan kesal, sambil memerhatikan mereka berdua dari teropong. Ia hanya bisa mendecak kesal karena tidak mendapatkan respon dari mereka.
Mereka berempat bersiap-siap untuk menjalankan misi, yaitu mengeksekusi target wanita, Liu Yifen. Mobil Liu Yifen melintas di depan Kobra 4 dan Kobra 3. Kobra 3 memberi tahu Kobra 2 dan Kobra I, dua sniper yang ada di mobil, bahwa target sudah dalam bidikan. Kedua sniper itu mengikuti mobil Liu Yifen.
Mendapat informasi bahwa target sudah dalam bidikan, Kobra 2 dan Kobra I pun meluncur di belakang kedua sniper, Kobra 3 dan 4. Sang supir dan Liu Yifen tak mencurigai apa pun. Liu Yifen tidak menyadari bahwa ia sedang diikuti oleh empat orang sniper.
Liu Yifen terlihat tengah memikirkan sesuatu saat itu. Pada posisi yang aman dan tepat, sniper di mobil dan di motor membidikkan senjatanya yang dipasang peredam suara. Mobil sniper mendekati mobil Liu Yifen. Kemudian mobil itu memepet dalam posisi yang sangat dekat. Tepat di belakangnya, motor sniper lain pun mendekati mobil Liu Yifen.
Sniper di motor belum sempat memetik senjatanya, namun sniper yang ada di mobil sudah melepaskan tembakan ke arah Liu Yifen.
DOOOR.... DOOORRR!!
DOOOR.... DOOORRR!!
Dua peluru mengenai kepala Liu Yifen dengan tepat. Ia langsung tersungkur di dalam mobil, darah segar mengucur dan melumuri baju serta celananya. Sang supir kaget dan segera menepikan mobil, berhenti untuk memastikan keadaan majikannya. Para pengendara lain yang melihat kejadian tersebut tidak berani mendekat, takut terlibat dengan polisi.
Para sniper segera kabur, menghilangkan jejak mereka. Mereka berpencar dan memisahkan diri seolah-olah tidak ada hubungannya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sesuai dengan skenario dan rencana aksi yang telah dirancang, mereka berhasil menjalankan misi mereka.
Sang supir dalam kepanikan. Ia segera membawa majikannya ke rumah sakit terdekat. Yang terpenting bagi sang supir adalah memastikan bahwa majikannya segera mendapatkan pertolongan dan selamat.
Liu Yifen langsung dibawa ke unit gawat darurat (UGD). Suster segera memeriksa kondisinya. Kondisi korban tidak sadarkan diri. Suster segera menghubungi dokter jaga dan memberitahu bahwa ada pasien yang dalam kondisi kritis. Dokter segera memberikan pertolongan dengan menjahit luka yang ada.
Tak lama kemudian, dua anggota polisi datang, yang tak lain adalah Soe dan Bei. Mereka menyamar sebagai polisi yang bertanggung jawab atas penanganan kasus ini. Tujuan mereka adalah memastikan kondisi Liu Yifen setelah insiden penembakan yang terjadi beberapa jam sebelumnya.
Ketika mereka sampai di ruang UGD, Soe menatap Liu Yifen yang terbaring di brankar dengan infus di pergelangan kirinya dan alat bantu pernapasan. Alat monitor menunjukkan kondisi yang stabil, menandakan bahwa Liu Yifen masih hidup. Soe menoleh ke arah Bei, yang sedang sibuk menelepon seseorang.
Ya, Bei sedang melaporkan keadaan Liu Yifen, dan pembicaraan mereka terdengar jelas oleh Soe. Sesekali, Soe melirik wajah Liu Yifen yang terlihat berubah detik demi detik.
"Apakah kamu yakin mengakhiri nyawa Liu Yifen di sini?" tanya Soe dengan kerutan di wajahnya, alisnya terangkat dan matanya tidak tenang.
Bei mengakhiri panggilan teleponnya dan menyimpan ponselnya di kantong celana. Ia melihat langsung mata Soe yang terlihat hancur. "Tuan, bukankah ini yang Anda inginkan? Tuan hampir berhasil, dan setelah ini, semuanya akan baik-baik saja," kata Bei sambil memalingkan pandangannya ke Liu Yifen.
Tatapan Bei berubah drastis saat ia menatap Liu Yifen, muncul senyuman tipis di bibirnya yang memiliki makna tertentu. Soe berkedip lebih cepat, perkataan Bei membuat dadanya terasa sesak, tangannya terangkat dan terasa tertekan.
Andai saja ia bisa memutar waktu, mungkin malapetaka dalam hidupnya tidak akan pernah terjadi. Dulu, ia hanya melihat Liu Yifen tertawa bahagia dan tersenyum dengan bebas di depannya, namun sekarang semuanya terlihat berbeda.
Soe menggigit bibirnya menunjukkan kecemasan. "Baiklah, sudah waktunya! Kamu tunggu saja di sini, biarkan aku yang mengakhiri semuanya," ucap Soe sambil mencari obat tetes mata di saku celananya.
Bei mengulurkan tangannya dan menepuk punggung Soe yang bergetar, pandangannya tetap lurus ke depan. "Kenapa takdir hidup saya seperti ini, Bei?" suara parau Soe menggambarkan penyesalan yang mendalam. Kepalanya berpaling ke arah Bei, matanya berkaca-kaca.
Bie melihat mata Soe yang penuh dengan kesedihan, dan rasa iba terlihat jelas di wajahnya. "Tuan, ini adalah misi terakhir kita, bukan? Lagipula, ini sangat berbahaya jika kamu melakukannya sendirian," jelas Bei dengan penuh pengertian.
Bersambung....
Jangan lupa tinggali jejak dan follow aku juga ya, para Nona dan Tuan.
Salam manisku"-"
Area 21++ (Harap lebih bijak memilih bacaan) Jika hati seorang wanita terluka karena diselingkuhi, tentu sangat menyakitkan. Namun, bagaimana dengan sosok pria yang tulus mencintai wanita yang berselingkuh di belakangnya? Pasti juga merasa sangat sakit! Damar berhasil bangkit dari masa-masa terpuruknya berkah Luna setelah kehilangan calon istrinya. Ia akhirnya akan segera menikah dengan Luna, orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Namun, menjelang hari pernikahan, Luna terlihat sangat sibuk mengurus bisnisnya. Damar mulai merasa curiga, apakah benar-benar bisnis yang mengganggu Luna atau ada sesuatu yang lain? Bagaimana akhir dari pernikahan mereka? Apakah Damar akan menemukan kebenaran di balik kesibukan Luna?
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!