/0/17265/coverbig.jpg?v=e16fa45463c82775db8d3f4593c47702)
Area 21++ (Harap lebih bijak memilih bacaan) Jika hati seorang wanita terluka karena diselingkuhi, tentu sangat menyakitkan. Namun, bagaimana dengan sosok pria yang tulus mencintai wanita yang berselingkuh di belakangnya? Pasti juga merasa sangat sakit! Damar berhasil bangkit dari masa-masa terpuruknya berkah Luna setelah kehilangan calon istrinya. Ia akhirnya akan segera menikah dengan Luna, orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Namun, menjelang hari pernikahan, Luna terlihat sangat sibuk mengurus bisnisnya. Damar mulai merasa curiga, apakah benar-benar bisnis yang mengganggu Luna atau ada sesuatu yang lain? Bagaimana akhir dari pernikahan mereka? Apakah Damar akan menemukan kebenaran di balik kesibukan Luna?
"Jangan lompat, kumohon!" teriaknya, tak memberikan cela untuk Damar terlepas dari dekapannya.
"Siapa kamu?! Lepas! Lepaskan aku! Biarkan aku mati! Biarkan aku matii!!" Damar berontak dalam pelukan erat wanita yang mengenakan blazer dan cardigan itu. Sementara si wanita menggelengkan kepalanya dengan kuat bertanda isyarat membantah perintah Damar.
"Siapa aku, itu gak penting. Tapi sebagai manusia, aku merasa tidak tega membiarkan kamu mati sia-sia di jurang itu." Bersuara lembut membuat siapa pun yang mendengar dapat merasakan ketulusan wanita itu.
Kendaraan yang lewat sudah terhitung jari. Apalagi daerah itu curam berliku, berhiasakan tebing dan jurang serta penerangan jalan sangat minim.
"Apa pedulimu Hah?! Aku saja sudah menyerah dengan hidupku sendiri," bentak Damar kemudian diakhiri dengan suara lirih diujung kalimatnya.
"Seperti kataku, aku tidak tega melihat manusia mati konyol, apalagi kamu mati di depan mataku." Kalimat yang terdengar tajam namun bernada candaan. Dia yakin bahwa lelaki yang dipelukannya ini pasti sedang memasang raut putus asa, jelas sekali dari nada suaranya.
"Lepas! Aku tidak butuh belas kasihanmu!" Wajah Damar berubah semakin masam mendengar ucapan itu.
"Aku tidak akan melepaskanmu!" Pelukan yang semakin erat dan terlihat wanita itu masih bersikeras pada keputusannya.
"Lepaaass!!" Damar menjerit sekali berharap wanita itu mau melepasakannya. Namun jeritan demi jeritan yang terus- menerus sampai akhirnya kelelahan sendiri lantas menangis. Perempuan itu mendekap kepala Damar penuh iba.
"Namaku Luna. Aku bukan pendeta atau pun biksu. Hanya wanita suka pergi clubbing, minum alkohol dan melakukan hal maksiat lainnya. Tapi aku tahu bahwa bunuh diri itu sangat dibenci oleh Tuhan kita. Bukan menyelesaikan masalah, tapi malah sebaliknya. menurut legenda konon, Katanya rohnya nggak akan terima oleh langit dan bumi. Jadi hantu penasaran." Nada yang diselingi candaan saat memperkenalkan dirinya untuk me cairkan suasana sembari memberi nasihat. Namun hal itu malah terdengar seperti lelucon ditelinga Damar.
Raut wajah Damar nampak acuh tak acuh. "Lepaskan aku, kumohon ...!" serak pelan suaranya.
"Aku tidak akan melepasmu sebelum kamu berjanji untuk berubah pikiran." Luna menengaskan setiap kalimat yang meluncur dari mulutnya.
"Ya. Aku tidak akan bunuh diri malam ini. Tapi tidak tau kalau besok malam." Damar menyahut lelah, sembari tersenyum getir.
Luna menangkap ucapan Damar sontak tersentak tak percaya. "Jika bagitu, mari kita seperti ini saja, sampai besok malam aku akan terus memelukmu di sini." Mungkin itu terdengar gurauan bagi Damar. Akan tetapi, Luna sebenarnya tidak main-main dengan perkataannya.
"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu!" Damar tengadah menatap tajam wajah Luna yang ternyata terlihat seperti seorang wanita blasteran Sunda.
Tanpa Luna sadari jari jemari miliknya menyapu lembut tepi wajah Damar yang halus. "Biar kita sama-sama gila." Dia lantas tersenyum tipis.
Damar tertegun sejenak merasa kelembutan yang diberikan Luna padanya seolah perasaan sama ketika bersama mendiang calon istrinya. Kemudian ia tertunduk dan menangis lagi di dalam dekapan Luna.
Sejak malam itu, Damar dan Luna menjadi dekat, apalagi setelah Damar dipindahkan tugaskan dari Tarout ke Madano untuk mengisi jabatan CEO di PT Setosa. Hingga akhirnya di satu hari, keduanya sepakat mengikat cinta dan janji saling setia. Bahkan Damar telah melamar Luna. Pernikahan mereka digelar dua bulan kemudian sejak pertemuan itu.
***
Jumat siang selepas sholat Jumat. Seorang pria berusia dua puluh empat tahun duduk di singgasana-nya. Di lantai tertinggi PT Setosa, ruang kerjanya berada, dari luar jendela terlihat pemandangan kota Minahasa yang padat dan mulai didominasi gedung-gedung pencakar langit. Pria itu mengenakan vest dengan kemeja polos dilengkapi dengan dasi. Di atas mejanya yang terbuat dari kayu jati tertera sebuah papan nama kecil bertuliskan Damar Malik.
Arnol, sekrestarisnya, menyodorkan sebuah map hijau yang berisi surat persetujuan dari Damar yang baru dibuat untuk menjadi sponsor dalam sebuah projek baru yang akan digelar megah di Hotel Minahasa Manado.
Damar membubuhkan tanda tangan dengan cepat. "Hari ini jadwal saya apa saja?" tanya Damar seraya menyodorkan map itu pada Arnol.
Arnol membuka Note dalam tabletnya. "Nanti sore jam tiga, ada meeting dengan salah satu CEO yang merupakan calon investor dari PT Indara."
"Oke. Untuk jadwal minggu depan, ingat kamu atur ulang semuanya!"
Arnol manggut-manggut paham. Kemudian pamit keluar dari ruang pimpinan. Damar kembali sibuk berkutat dengan puluhan berkas yang harus dievaluasi. Jarum jam pun seakan-akan bergerak dengan cepat sehingga tak terasa sudah menunjukan jam pulang.
*****
Minggu selanjutnya. Siang menjelang dhuzur, di sebuah kafe romantis dengan langit-langit kayu tinggi dan desain semi-terbuka mereka masuki. Bila Damar berceloteh dengan kekonyolan rekannya ketika masih bertugas di Tarout, maka Luna berceloteh tentang persahabatan di masa kecilnya.
"Dia kerja di mana selain jadi pemain band kafe?" tanya Damar. Kemudian ia meneguk nutello chocolate yang tinggal separuh, sedangkan Luna memakan snack.
"Cuma jadi OB gitu."
"Ohh... Gajinya lumayan, lah," kata Damar, sambil menggerakan gelas yang ada digenggamannya.
"Aku sudah menawari dia untuk ikut kerja di bangkelku dan mau kukasih gaji lima juta, tapi dia nggak mau. Alasannya nggak bisa servis gituan. Tapi suatu saat nanti, aku harus bisa membuat dia gabung denganku. Asyik orangnya, Ulet kerjanya." Luna menyedot taro milk tea-nya
Damar hanya diam, tak berkomentar. Ia mengangguk. Lalu menanggapi calon istirnya. "Ya, setiap orang punya pilihan masing-masing."
"Iya aku juga tau. Tapi... yaudalah."
Damar tertawa melihat mimik lucu Luna.
"Besok aku ke Jakarta. Ada peresmian proyek baru."
"Lama nggak?"
"Nggak. Kamis malam juga udah di Manado. Mau titip oleh-oleh nggak?"
"Mau dong, Apa saja deh! Asal jangan kamu bawa oleh-oleh perempuan baru sepulang dari sana." Luna sedikit mencibir.
"Nggak, lah. Ngawur kamu."
Luna melirik jenaka. "Bisa jadi."
Damar tersenyum geli seraya mengusap kepala Kiki lembut dengan sayang. "Tunggu disini, ya sayang. Aku ke toilet bentar," ucap Damar yang membuat alis Luna langsung terangkat sebagai isyarat mengiyangkan.
Setelah itu, Damar meninggalkan Luna yang menunggu di meja nomor tujuh. Wanita itu mengeluarkan handphone dan headset yang tersambung dari tas selempangnya. Dia memasang headset di sebelah kanan telinganya. Beberapa menit kemudian ia mendengar lagu First Love yang mengalun. Matanya pun memejam menikmati lagu tersebut.
Disisi lain, setelah keluar dari toilet. Damar mampir ke kasir untuk memesan es krim favorit Luna. Sementara itu disisi lainnya terlihat seorang wanita yang bernama Nikita yang tengah asyik bermain sosial media, hingga tanpa sadar....
BRUUUKKK!!
Nikita menabrak tubuh seorang pria hingga menumpahkan minuman Ice matcha boba latte, tepat mengenai kemeja polos pria itu.
Bersambung....
Liu Yifen, seorang pembunuh bayaran yang tewas dalam tugas, diberikan kesempatan kedua oleh dewi misterius. Dalam misi barunya, ia memilih untuk bereinkarnasi ke dalam tubuh pilihan pertama. Namun, sebelum misi selesai, ia tewas lagi. "K-kau..." ujar Liu Yifen dengan suara yang terputus-putus. Tubuhnya yang berdiri berlumuran darah tiba-tiba jatuh tak berdaya ke tanah yang basah. Matanya semakin berat dan perlahan-lahan tertutup oleh kegelapan yang menyelimuti. Dingin yang menusuk tulangnya membuat tubuhnya terasa terombang-ambing. Yang terakhir kali ia melihat adalah senyuman lega yang terpancar dari wajah sosok misterius itu. "Sepertinya gadis ini sudah tidak bernyawa, tuan," lapor salah satu bawahannya kepada si pria yang membersihkan pedangnya dari bercak darah milik Liu Yifen, sementara senyuman hangat masih terpancar dari wajahnya. Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Liu Yifen akan bereinkarnasi lagi atau peran hidupnya sudah berakhir sampai situ saja?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?