/0/16482/coverbig.jpg?v=78af108cc6452019e114853308ad64ab)
Alexander menemukan cintanya pada diri Soraya. Gadis remaja berusia 19 tahun dari kejadian yang tidak sengaja disebut bar. Cinta beda usia yang menggelitik. Alexander Richard tidak berniat terlibat terlalu jauh dengan Soraya gadis 19 tahun yang ia temukan di kelab malam. Namun gadis itu ceplas-ceplos, imut, dan mudah terjerat rayuan dari bajingan sepertinya.Mengira hubungan hanya sedangkal main-main, nyatanya Alexander jatuh terlalu dalam pada gadis yang usianya berjarak delapan belas tahun lebih muda itu. Siapa sangka, ternyata Soraya masih berkaitan dengan kisah cinta di masa lalunya. Alexander sekali lagi harus berhadapan dengan trauma besar dalam hidupnya.
Entah kenapa ia memutuskan membawa gadis itu pulang. Alexander masih tidak mengerti jalan pikirannya kemarin. Sepertinya, waktu itu ia terhanyut suasana. Berawal dari memenuhi undangan salah satu teman lama, ia mendatangi kelab malam di mana bertaburan gadis-gadis muda yang meliuk-liuk seperti cacing kepanasan.
Sebenarnya, Alexander merasa terlalu tua untuk itu. Ia lebih senang menghabiskan waktu di pub, sambil menikmati live musik. Namun demi menjaga hubungan baik dengan teman lama yang juga merupakan pemilik grup perusahaan investor, ia menyempatkan datang. Hitung-hitung sekadar menikmati suasana, meski dentuman musik jedag jedug sudah bukan lagi seleranya.
Siapa sangka, sesaat setelah mengucapkan selamat atas pembukaan kelab malam, kedua matanya tanpa sengaja menangkap seorang gadis yang tampak sudah setengah mabuk.
Dari sekian banyak gadis-gadis muda lainnya, hanya yang menarik perhatiannya. Mungkin hanya kebetulan, karena tempat mereka bahkan juga tidak berdekatan.
Malam itu ia duduk sendirian di dalam private room berdinding kaca, yang berada satu tingkat di lantai atas. Ruangan itu telah disiapkan khusus untuknya. Sejenak setelah menemaninya mengobrol -sambil membahas sedikit bisnis- pemilik kelab meninggalkannya sendirian dengan jamuan paling mahal di atas meja. Pemilik kelab, bahkan sudah menyediakan wanita penghibur khusus, yang bisa ia panggil sewaktu-waktu melalui intercom.
Namun kedua matanya tidak pernah bisa berhenti mengikuti gerak-gerik gadis setengah mabuk yang tadi sempat ia lihat saat memasuki kelab. Penampilan provokatif malam itu menyeret perhatiannya lebih jauh. Ia melihat ditinggalkan begitu saja di sofa, setelah kelelahan melantai dengan teman-temannya.
Alexander tertarik mengamati bagaimana sikap teman-teman yang seperti tampak merencanakan sesuatu. Mereka bergerombol di belakang sofa di mana duduk sendiri. Kemudian para gadis lainnya seperti sengaja menjauh. Lalu seorang pemuda yang sedari tadi bersama menyerahkan bungkusan pada pemuda berseragam waiter, sambil memberi isyarat ke arah meja di mana duduk sendirian.
Hati Alexander bagai mati separuh, saat mengingat bagaimana saat itu memanggil teman-temannya dengan lambaian tangan. Gadis itu tidak menyadari senyuman palsu dari gerombolan yang bersamanya malam itu.
Satu pil saja, bisa membuat gadis itu tidak sadarkan diri. Alexander tidak tahu jenis pil apa yang dimasukkan ke dalam minuman . Namun dari balik dinding kaca di hadapannya yang menjelma bak monitor raksasa, kedua mata Alexander dapat menangkap situasi yang berada di lantai bawah. Ia melihat bagaimana pil itu dimasukkan ke dalam minuman hingga dalam perjalanan diantar menuju meja gadis itu.
Entah bagaimana, Alexander memilih turut campur dalam hal yang seharusnya bukan urusannya. Padahal, tidak juga kenal. malam itu hanyalah satu dari sekian banyak gadis random di dalam kelab. Alexander ingat, ia bergegas turun setelah mengambil sebotol air kemasan dari dalam kulkas mini di tempatnya.
Mungkin karena gadis itu cantik dan terlanjur menarik perhatiannya? Tetapi Alexander bukanlah lelaki yang sulit menemukan gadis cantik untuk dibawa pulang. Mungkin hanya iba? Entahlah. Alexander bahkan tidak yakin pada perasaannya sendiri di malam itu. Yang jelas, ia tertarik.
Kesan pertama yang ia dapatkan, hanyalah gadis muda yang berani dan nakal. Kebetulan ia sedang bosan bermain-main dengan pelacur, atau sekedar menghubungi friends with benefits-nya. , menawarkan suasana baru yang begitu menyegarkan.
"Dari orang di meja seberang," ucap pelayan berseragam sembari membungkuk, agar suaranya yang beradu dengan dentum musik house dapat terdengar lebih jelas oleh gadis muda yang tampak bahagia meski tengah duduk sendirian di sofa.
Gadis itu sontak mendongak dan menemukan pemuda yang duduk sendirian di seberang, mengangkat gelas tinggi-tinggi.
Soraya, tersenyum geli. Batal menyalakan api demi sebatang rokok yang sudah terselip di antara bibir.
"Sebaiknya kamu jangan minum itu.." Tiba-tiba seorang lelaki duduk di hadapannya dan dengan tampang acuh menyingkirkan minuman yang baru saja tiba. Soraya menatap protes, tetapi senyuman menawan dari wajah yang luar biasa tampan membuat batang rokok di antara bibirnya nyaris terjatuh.
Kemeja hitam, kancing teratas dibuka dua dipadu dengan setelan jas yang membalut postur tubuh tegap. Lelaki di hadapannya tersenyum, menampakkan deretan gigi yang berbaris rapi.
"Kenapa?" Soraya bertanya tanpa mampu mengalihkan pandangan sedikit pun dari lelaki karismatik di hadapannya.
Lelaki tampan itu mendekat dan menyodorkan sebotol air mineral dingin. Masih tersegel dan berembun seperti baru keluar dari kulkas.
"Ada yang masukin pil ke dalam minuman kamu. Saya khawatir ada yang berniat buruk. Lagian kamu keliatan mabuk. Minum ini..." Lelaki itu, sekali lagi menampakkan senyumannya yang berkarisma.
"Wow thanks..." Soraya menatap takjub. Ia memang merasa sedikit mabuk. Lelaki tampan di hadapannya membukakan tutup botol dan Soraya minum air mineral dingin dari tangan lelaki itu tanpa ragu. "Om sendirian?" tanyanya pada lelaki yang sepertinya lebih tua. Soraya menyimpulkan dengan cepat, mungkin lelaki tampan di hadapannya berusia sekitar tiga puluhan.
"Iya. Kamu?" Lelaki itu balas bertanya selagi Soraya diam-diam sibuk memuji gaya rambut dengan poni membelah dahi yang membuat penampilan lelaki berahang tegas di hadapannya semakin menawan.
"Mmm... " Soraya melempar tatapannya mengelilingi seluruh penjuru tempat yang tampak hingar bingar. "Temen-temen aku masih joget... aku disuruh jaga sofa," jawabnya kemudian dengan tatapan sayu yang diiringi senyuman lebar, membuat siapa saja mudah menyimpulkan bahwa ia sedang berada di bawah pengaruh alkohol.
Lelaki di hadapannya tersenyum tipis. "Harusnya ada satu orang yang jagain kamu di sini."
"Kenapa harus dijaga? Aku bukan anak kecil." Soraya santai menyalakan api dan membakar ujung batang rokoknya.
"Nama kamu?" tanya lelaki di hadapannya dengan tatapan penuh minat.
"Soraya. Om?" Soraya balik bertanya.
"Alexander ."
Alexander . Soraya tersenyum. Sungguh nama yang mudah diingat.
"Apa asyiknya dugem sendirian?" tanya Soraya kemudian, dengan sedikit berteriak karena dentuman suara musik semakin mengencang.
Bibir Alexander membentuk segaris senyum, dengan tatapan lekat yang sulit dimentahkan oleh perempuan mana pun. "Mau pindah tempat nggak? Biar lebih enak ngobrolnya. Kalau kamu mau... "
Soraya merasakan debaran di jantungnya kian menguat. Lelaki tampan itu sepertinya benar-benar tertarik kepadanya. "Temen-temen aku.... " Kemudian mengedarkan pandangan dengan mimik ragu. "......masih joget."
Lelaki di hadapannya sudah berdiri. Mengangkat kedua alis, sembari mengulurkan tangan. "Mau pindah ke lounge di lantai bawah? Saya yang traktir..." Tawaran menarik itu ditutup isyarat gerakan kepala dengan senyuman berkarisma yang sangat sulit diabaikan.
Senyuman Soraya lepas begitu saja. Ia menenggelamkan sebatang rokok yang masih utuh ke dalam asbak, lalu menyambut uluran tangan Alexander sembari menyambar tas-nya.
Jemarinya tenggelam dalam genggaman hangat Alexander . Lelaki itu mengawal langkahnya yang menjadi sedikit kesulitan berjalan karena pengaruh alkohol. Mereka berdua bergandengan tangan membelah kerumunan manusia yang sedang asyik melantai terbius hentakan musik.
Alexander sesekali menoleh, seperti memastikan keadaannya baik-baik saja. Lelaki itu tidak melepaskan genggaman tangannya, bahkan hingga mereka memasuki lift demi sampai di lounge yang tampak sepi pengunjung.
Mengobrol di sini jauh lebih baik dan Soraya dapat melihat dengan lebih jelas, rupa paripurna om om keren yang kini kembali duduk di hadapannya.
"Om, asli sini?" tanya Soraya tepat setelah bir dingin pesanan mereka tiba. Meski kepalanya sudah terasa pusing, ia tetap saja memesan bir.
Alexander hanya mengangguk sembari menarik bibirnya membentuk garis lurus. "Kamu? "
"Saya pendatang," jawab Soraya sambil menyalakan sebatang rokok.
"Kerja juga?"
Senyuman tipis mengembang dari bibir yang lipstiknya sudah memudar. "Emang kelihatan tua ya? Saya baru 19 tahun, baru masuk kuliah semester satu malah..." Asap rokok dihembuskan santai. "Om mau rokok?"
Alexander menggeleng pelan.
"Nggak ngerokok?" Soraya menarik kembali kotak rokoknya.
"Saya kurang suka sama merek itu..." Kedua mata Alexander melirik bungkusan rokok mild yang memang kebanyakan pangsa pasarnya mahasiswa.
Soraya tersenyum sebelum kembali menghembuskan asap rokoknya. Baru tiga bulan menjadi perokok aktif, ia merasa sudah lihai dalam urusan hembus menghembuskan asap. "Om umur berapa?" Soraya memiringkan kepala. Mendadak penasaran karena penampilan lelaki di hadapannya tidak seperti cowok seumurannya, namun luar biasa enak dilihat.
"Tebak."
"Mmm... 30?"
"Apa saya kelihatan semuda itu?"
"Ohh! Jangan bilang Om udah 40 lebih! Sumpah nggak keliatan!" puji Soraya terus terang.
"Saya belum sampai 40..."
"Jadi umur Om berapa? "
"Hampir empat puluh.... "
"Tiga sembilan?" Soraya melebarkan kedua mata.
"Tiga puluh tujuh...." Lagi-lagi senyuman Alexander mengembang.
"Jangan bilang Om udah punya istri!" Soraya menatap waspada.
"Saya masih single.... "
"Single???" Kedua mata Soraya melebar. "Ada pacar?"
Alexander memperhatikan sejenak wajah ingin tahu gadis yang duduk di hadapannya. "Nggak ada.."
"BULLSHIT!!"
Reaksi Soraya, membuat beberapa orang menoleh.
"Beneran nggak ada pacar???" Soraya menatap skeptis.
"Nggak ada."
"Kenapa?"
"Nggak laku."
" HAHAHAHAHA!!!! " Tawa Soraya lepas begitu saja. Lagi-lagi mengundang perhatian orang-orang yang berada di lounge. "Om lucu deh!!"
Alexander hanya menaikkan kedua alis sembari menenggak minumannya sendiri lantas memperhatikan Soraya yang kian bertambah mabuk.
"Om, kenapa nggak nikah-nikah? Maho ya?" tanya Soraya dengan cengiran usil di wajah.
Senyuman dari bibir Alexander membentuk garis lurus. "Mau buktiin saya maho atau nggak?"
"Maksud Om?"
__________
Mereka berakhir di mobilnya.
"Mmh..." Desahan pelan lolos dari bibir Alexander , saat gadis mabuk itu menjadi semakin liar tak terkendali. Gadis itu rakus menciuminya, seolah esok kiamat. Tatapan gadis itu berkali-kali melucutinya, seiring gerak tangan yang agresif menjamah bagian sensitifnya.
Serampangan, tetapi juga membangkitkan nafsu dengan cepat. Alexander , menuntun sebelah tangan Soraya menyelami pengait celana yang telah terbuka.
Gadis itu menampakkan wajah bingung sekaligus penasaran.
"Ke... keras Om?" tanya Soraya sembari memberi tekanan lebih. Gemas, melihat om berwajah tampan yang ia sudah lupa siapa namanya itu menatap pasrah memohon dipuaskan.
Jadi seperti ini rasanya barang, eh batang laki-laki? Soraya menatap takjub sebelah tangannya yang sudah tenggelam di balik celana om om ganteng yang baru saja ia temui di dalam kelab.
Eh, siapa nama si Om Maha Ganteng ini? Ravi? Davi? Vir? Ah persetan siapa namanya! Otak Soraya rasanya tumpul. Tidak bisa berpikir apalagi mengingat nama untuk saat ini. Otaknya sedang sibuk memerintahkan sebelah tangannya untuk masuk lebih dalam, merogoh seluruh isi celana si Om Ganteng.
"Mmm...." Alexander hanya menggumam sembari mengangguk, saat tangan Soraya mengelus dan meremas kejantanannya. Berikutnya tangan gadis itu menggenggam dan mulai bergerak naik turun.
Kening Soraya menempel erat pada keningnya. Aroma pekat alkohol sedari tadi menyeruak dari bibir gadis itu. Namun Alexander tidak peduli saat berat hembusan napasnya menuntun tangan Soraya bergerak lebih cepat di bawah sana.
Rasanya baru saja sekejap kenikmatan itu kian merambat naik, sebelum tiba-tiba Soraya hilang kesadaran dan wajah lugu gadis itu terjatuh di atas dadanya.
"Shit!" Sebelah tangan Alexander reflek menangkap wajah mungil Soraya dan mendapati gadis itu mendengkur. Alexander hanya bisa menyandarkan kepala sembari menatap frustasi langit-langit mobilnya.
Mau bagaimana lagi?
Alexander memutuskan keluar dari mobil, berniat merokok sembari mencari udara segar. Kaca mobil diturunkan sedikit, tidak lebih dari 5 cm. Ia membiarkan Soraya tidur pulas di seat belakang, berselimutkan jas yang tadi ia kenakan.
Bersandar pada Range Rover hitamnya, Alexander mengamati kondisi parkiran yang sepi.
Sekarang bagaimana?
Alexander menggaruk pelan pipinya. Apa ia harus membawa pulang gadis itu? Atau meninggalkannya di hotel sendirian?
"Soraya! Soraya.... " Suara gaduh memecah hening. Alexander melihat dua orang pemuda sibuk meneriakkan nama gadis yang kini sedang teler di dalam mobilnya.
"Shit! Gue telp nggak diangkat! Padahal hapenya aktif!" ucap pemuda berjaket denim.
Alexander yang masih dalam posisi santai, mau tak mau menajamkan pendengarannya. Tidak terdengar ringtone dari dalam mobilnya.
"Kan gue udah bilang sama lo! Jaga Soraya jangan biarin sendirian di sofa!" ucap pemuda satunya yang berkaos hitam sambil mendorong kesal pemuda berjaket denim.
"Ya kan gue pura-pura pergi, supaya aksi kita nggak ketahuan! Tadi dia minum minuman itu gak?" Pemuda berjaket denim menatap gusar temannya.
"Mana gue tahu! Harusnya kalo dia minum, kita udah party sekarang! Brandon udah booking kamar hotel, kita bisa gila-gilaan sama Soraya!"
"Jangan-jangan tadi dia pingsan terus diangkut stranger lagi? Batal deh kita jual Soraya ke Brandon! Batal ngicip juga! Shit!" Pemuda berjaket denim berjongkok sembari mengusap wajahnya.
Alexander melirik melalui sudut mata, meski ia tahu tidak dapat menembus kaca mobil riben hitam pekat miliknya. Dalam hati mengutuk aksi dua pemuda bajingan, yang sepertinya merupakan teman-teman Soraya. Di saat yang sama, terbesit rasa iba.
Jika saja tadi ia bersikap masa bodoh pada gadis berparas lugu yang ditinggalkan sendirian di sofa, entah bagaimana nasib Soraya kini.
Mungkin saja sudah di-gangbang.
Dasar bajingan! Alexander menggaruk pelan keningnya sebelum membuang puntung rokok ke pelataran dan membuatnya remuk di bawah sol pantofel.
Sekarang bagaimana? Sebaiknya bagaimana? Alexander kembali ke dalam mobilnya, duduk di balik kemudi dan menyalakan musik.
"Wise men say...
Only fools rush in...
But I can't help falling in love with you..." Suara bariton Elvis Presley mengantar mobilnya meninggalkan parkiran dan membelah jalanan yang berangsur sepi.
❤Mohon Bijak Membaca tulisan ini khusus dewasa. Tulisan ini mengandung lendir berlebihan 🙏🙏🙏 Lisnawati gadis 16 tahun harus jadi janda setelah menikah satu bulan. Komar suaminya meninggal dunia setelah di begal dan meninggal tragis ditempat dengan luka yang bacok yang mengemaskan. Lisna panggilan nya, sontak menjadi janda kembang di kampungnya. Lisna yang berprofesi sebagai penyanyi dan penari dangdut keliling menjual goyangan disela nyanyiannya. Menjadi rebutan para pria lajang maupun pria beristri. Kabar liang sempit hangat Lisna menjadi pembicaraan hangat dikalangan para pria. Berit kecantikan Lisna dan liang hangatnya sampai ke Tante Shinta mucikari rumah bordil pemilik cafe maksiat yang akhirnya merekrut Lisna. Di cafe Tante Shinta Lisna menjadi primadona sampai akhirnya Lisna terjebak cinta dengan dendam pada Budi Hendrajit seorang pengusaha kaya yang selalu menghinanya dengan kata kata kotor. Budi Hendrajit duda keren yang ditinggal mati istrinya itu tergila gila pad liang hangat penari. Namun keinginannya untuk menikahi sang penari di tentang keras oleh ibunya yang mengetahui asal usul Lisnawati sang penari.
Raisa Amelia terpaksa melahirkan sepasang anak kembar nya tanpa suami setelah diceraikan oleh Ricky Tanpa mengetahui kalau ia sedang Hamil. Ricky memilih melanjutkan rencana pernikahannya dengan Lidya yang awalnya membatalkan pernikahan yang lalu dilanjutkan oleh Amelia Raisa sepupunya yang juga sekertarisnya yang saat itu baru saja lulus sekolah menengah atas. Setelah bercerai dengan Ricky berjuang menghidupi anak kembarnya dengan dibantu oleh uminya, Raisa Amelia berhasil lulus kuliah dan bekerja sebagai sekretaris direktur Bank Tirtha. Samuel Tirta yang diam saja ganteng awalnya tidak terima saat mendapatkan sekertaris yang menurutnya merusak pemandangan matanya. Namun kepolosan Raisa membuatnya tertarik dan mengobati patah hatinya. Namun Samuel Tirta kembali terjebak cinta Lidya. Jadilah Raisa sekertaris kesayangan Samuel yang ternyata adalah mantan kekasih Lidya pelakor yang membuatnya menjadi Janda. Dunia memang sempit,Saat Raisa dimutasikan ke Surabaya dan menjadi sekertaris Arjuna yang ternyata adalah adik dari Samuel Tirtha. Dua pewaris Tirtha yang masih jomblo. Dunia yang sempit mempertemukan Raisa dengan Lidya kembali saat Arjuna membawa Raisa saat resepsi pernikahan Samuel dengan Lidya. Raisa sempat berpikir ulang untuk menerima lamaran Arjuna karenanya. Namun akhirnya Raisa memutuskan menerimanya dan berakhir di pelaminan dan menjadi istri dari Arjuna Desta Mahendra Tirta.
Anita dan Rommy tidak menyangka akan mendapatkan karma dari penghianatan mereka dulu pada Alfons Widjaya. Anita harus dihadapkan pada kenyataan Alea putri semata wayangnya mencintai Alfons kekasihnya dulu.
Siapa bilang wanita itu mahluk yang lemah...? Wanita itu mahluk yang bisa menjadi sangat kuat saat Ia tersakiti. Begitu juga dengan Felisha, dengan ikut Agency The Angel menjadi wanita panggilan elite ia menjalankan misi balas dendamnya. Bersama Shasya Adiknya, Felisha mencari pembunuh orang tuanya meskipun mereka harus menjadi seorang pelacur.
Fadly yang terusir dari rumah memilih jadi pengamen dari cafe ke cafe. Sampai bertemu dengan Sandra wanita kaya yang sangat mencintai nya dan menjadikannya Gigolo. Saat bersama Sandra Fadly bertemu dengan Saraswati dan menghamilinya. Sampai Fadly jatuh cinta pada Soraya gadis muda yang masih kuliah. Gadis muda yang melanjutkan kuliahnya di Jakarta yang ditemuinya disebuah Tempat dugem. Dan Soraya ternyata anak dari Dahlia wanita cinta pertamanya yang membuatnya patah hati. Sampai akhirnya Ayah Fadly Tuan Surya Adjie meninggal dunia dan memberikanya saham 90%. Pilihannya jelas untuk Fadly,berjuang menjalankan amanah ayahnya atu mundur sebagai pecundang.
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Angeline adalah seorang pekerja keras, ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena fitnah rekan kerjanya. Angeline yang harus menjadi tulang punggung keluarganya berusaha mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Bryan yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Bryan adalah seorang presdir perusahaan ternama. Dirinya yang sebagai keturunan terakhir dituntut untuk segera menikah agar bisa meneruskan keturunan. Dijodohkan dengan kenalan ibu tirinya, membuat Bryan enggan melakukannya karena tau niat dibalik sikap sang ibu tiri. Bryan pun bertemu dengan Angeline dan menawarkan pekerjaan untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan keturunannya. Apakah Angeline bersedia untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan anak dari Bryan? Akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang sah?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"