arin. Sepertinya, waktu itu ia terhanyut suasana. Berawal dari memenuhi undangan salah satu teman lama,
usik. Namun demi menjaga hubungan baik dengan teman lama yang juga merupakan pemilik grup perusahaan investor, ia meny
pembukaan kelab malam, kedua matanya tanpa sengaja men
yang menarik perhatiannya. Mungkin hanya kebetulan,
us untuknya. Sejenak setelah menemaninya mengobrol -sambil membahas sedikit bisnis- pemilik kelab meninggalkannya sendirian dengan jamuan pal
sempat ia lihat saat memasuki kelab. Penampilan provokatif malam itu menyeret perhatiannya lebih j
lakang sofa di mana duduk sendiri. Kemudian para gadis lainnya seperti sengaja menjauh. Lalu seorang pemuda yang sedari tad
u memanggil teman-temannya dengan lambaian tangan. Gadis itu tidak
mun dari balik dinding kaca di hadapannya yang menjelma bak monitor raksasa, kedua mata Alexander dapat menangkap situasi yang bera
tidak juga kenal. malam itu hanyalah satu dari sekian banyak gadis random di dalam kelab. Alexande
h lelaki yang sulit menemukan gadis cantik untuk dibawa pulang. Mungkin hanya iba? Entahlah.
betulan ia sedang bosan bermain-main dengan pelacur, atau sekedar menghubungi
gar suaranya yang beradu dengan dentum musik house dapat terdengar lebih jel
kan pemuda yang duduk sendirian di se
yalakan api demi sebatang rokok y
pang acuh menyingkirkan minuman yang baru saja tiba. Soraya menatap protes, tetapi senyuman men
lan jas yang membalut postur tubuh tegap. Lelaki di hadapan
u mengalihkan pandangan sedikit pun
sebotol air mineral dingin. Masih tersegel
yang berniat buruk. Lagian kamu keliatan mabuk. Minum ini..." L
tol dan Soraya minum air mineral dingin dari tangan lelaki itu tanpa ragu. "Om sendirian?" tanyanya pada lelaki yang s
sibuk memuji gaya rambut dengan poni membelah dahi yang membuat
men-temen aku masih joget... aku disuruh jaga sofa," jawabnya kemudian dengan tatapan sayu yang diiring
m tipis. "Harusnya ada satu o
kecil." Soraya santai menyalakan ap
aki di hadapannya deng
" Soraya bal
xand
ersenyum. Sungguh na
ya kemudian, dengan sedikit berteriak kare
t yang sulit dimentahkan oleh perempuan mana pun. "Mau pindah
u sepertinya benar-benar tertarik kepadanya. "Temen-temen aku.... " K
n. "Mau pindah ke lounge di lantai bawah? Saya yang traktir..." Tawaran menarik itu
batang rokok yang masih utuh ke dalam asbak, lalu menya
ang menjadi sedikit kesulitan berjalan karena pengaruh alkohol. Mereka berdua berganden
aja. Lelaki itu tidak melepaskan genggaman tangannya, bahkan hingga m
at melihat dengan lebih jelas, rupa paripurna om
r dingin pesanan mereka tiba. Meski kepalanya
sembari menarik bibirnya me
ab Soraya sambil meny
ja j
"Emang kelihatan tua ya? Saya baru 19 tahun, baru masuk kuliah sem
menggele
Soraya menarik kem
ta Alexander melirik bungkusan rokok mild yan
a sudah lihai dalam urusan hembus menghembuskan asap. "Om umur berapa?" Soraya memiringkan kepala. Mendadak p
eb
...
kelihatan
0 lebih! Sumpah nggak keliata
lum samp
mur Om
empat pu
" Soraya meleba
" Lagi-lagi senyuman
ah punya istri!" Sor
sih sing
mata Soraya mele
wajah ingin tahu gadis yang du
LSHI
membuat beberap
a pacar???" Soray
ak a
nap
ak l
saja. Lagi-lagi mengundang perhatian orang
ri menenggak minumannya sendiri lantas mem
h? Maho ya?" tanya Soraya de
membentuk garis lurus. "Mau
sud
___
rakhir di
liar tak terkendali. Gadis itu rakus menciuminya, seolah esok kiamat. Tatapan gadis itu
gan cepat. Alexander , menuntun sebelah tangan S
kan wajah bingung
lebih. Gemas, melihat om berwajah tampan yang ia sudah
menatap takjub sebelah tangannya yang sudah tenggelam di bali
asanya tumpul. Tidak bisa berpikir apalagi mengingat nama untuk saat ini. Otaknya sedang sibuk m
tangan Soraya mengelus dan meremas kejantanannya. Berikutny
i menyeruak dari bibir gadis itu. Namun Alexander tidak peduli saat berat
bat naik, sebelum tiba-tiba Soraya hilang kesadaran
raya dan mendapati gadis itu mendengkur. Alexander hanya bisa men
gaiman
a segar. Kaca mobil diturunkan sedikit, tidak lebih dari 5 cm. Ia membiarkan
itamnya, Alexander mengamati
ng bag
ia harus membawa pulang gadis itu? At
lexander melihat dua orang pemuda sibuk meneriakkan
kat! Padahal hapenya aktif!
mau tak mau menajamkan pendengarannya. Tid
in sendirian di sofa!" ucap pemuda satunya yang berka
nggak ketahuan! Tadi dia minum minuman itu gak
udah party sekarang! Brandon udah booking ka
Batal deh kita jual Soraya ke Brandon! Batal ngicip juga! Shit
bil riben hitam pekat miliknya. Dalam hati mengutuk aksi dua pemuda bajingan, ya
adis berparas lugu yang ditinggalkan sendiri
ja sudah d
ngnya sebelum membuang puntung rokok ke pelata
Alexander kembali ke dalam mobilnya, du
men
ols rus
bariton Elvis Presley mengantar mobilnya meninggalka