/0/15813/coverbig.jpg?v=7438cda9723132151a3c92aad790be7b)
Nada tahu, dia memilih cara yang salah dengan menjebak Ivander dalam ikatan pernikahan. Namun, hanya dengan cara ini dia bisa bersama pria yang telah dia hancurkan hidupnya. Nada ingin menebus dosa di masa lalu yang telah dia perbuat. Mampukah Nada meluluhkan hati Ivander yang telanjur membencinya? Apakah usaha dan pengorbanan Nada akan sia-sia?
***
Ivander tersenyum bahkan tertawa
karena merasakan hal yang begitu menggebu dalam dirinya. Dia mulai merasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan sekuat tenaga dia berusaha menolak dan rasa itu semakin menguat.
"Jangan menahan dirimu lagi, ikutlah denganku."
"Sialan," geram Ivander begitu kencang.
Nada, wanita yang saat ini telah berbaring di atas ranjang demi menunggu kedatangan Ivander supaya menerkam dirinya. Dia menatap lelaki itu dengan seksama, begitu panas nan menggoda.
"Kamu tampan," ujar Nada bangun dan menghampiri Ivander.
Ivander menggeram nikmat ketika Nada sudah berada di hadapannya, api gairah yang begitu besar membakar jiwanya.
Bahkan sentuhan ringan di lengannya seperti sengatan listrik yang seketika
membuatnya menegang, begitu panas dan bergairah.
"Jangan menahannya, lepaskanlah," bujuk Nada yang mengusap dada bidang Ivander.
"Sialan, berengsek." Ivander semakin mengeliat menikmati sentuhan Nada.
Ivander frustrasi, bergesekan dengan kulit Nada semakin membuat tubuhnya makin memanas tidak terkendali. Tangan mengepal kuat, menahan gairah yang mulai menguasai tubuh serta logika.
"Percuma kamu tahan, kamu akan menderita sepanjang malam," goda Nada pada Ivander yang sedang merasakan panas dalam tubuhnya.
Tubuh Ivander semakin memanas tidak tertahan, percikan api gairah mulai menguasai dirinya. Semakin dia tahan makin besar pula kesengsaraan yang dirasakan, sekuat tenaga tertahan tapi
hasrat kuat seolah memiliki jalan keluar dengan sendirinya.
Ivander ingin melepaskan deretan kancing yang melekat di bajunya, tapi ditahan oleh Nada.
"Biar aku yang lepaskan," desah Nada supaya membuat Ivander menggila.
Dinginnya AC tak terasa akibat tubuhnya yang begitu panas dan bergejolak kuat, Ivander semakin menggeram nikmat.
"Ivan." Suara indah terlontar dari bibir ranum Nada, mendengarnya saja sudah membuat tubuhnya bergetar.
Nada melepas kancing Ivander, dia buka dan ia tatap lekat tubuh indah yang ada di depannya.
"Aku akan membantu melepas nikmat ini, percayalah!"
Nada mulai mengusap pipi Ivander dengan lembut, lelaki itu menggeram kuat akibat sentuhan jemari lentik itu, sungguh serasa maut menjemput. Gejolak kuat makin menguasai, hilang logika dan kendali.
Ivander meraup kedua pipi Nada, mengangkat supaya tergapai olehnya. Kedua bibir menyatu, Ivander semakin dalam melumat bibir ranum wanita sialan ini. Ivander bahkan mendesah nikmat di
sela-sela pagutan mereka.
Bersentuhan saja sudah membuat sengatan listrik yang luar biasa hebat, penyatuan bibir mereka tiada henti dan semakin membakar gairah panas Ivander.
Jemari lelaki itu mulai turun membelai leher jenjang Nada, turun melalui tulang selangka dan berakhir mengusap punggung indahnya.
Robekan baju terdengar, Ivander melempar kasar baju itu entah ke mana. Dia semakin menggeram karena hasrat yang menggebu memasuki jiwanya, terlebih Nada semakin gencar menggoda dan membelai tubuh indah lelaki itu.
"Aku mencintaimu, Ivan," ucap Nada sepenuh hati di sela kecupan panas mereka.
Ivander sudah hilang akal, tubuhnya sudah tak terkendali. Panas dan menginginkan sebuah pelepasan supaya hasrat tersampaikan, tidak peduli siapa wanita yang ada di depannya saat ini.
Ivander melucuti sisa kain yang menempel pada tubuh Nada, bahkan dirinya sudah polos dan menggendong tubuh wanita itu tanpa menghentikan penyatuan bibir mereka.
Lidah saling bertaut, membelit dan mengabsen setiap rongga mulut Nada, erangan kecil membuat tubuh Ivander
semakin terangsang. Gesekan tubuh nan lembut semakin membuat hawa panas kian
tak tertahan.
"Aku mencintaimu, Ivan." Nada tersenyum mengusap kedua pipi Ivander, mencoba tersenyum meskipun terabaikan.
Kedua mata Ivander sudah berkabut dan kembali memagut bibir Nada dengan rakus, tidak ada celah bagi Nada untuk melawan karena malam ini dia akan menyerahkan segalanya pada Ivander.
Kehidupan, kesetiaan dan juga harta paling berharga yaitu kehormatannya.
Nada tahu, setelah malam ini semuanya akan berbeda. Tentu dia sudah menyiapkan diri sejak awal dengan kemungkinan yang ada, dibenci dan dihina.
Nada mencengkeram erat bahu Ivander ketika lelaki itu berusaha menembus dinding tipis dirinya, merasa terhalangi dan kurang kuat. Ivander memasuki Nada dengan kasar tanpa persiapan apa pun, wanita dalam tindihannya sangat yakin meninggalkan cakaran di beberapa
tubuh lelaki itu.
Nada berteriak akibat Ivander telah menerobos kesuciannya, tak tinggal diam begitu saja. Lelaki itu bahkan memagut bibir ranum Nada dan menghujam keras akan kenikmatan surga dunia, hujaman semakin menguat dikala gairah berada dalam puncaknya.
"Maafkan aku."
Nada berucap di sela-sela balutan gairah yang mengusai jiwa, tatapan mata sendu kini berkabut kian bergejolak dan membakar asa.
Sapuan demi sapuan gairah makin menjadi, melahap hasrat dan emosi kian menyatu. Logika tidak berarti kala hasrat makin menguat dan mematahkan egoisme otak, yang tersisa hanyalah luapan gairah tak terhenti.
***
Pagi menjelang, sinar-sinar kecil mulai menelusup melalui celah-celah gorden yang tertiup angin. Sapuan cahaya membuat Ivander mengerutkan kening dan silau menerpa matanya, tidur mulai terganggu terlebih tangannya menyentuh kulit halus yang bukan miliknya.
Ivander bangun dan merasakan pening teramat sangat, ekor matanya menatap punggung polos yang berada di samping. Seketika bayangan percintaan panas mereka menyeruak dalam pikirannya,
sialan.
Nada mulai menggerakkan tubuhnya, menyadari ada tatapan elang nan membara menatap dirinya. Wanita itu bangun dan
menutupi tubuh polosnya.
"Ivan, kamu sudah bangun?" Nada mengucek mata dan senyum indah terukir di wajah cantik itu.
Ivander tidak menyangka akan dipertemukan lagi dengan Nada, wanita yang teramat dia benci. Kini mereka malah
berada di ranjang yang sama dan tidak memakai apa pun, Nada telah menjebaknya.
"Kamu menjebakku?!"
Ivander mengingat kejadian semalam dan dirinya yakin kalau ada yang menaruh obat dalam minumannya.
"Jebakan yang manis bukan, kamu juga menikmatinya semalam," tukas Nada mencoba tersenyum.
"Rencana busuk apa lagi yang ingin kamu lakukan?!" Ivander menatap Nada penuh benci, wanita ini tidak berubah sama sekali.
"Tentu memiliki kamu lagi, Ivan," jawab Nada dengan lembut.
"Jangan bermimpi rencana kamu akan berhasil, aku tidak akan termakan oleh jebakanmu," hardik Ivander menatap nyala pada Nada.
"Tapi sayangnya kamu sudah masuk dalam jebakan dan tidak mungkin bisa keluar lagi," jawab Nada menyentuh tangan Ivander tapi ditepis olehnya.
Dan benar apa yang dikatakan oleh Nada, pintu terbuka dan memperlihatkan kedua orang tua mereka melihat ini semua. Seketika Ivander menatap Nada dengan tajam, sedangkan Nada hanya menaikkan kedua bahu dan menutup tubuh polosnya.
"Kalian berdua sungguh keterlaluan," teriak Jovin Mahaprana, Papa Ivander.
"Bukan dengan cara seperti ini kalau kalian ingin segera menikah," tambah Jordan, Papa Nada.
"Ini tidak seperti yang Papa bayangkan, aku sama sekali tidak melakukan apa pun dengannya," bantah Ivander tidak terima dituduh seperti ini.
"Maaf, Pa. Kami harus menyembunyikan hubungan ini," ucap Nada malah semakin memperkeruh suasana.
Ivander membulatkan matanya dengan akting yang ditampilkan oleh Nada, bahkan mulut lelaki itu terbuka karena tercengang dengan hal gila yang diucapkan oleh wanita di sampingnya.
Nada sungguh pemain yang hebat, pantas saja dia seperti rubah licik yang hanya bisa bersembunyi di balik paras cantik.
"Bersihkan diri kalian dan Papa tunggu di restoran bawah!" perintah Jovin menatap keduanya dengan tegas, seolah tidak ada bantahan apa pun dalam hal ini.
Jovin dan Jordan keluar dari kamar mereka, amarah Ivander seakan menguap karena Nada telah menjebaknya kembali. Ternyata Nada tidak pernah berubah, bahkan aktingnya jadi semakin bagus.
Nada bersiap dengan kemungkinan yang ada, Ivander pasti akan memaki dan menghina dirinya setelah ini. Sejak awal Nada sudah menyiapkan mental baja untuk menghadapi Ivander, apalagi untuk rencana gila yang telah ia lakukan semalam.
"Brengsek," teriak Ivander membuat Nada menghembuskan napasnya, guna mengurangi rasa takut yang kian menghinggapi hati kecilnya.
Kobaran amarah terlihat begitu menyala dari pancaran iris mata Ivander, ingin rasanya dia membunuh Nada saat ini. "Wanita sialan, belum puas kamu menghancurkan hidupku," hardik Ivander yang hatinya bergemuruh menahan luapan gejolak emosi yang selama ini terpendam.
"Maaf." Nada menatap Ivander dengan berani.
Ivander langsung mencengkeram leher Nada dan menindih tubuhnya, tekanan di leher Nada makin menguat. Napasnya mulai tersendat, wajah memerah kini terlihat dan tak ada perlawanan apa pun.
Air mata Nada mulai mengalir dari pelupuk mata, menatap nanar lelaki yang sangat dia cintai. Jika pun, Ivander mengambil nyawanya saat ini. Dia akan suka rela menyerahkan hal itu untuknya.
Nada terbatuk-batuk ketika Ivander melepaskan cengkeraman di lehernya. Akal sehatnya mulai kembali, menatap rendah dan hina pada Nada.
"Wanita gila," geram Ivander bangkit dan mengabaikan ketelanjangannya.
Langkah Ivander terhenti ketika Nada memeluk tubuh kekarnya dari belakang, bahkan lelaki itu bisa merasakan punggungnya basah akibat air mata Nada.
"Aku cinta kamu, Ivan."
Derai air mata Nada tidak tertahan lagi, dia sungguh mencintai Ivander sampai rela melakukan hal gila seperti ini. Nada memeluk erat tubuh lelaki itu, menumpahkan segala tangis dan rasa putus asa akan siksaan yang telah dia alami.
Berbekal dendam masa lalu membuat Felix ingin memberikan kesengsaraan dalam hidup Freya, sang mantan pacar yang dulu mencampakkan dirinya. Obsesi kejam yang tanpa sadar membelenggu Felix pada masa lalunya, dan melakukan segala cara untuk kembali memilikinya. “Kamu perawan pun, aku tidak peduli!” Mampukah Freya bertahan di saat Felix menikahi wanita lain dan menjadikan dia seorang simpanan yang hanya sebagai penghangat ranjangnya?
"Gugurkan bayi itu atau jadilah simpananku!" Berawal dari Shane yang mabuk dan salah meniduri Shaleta yang dia anggap Maria, tunangannya. Kehidupan Shaleta berubah 180°, memilih menjadi simpanan dan harus kehilangan sahabatnya karena hal ini. Maria kecelakaan dan meminta Shane untuk mempertahankan Shaleta yang hamil, namun kebenaran terungkap dan hal tersebut membuat Shaleta begitu membenci Shane. Roda kehidupan terus berputar, dan Shane harus menebus segala kesalahan di masa lalunya. Bahkan rela merendahkan harga dirinya sebagai seorang lelaki di hadapan Shaleta yang sudah menikah. Bagaimana kehidupan Shane setelah kehilangan Shaleta? Dan mampukah Shane mendapatkan kembali hati Shaleta yang terlanjur membencinya? Follow ig : Ryanty_tian
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
||Mafia Love Story|| Dewasa|| BDSM Story Angela adalah gadis yang tidak diinginkan oleh semua orang. Buangan. Buruk rupa. Hancur. Tidak layak untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta. Ataupun harapan akan kebahagiaan. Hidupnya tidak pernah menjadi miliknya. Hingga suatu hari, ia dipaksa untuk menggantikan kakak tirinya menikahi seorang pria. Pria yang tidak pernah dikenalnya. Pria yang tidak pernah di temui atau dilihatnya. Pria yang dikenal kejam, buas, possesif... Ketua mafia LaRocca. Dimitri LaRocca.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men