Julian Evans adalah salah satu CEO terbaik di dunia, pemuda kaya nan tampan yang terkenal romantis. Siapa yang berani menolak pria sehebat itu kalau bukan sekretarisnya sendiri? Tak peduli seberapa besar perjuangan pria itu mengejarnya, sang gadis tetap menutup hati, walau di dalamnya ada cinta yang berbalas. Mia Sanders hanyalah anak sopir dan pelayan keluarga Evans yang dididik untuk menjadi sekretaris andal. Tujuan hidupnya adalah membahagiakan orang tua dan membalas budi baik keluarga Evans. Karena itulah, ia tidak berani membantah. Hubungannya dengan Julian Evans memang sebuah petaka yang harus dihindari. "Saya heran kenapa Anda bersikeras memercayai hal yang tidak nyata. Cinta di antara kita hanyalah angan-angan." "Kalau begitu, beri aku tantangan. Jika aku bisa menyelesaikannya, kuharap tidak ada lagi keraguan dalam hatimu. Aku memang serius mencintaimu dan rela melakukan apa saja demi bisa hidup bersamamu." Apa yang terjadi selanjutnya? Mampukah Julian meluluhkan hati sang sekretaris dan meyakinkannya bahwa cinta mereka layak diperjuangkan?
"Mia, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?" ucap Julian sukses membuat sang sekretaris menghentikan langkah. Dua detik kemudian, gadis yang semula berjalan menuju pintu itu, berbalik menghadapnya.
"Ada apa, Tuan?"
Sambil menyempalkan tangan ke dalam saku, sang CEO mengitari meja kerja dan berhenti tepat di hadapan sekretarisnya.
"Max, kau, dan aku tumbuh bersama sejak kecil. Dengan kata lain, kau pasti sudah sangat mengenal kami," ujarnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Baru kali ini Mia mendapati raut semacam itu. "Menurutmu, adikku itu orang yang seperti apa?"
Mendapat pertanyaan yang terkesan konyol, sang sekretaris hampir saja mengerutkan alis. Namun, demi menghargai bosnya, ia terpaksa mempertahankan tampang datar.
"Tuan Max orang yang cerdas dan penuh perhatian. Meskipun dia tegas dan ambisius, dia tetap bisa menempatkan keluarga sebagai prioritasnya. Tipikal pria idaman banyak wanita," jawab Mia jujur.
"Begitukah? Lalu, apakah kau pernah menaruh hati padanya?"
Mendengar pertanyaan yang tak terduga itu, Mia sontak menaikkan alis. "Maaf?"
"Kau mengatakan kalau adikku itu idaman banyak wanita. Apakah kau termasuk salah satu dari mereka?"
"Kenapa Anda tiba-tiba menanyakan hal semacam itu, Tuan?" balas sang sekretaris sambil memiringkan kepala.
Julian pun mengangkat bahu sekilas. "Hanya ingin tahu saja. Jadi, apakah kau pernah menyukainya?"
Selang perenungan sejenak, Mia mengangguk tegas. "Ya. Sampai sekarang pun, aku masih menyukainya."
Hanya dalam sekejap, jantung sang CEO berdebar tak karuan. Ia tidak menduga jika pertanyaan spontannya malah mendatangkan keresahan yang lebih hebat.
"Lalu, apakah karena itu kau tidak pernah menerima cintaku? Karena kau masih berada dalam bayang-bayangnya?" desah Julian yang tak bisa menyembunyikan keterkejutan.
Alih-alih menjawab, Mia malah menghela napas tak percaya. "Kenapa Anda berpikir begitu? Tentu saja tidak."
"Tapi, kau baru saja mengaku masih menyukainya," sanggah sang pria dengan napas yang menderu.
"Bukankah tadi Anda sendiri yang bilang kalau kita bertiga tumbuh bersama-sama? Sejak dulu, aku menganggap Tuan Max sebagai kakakku. Wajar jika aku menyukainya. Dia juga selalu baik dan menganggapku sebagai adik."
Menyadari bahwa dirinya telah salah paham, Julian berkedip-kedip tanpa kata. Ia tidak tahu bahwa basa-basi juga bisa membahayakan hati.
"Apakah ledakan emosi Anda sedang kambuh, Tuan? Pikiran Anda sepertinya agak kacau," sindir Mia dengan tampang polos.
"Tentu saja tidak. Aku hanya mengujimu saja," gumam Julian sambil menggaruk pelipis.
"Menguji bagaimana?"
Kesal karena gadis di hadapannya itu sama sekali tidak peka, sang CEO spontan berdecak. "Kesetiaanmu terhadap Gabriella. Siapa tahu, kau tiba-tiba mengkhianati persabahatan kalian dan merebut Max darinya."
"Sepertinya, Anda bukan menguji kesetiaan melainkan kesabaran saya, Tuan. Sebelum kita bertengkar lagi, izinkan saya kembali bekerja."
Sebelum gadis itu sempat berbalik, Julian tiba-tiba menahan kedua lengannya.
"Maaf, tadi itu ... aku hanya bercanda saja. Sebetulnya, aku ingin mengetahui pandanganmu terhadapku. Bagaimana sosok Julian Evans di matamu? Kenapa kau tidak pernah serius setiap aku mengutarakan perasaan?" ucap sang pria dengan nada lembut.
Mia dapat merasakan ketulusan pada sorot mata yang hangat itu. Sebelum ia tenggelam di dalamnya, secepat kilat gadis itu menepis tangan sang CEO.
"Maaf, Tuan. Kita sedang berada di kantor, dan sekarang adalah jam kerja. Kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan."
"Tapi semua agenda hari ini sudah terlaksana, dan kita tinggal menunggu jam pulang," bujuk Julian dengan penuh harap.
Mia sudah hafal gerak-gerik pria itu. Setelah menahannya pergi, Julian akan menjelaskan tentang betapa ia mencintai Mia. Lalu, sang gadis akan menyangkal dan obrolan mereka akan diakhiri dengan pertengkaran.
"Maaf, Tuan. Hari ini, suasana hati saya sedang tidak bersahabat. Lebih baik, kita bicarakan nanti saja," ujar sang sekretaris datar.
"Nanti, nanti, nanti. Mau sampai kapan kau menunda pembahasan ini?"
"Pembahasan apa, Tuan? Bukankah kita sudah mencapai kesimpulan. Saya tidak bisa membalas perasaan Anda."
"Mustahil!" hardik Julian sambil mengguncang lengan sang sekretaris sehingga gadis itu terbelalak. "Kau memiliki perasaan yang sama denganku, Mia. Aku bisa merasakan hal itu."
Sambil meringis, sang sekretaris menggeleng samar. "Tolong jangan mengada-ada, Tuan."
"Aku berkata apa adanya. Kau memang mencintaiku, Mia. Apa kau lupa bagaimana paniknya dirimu saat aku diserang oleh penjahat dulu? Apa kau tidak sadar sebesar apa perhatian yang selalu kau berikan untukku?"
"Itu karena saya adalah sekretaris sekaligus asisten pribadi Anda, Tuan. Tolong jangan salah paham," kilah Mia sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman sang CEO.
Tiba-tiba, Julian merapatkan pandangan, meneliti bola mata sang gadis dengan saksama.
"Sekarang, katakan kepadaku. Apa yang membuatmu selalu menghindar dariku? Aku sudah memikirkan segala jenis kemungkinan. Yang terburuk adalah kau diam-diam menyimpan cinta kepada Max. Namun nyatanya, itu tidak benar. Lalu, apa?" selidik sang pria dengan suara lambat dan penuh penekanan.
Melihat keseriusan sang pria, Mia bergeming dengan rahang terkatup rapat. Mata gadis itu kini bergetar hebat. Namun, bibirnya sama sekali tidak bergerak. Dengan raut sedingin itu, Julian tidak akan sanggup menembus pertahanannya.
"Kau tidak ingin bicara? Kau tega membuatku penasaran seumur hidup?" desak Julian sembari melebarkan pandangan, berharap Mia akan tersentuh oleh kebulatan tekadnya.
Akan tetapi, beberapa detik berlalu, sang sekretaris masih kukuh dengan mulut dan hati yang terkunci rapat. Mengetahui usahanya gagal lagi, Julian akhirnya tertunduk dan memejamkan mata. Sembari mendesah, ia meratapi nasib cintanya yang menyedihkan.
"Kenapa kau selalu saja diam, Mia? Setidaknya, katakanlah alasan kau menolakku. Aku bisa memperbaiki diri, atau ... mencari solusi. Tapi jangan gantungkan aku seperti ini," bisik sang pria sebelum kembali menegakkan kepala dan menampakkan mata merahnya. Ia benar-benar frustrasi menghadapi sang cinta.
Selang keheningan sejenak, bibir Mia akhirnya mulai membuka. Secercah harapan otomatis mencerahkan wajah sang pria.
"Apakah sekarang aku boleh pergi?" tanyanya membuat Julian kembali terpejam dan menarik napas panjang. Benih-benih harapan telah musnah sebelum sempat bertunas.
Dengan berat hati, pria itu akhirnya melepaskan lengan sang sekretaris. "Ya," desahnya dengan anggukan miris.
Dengan wajah kaku, Mia melangkah mundur. Tanpa mengucapkan maaf ataupun permisi, gadis itu keluar dari ruangan, meninggalkan Julian dengan perasaan kacau.
"Gadis itu ... teganya dia membiarkanku menderita begini? Apakah dia sengaja? Dia pasti ingin memberi hukuman atas kejahatan yang dulu kulakukan," pikir Julian sebelum mengacak rambut dan membanting diri di sofa. Tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga.
Setelah bergeming meresapi keheningan, sang CEO akhirnya meraih ponsel. Begitu alat itu menempel di telinga, ia mendongak, membiarkan kepalanya beristirahat pada puncak sandaran sofa.
"Ada apa, Julian?" tanya seorang wanita tanpa sempat mengucapkan salam.
"Laporan ke-136, usahaku lagi-lagi gagal. Mia hanya diam dan menatapku dengan raut datar," ujarnya dengan nada rendah.
"Memangnya apa yang kau lakukan? Apakah ada yang berbeda dari cara yang biasa?"
Mendapat pertanyaan semacam itu, sang CEO sontak meringis. Ia baru sadar bahwa emosinya telah mengacaukan rencana. "Tidak ada. Aku hendak memancingnya untuk memberi pendapat tentang diriku. Tapi, aku gagal."
"Dasar gegabah," celetuk wanita di seberang ponsel.
Sedetik kemudian, ocehan bayi terdengar seolah menyambung ucapan ibunya. "Yayayaya ...."
"Dengarlah, bahkan keponakanmu setuju denganku."
Selang satu embusan napas cepat, Julian mengangguk samar. "Benar. Aku memang gegabah."
"Nanti, cobalah dengan lebih tenang. Jika terus gagal mengendalikan emosi, kau tidak akan pernah mendapat kejelasan darinya. Wanita tidak suka didesak, Julian. Buatlah Mia bicara tanpa tekanan ataupun paksaan."
Sambil menarik napas panjang, mengumpulkan asa, Julian kembali menegakkan badan. "Baiklah. Aku akan mencobanya lagi."
"Ingat! Jangan sampai emosimu meledak lagi! Aku tidak mau menerima laporan ke-1000," tegas Gabriella, sukses mewarnai wajah Julian dengan kengerian.
"Jika itu sampai terjadi, sepertinya ... kau harus segera mengirimku ke rumah sakit jiwa."
Amber Lim terkenal akan gaya hidup yang mewah dan kecantikan yang memukau. Namun sayang, perempuan itu juga dikenal sebagai perusak hubungan orang alias pelakor internasional. Menyesali sikap buruknya, ia pun bertekad untuk memulai hidup baru. Tanpa memedulikan musim dingin ekstrem yang sedang berlangsung, Amber pergi ke utara untuk berguru dengan Adam Smith, desainer perhiasan terbaik dunia yang misterius. Malangnya, di tengah perjalanan, Amber dirampok dan ditinggalkan di sebuah hutan. Hanya ada sebuah pondok kecil yang dapat menyelamatkannya dari beku, dan hanya ada satu orang yang dapat membantunya bertahan hidup—Tuan Dingin. Tidak ada yang tahu nama asli Tuan Dingin. Ia sengaja hidup menyendiri dan sangat tidak suka diganggu. Penduduk desa terdekat bahkan memanggilnya kanibal karena minimnya rasa kemanusiaan dalam diri pria itu. Padahal sesungguhnya, Tuan Dingin hanyalah seorang duda yang sangat membenci wanita, apalagi pelakor. Lantas, apa yang akan terjadi selanjutnya? Mampukah Amber menaklukkan Tuan Dingin dan pulang dengan selamat? Atau justru ... berakhir menjadi santapan lezat sang duda?
Gabriella adalah seorang gadis polos yang malang. Ia hidup sebatang kara di rumah peninggalan orang tuanya. Hingga suatu ketika, rumah itu dihancurkan oleh Perusahaan Quebracha. Saat menemui sang CEO untuk melancarkan protes, sebuah pun insiden terjadi. "Dasar laki-laki bejat! Belum cukup kau menghancurkan rumahku, sekarang kau merampas harga diriku?" "Mengakulah! Kau sengaja menahan rumahmu agar proyek kami terhambat, lalu sekarang kau menjebakku agar menidurimu. Apa tujuanmu sebenarnya, hah? Siapa yang membayarmu?" Max Evans, CEO muda yang sukses dan tampan itu malah menuduhnya sebagai perempuan bayaran. Apa yang terjadi selanjutnya? Mampukah Gabriella mendapatkan kepercayaan sang CEO? Atau bahkan hati dan cintanya? Akankah dua orang itu sadar bahwa mereka sama-sama dijebak? IG: @pixielifeagency
Angeline adalah seorang pekerja keras, ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena fitnah rekan kerjanya. Angeline yang harus menjadi tulang punggung keluarganya berusaha mencari pekerjaan apa pun yang bisa menghasilkan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Bryan yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Bryan adalah seorang presdir perusahaan ternama. Dirinya yang sebagai keturunan terakhir dituntut untuk segera menikah agar bisa meneruskan keturunan. Dijodohkan dengan kenalan ibu tirinya, membuat Bryan enggan melakukannya karena tau niat dibalik sikap sang ibu tiri. Bryan pun bertemu dengan Angeline dan menawarkan pekerjaan untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan keturunannya. Apakah Angeline bersedia untuk menyewakan rahimnya dan melahirkan anak dari Bryan? Akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang sah?
"Seumur hidup aku akan membencimu Sarah!" Itulah kalimat yang meluncur dari mulut tajam Diko, seorang CEO dengan sikap arogan, angkuh dan tidak pernah bersikap ramah kepada wanita lain kecuali tunangannya bernama Abel. Sangat di sayangkan karena pertunangan mereka harus batal karena tuntutan Ayah Diko yang memaksa pria itu menikahi anak musuh bebuyutannya yang sudah meninggal, Sarah, yang dijadikan jaminan. Sarah marah, kecewa dengan mendiang Ayahnya. Nasi sudah menjadi bubur, wanita yang baru lulus kuliah jurusan ekonomi itu, terpaksa menjadi tahanan di istana suaminya. Dipermalukan, direndahkan, dipaksa, juga di jadikan bahan bulan-bulanan teman Diko. Perlahan, sikap Diko berubah, saat ia mulai menyadari banyak lelaki yang mengejar Sarah walau berstatus istrinya dan menimbulkan sikap protektif berlebihan dari pria tersebut, tetapi, Diko tak sadar jika sudah mematahkan apa yang ada di dalam diri Sarah. Mampukah Diko menyatukan apa yang sudah ia patahkan pada Sarah, juga menyembuhkan hati yang terkoyak, bukan karena perselingkuhan, namun karena HARGA DIRI yang TERINJAK?
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"