/0/10888/coverbig.jpg?v=ccd514fa11a139b5e778c42626e65757)
Bening menjadi korban salah sasaran atas pembalasan dendam yang dilakukan Kevin padanya. Di saat bersamaan sebuah rahasia besar akhirnya terungkap, sebuah kenyataan yang membuat Bening memilih untuk melarikan diri demi membalut luka hatinya. Hingga pada sebuah kesempatan, pertemuan yang tak disengaja menumbuhkan benih cinta di hati Bening dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namun, garis takdir yang dimilikinya tak seindah yang Bening impikan. Jalannya demi bisa bersatu dengan pria yang dicintainya terlalu terjal, menjadikan Bening berteman luka dan air mata. Akankah Bening menemukan cinta sejatinya, sedangkan jalannya menuju kisah yang indah begitu terjal dan berliku? Ataukah memilih mundur demi membalut luka tak terperi? Terlebih saat masa lalunya kembali hadir memperparah penderitaannya. "Jika ada manusia yang paling berdosa dalam hidupmu, adalah aku. Kau tak akan pernah tahu di setiap sunyi malamku tak henti melangitkan doa untuk kebahagiaanmu. Panjang umur, agar kau dapat melihatku dihukum, karena sejatinya cinta adalah hukuman." Kevin Awang Perkasa.
"Aku hamil, Kak."
Pria yang tengah meneguk minumannya itu seketika tersedak. Penuturan Bening membuat Kevin seperti disambar petir di siang bolong. Harusnya dia tak terkejut karena memang inilah yang Kevin harapkan, ia hanya tak menyangka rencananya akan berhasil dalam waktu secepat ini.
Hanya tiga kali saja mereka berhubungan badan, itu pun setelah Kevin melewati berbagai macam usaha demi bisa membuat Bening takluk dalam pelukannya. Sekarang, apa yang Kevin impikan pada akhirnya terwujud.
"Hamil? Kamu yakin?" Ekspresi wajah terkejut lelaki itu terlihat begitu alami tanpa Bening ketahui bahwasanya Kevin sedang berakting.
Bening mengangguk, ia lantas mengeluarkan sebuah benda yang sejak tadi ia simpan di dalam tas yang ada di pangkuannya.
"Aku mulai merasakan ada yang aneh dalam diriku sejak sebulan yang lalu. Dua minggu setelah kita melakukannya untuk yang terakhir kalinya sebelum Kakak pergi ke Jepang untuk melakukan perjalanan bisnis," ucap Bening menerangkan.
Kevin meraih benda yang diulurkan Bening, dua garis merah terlihat jelas pada alat kehamilan itu. Sudut bibirnya membentuk seringai licik yang amat samar. Betapa hanya Tuhan dan dirinya saja yang tahu kebahagiaan yang tengah ia rasakan saat ini.
"Bagaimana Kak, apa yang harus aku lakukan? Jangan diam saja."
Ucapan Bening yang terdengar mendesak memutus lamunan Kevin.
"Hm, baiklah. Besok kita pergi ke dokter untuk memastikan."
"Kenapa nggak sekarang saja, Kak? Kenapa harus nunggu besok?"
"Aku sibuk hari ini, tolong mengertilah. Aku akan mengantarmu ke dokter tapi tidak hari ini. Ada banyak hal yang harus aku kerjakan," dalih Kevin.
"Tapi kamu akan tanggung jawab kan, Kak? Sejak awal kan sudah aku bilang kalau aku nggak mau melakukan hubungan badan sebelum kita resmi menikah, tapi kamu selalu memaksa."
'Ya, aku ingat betapa repot dan banyaknya waktuku terbuang hanya demi meyakinkan dirimu untuk menyerahkan tubuhmu padaku dan aku bersyukur semua berjalan sesuai rencana.' Kevin membatin. Ia sungguh sangat menikmati wajah cemas Bening yang ketakutan jika dirinya tidak akan mau bertanggungjawab.
"Tentu saja aku akan bertanggungjawab dan kita akan segera menikah. Tunggu waktu yang tepat, aku akan membawa orang tuaku untuk datang menemui orang tuamu."
"Janji?" Bening menggenggam tangan lelaki itu.
"Iya."
"Jangan menunggu sampai perutku besar, Kak. Aku malu. Aku bahkan nggak tahu sudah berapa bulan usia kandunganku." Bening bisa sedikit bernapas lega setelah mendengar perkataan Kevin, pria itu berjanji akan menikahinya.
Sejak awal Bening tak mau menjalin hubungan yang tidak sehat, tetapi Kevin terus merayu dan memintanya untuk melakukan hubungan yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Kevin terus berusaha meyakinkan Bening kalau mereka akan segera menikah tak lama usai Bening menyerahkan mahkotanya. Sebesar itu Bening menaruh kepercayaan pada Kevin karena hubungan baik antara kakaknya dengan Kevin yang telah terjalin sejak lama.
Namun, terakhir kali melakukan hal itu di apartemen Kevin. Lelaki itu berpamitan untuk pergi melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri dan berhasil mengelak atas tuntutan Bening untuk menikahinya. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah hampir sebulan lebih lamanya mereka menjalin hubungan jarak jauh.
"Kamu tenang saja." Kevin mengusap puncak kepala Bening penuh kelembutan. "Jangan terlalu banyak berpikir, biar semua menjadi urusanku. Kamu cukup diam dan tunggu saja. Kita pasti menikah," ucapnya berusaha meyakinkan Bening. Direngkuhnya tubuh gadis itu lalu senyuman licik tercetak jelas di bibirnya.
Kevin merasa hari ini terasa jauh lebih indah dibandingkan hari-hari sebelumnya, padahal di luar hujan deras sedang mengguyur bumi tanpa henti.
"Kenapa Kakak menangis?" Bening melepaskan diri dari dekapan Kevin saat ia merasakan keningnya basah terkena titik air yang menetes dari sudut mata Kevin.
"Nggak apa-apa. Ini air mata kebahagiaan." Kalimat yang mewakili isi hati lelaki itu yang tentu saja berbeda makna bagi Bening.
Ada hal yang jauh lebih membahagiakan lagi ketimbang mengetahui kabar kehamilan Bening. Kevin sungguh ingin meluapkan ledakan kegembiraan yang membuncah di dadanya, tapi ia menyadari bukan saat yang tepat baginya untuk menunjukkan pada Bening.
"Pulanglah. Maaf tidak bisa mengantarmu karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
Bening mengangguk patuh. Dia bangkit dari kursinya kemudian mereka sempat berpelukan untuk sesaat sebelum berpisah.
"Ingatlah untuk selalu berhati-hati karena sekarang ada nyawa yang bergantung padamu." Kevin berpesan.
"Kakak tenang saja. Lakukan apa yang menjadi tugas Kakak dan aku akan melakukan apa yang menjadi bagianku."
Kevin melambaikan tangannya melepas kepergian Bening. Senyuman yang sejak tadi terus tersemat di bibirnya perlahan memudar.
Tak ada yang kurang dari gadis itu. Bening memiliki kepribadian yang baik. Wajah dan bentuk tubuh yang bagus menjadi daya tarik tersendiri bagi gadis sembilan belas tahun itu. Sikap dewasanya jauh melebihi usianya yang sebenarnya meski Bening masihlah gadis yang polos. Ada banyak pria yang rela mengantre demi menjadi kekasihnya, akan tetapi kesemuanya Bening tolak dengan dalih ingin fokus pada pendidikannya.
Tak pernah sedikit pun terbersit di benak Bening untuk menikah muda, sampai akhirnya kehadiran Kevin mampu meruntuhkan pertahanannya. Lelaki yang Bening ketahui telah menjalin persahabatan sangat lama dengan sang kakak, Kevin selalu mengejarnya.
Perhatian juga kasih sayang dan cara Kevin memperlakukan Bening berhasil menumbuhkan benih cinta di hati gadis itu. Kevin bahkan telah mendapatkan restu saat dia terang-terangan menyampaikan niatnya pada keluarga Bening bahwa dia ingin menjadikan Bening sebagai pasangan hidupnya. Hal itu yang membuat Bening yakin untuk menerima Kevin menjadi kekasihnya, kemudian menjalani hubungan yang pada akhirnya menumbuhkan kehidupan baru di dalam rahimnya.
Kevin melepas alas kakinya sambil menekan tombol di dinding yang membuat suasana ruangan menjadi terang seketika. Gerimis masih mengguyur, petir sesekali terdengar menggelegar saling bersahutan. Dengan langkah gontai ia mengambil air minum dalam lemari pendingin lalu membanting bobotnya di sofa.
Bayangan ketika Bening menangis setelah ia berhasil mengambil mahkota gadis itu, kini menari dalam ingatan. Wajah cantik nan polos tanpa dosa, tapi Kevin memberinya noda. Dosa termanis, itu yang terlintas dalam benak Kevin. Ia yang semula menjaga keperjakaannya hanya untuk wanita yang dicintainya saja, pada akhirnya harus dia berikan pada Bening. Kevin yang paling memaksa dalam hubungan itu, tapi sejujurnya baik Bening maupun dirinya sama-sama terpaksa ketika melakukan hal itu untuk yang pertama kalinya.
"Kelewat polos," gumam pria itu menyerupai bisikan.
Getaran halus yang bersumber dari kantong pakaiannya berhasil menyita kesadaran Kevin usai pria itu larut dalam lamunan panjangnya. Diraihnya benda tipis itu dan segera menggeser lencana gagang telepon berwarna hijau.
"Ya?" Jeda sejenak sebelum Kevin kembali menyuara. "Aku berhasil menjalankan misiku, tinggal melakukan rencana yang tersisa." Menyandarkan tubuh hingga punggungnya membentur badan sofa kemudian memejamkan mata sembari memijit pangkal hidungnya.
"Tenang saja, tidak ada yang perlu dicemaskan. Semuanya akan berjalan sesuai rencana, aku berani jamin. Tentu saja aku akan berhati-hati. Waktunya untuk kita memulai permainan yang sebenarnya."
Kevin menurunkan benda pipih itu dari daun telinganya. Dia yang sempat akan menaruh benda itu di meja mengurungkan niat saat melihat nama Bening berkedip di layar. Kevin menekan tombol menonaktifkan gawainya dan memilih pergi ke kamar mandi untuk berendam air hangat.
"Kamu akan menjadi pionku, Bening. Kita akan bersenang-senang setelah ini," lirihnya dengan wajah penuh seringai yang menakutkan.
Embun kira dengan menikahi pria yang dicintainya maka hidupnya akan bahagia, tapi ternyata dugaannya salah besar. Pria yang dinikahinya itu tak seperti apa yang Embun bayangkan selama ini. Bukan kehidupan rumah tangga penuh cinta, melainkan neraka yang diciptakan sang suami untuknya. Putra, suaminya mencintai wanita lain yang bahkan telah Embun anggap layaknya kakak sendiri. Embun tak tinggal diam, dan sebagai seorang istri dia rela melakukan berbagai macam cara demi bisa mendapatkan cinta suaminya. Namun, saat kehadirannya tak lagi dianggap, saat semua pengorbanan dan perjuangannya dipandang sebelah mata, akankah Embun tetap mempertahankan keutuhan rumah tangganya? "Cintai aku sedikit saja, Kak," lirih Embun pilu usai menghabiskan malam bersama Putra. Bukan kata cinta yang Embun impikan selama ini dapat dia dengar, melainkan seperti sebilah pisau yang menghujam jantungnya saat suaminya menggaungkan nama wanita lain di akhir penyatuan mereka.
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.