rnikahannya, gagal begitu saja. Keputusan pamannya menerima lamaran seorang rentenir yang bernama Karta, tidak dapat ia terima
barang yang dibutuhkannya serapi mungkin. Tak lupa ia juga sudah membel
ng akan membawa sayuran menuju ke Ibu Kota. Ia bersembunyi di balik pohon besar. Setelah suasana aman, barulah ia berusaha masuk ke
pa ia terus memakai masker untuk menutupi wajahnya. Sepanjang perjalanan ia t
k mobil tersebut. Ia menaikkan sedikit terpal tersebut dan berusaha memotret plank bertuliskan "PASAR MINGGU".
R
rsebut. Gendis tersenyum menatap sang pemilik mobil yang t
ima kasih tumpangannya," ucap Gendis sambi
is yang akan dinikahi Juragan
ak tersebut. Setelah cukup jauh berlari, ia berhenti dengan nafas terengah-engah. Ia menoleh ke kana
tu tidak mengejarku," ucap Ge
at memasukkan beberapa kue sisa acara semalam ke dalam sebuah kotak. Sambil menikmati bekal yang dibawanya, ia kemudian menekan panggilan pada Su
ualaikum Santi
neran kabur ini?" tanya Sus
i jatuh ke dalam pelukan kakek-kakek tua itu!"
sar Minggu?" tanya Susanti yang sedikit kha
ari. Pak De yang punya mobil sayur mengenaliku seb
un Pasar Minggu sekarang! Naiklah kereta arah ke Bogor, nanti turun di S
tasiun, sampai bertemu San," jawab
terus. Assalamualaikum," uc
h. Walaikumsala
tidak jauh dari tempatnya berpijak saat ini. Tak lupa ia juga mencari cara untuk menaiki kereta tersebut di internet. Walaupun berasal dari kampung, Gendi
a di dalam kereta nantinya. Gendis tidak ingin mengalami hal-hal buruk yang sering terjadi seperti adegan dalam sin
ke dalam peron tanpa canggung. Ia terus mengamati layar yang tertera di setiap gerbong agar dapat turun di tempat yang tepat. Ia juga terus fo
siun UI," ucap Gendis dalam pes
ku sebentar,"
orang-orang yang mengetahui siapa ia sebenarnya. Ia berharap semo
dis tersebut. Dialah Susanti, sahabat karib Gendis dari kecil. Susanti yang mendapat beasiswa memilih untuk tinggal d
begitu girang sambil be
Panggil aku Susan!" pinta Susanti ber
nkah itu namamu?" tanya
ku "Susan", mulai hari ini kau juga harus m
dak, menurutku nama itu bagus da
ulang sendiri saja," ucap Susanti be
nggil Gendis sambi
lah sahabat yang butuh bantuannya saat ini. Ia sangat memahami karakter Gendis yang san
dalam angkot. Gendis terus men
arang?" tanya Gendis sambil mel
ulu untuk sementara. Apa kau sudah makan?" tany
polosnya. Ia tidak ingin merepotkan Susan, mengingat uang yang dibawanya tidak banyak, hanya cukup untuk beberapa hari
idak ingin kau sakit dan kita aka
ti, terima kasi
mbil tersenyum dan meng