s Wirto membuat la
ila menatap Gus
amu sudah siap dengan semua ini?" Gus Wirto
a. Dila yakin apapun pilihan kalian adalah yang terbaik,"
a berdetak kencang, dimulai dari Fabian dan diakhiri oleh abinya sendiri yang membahas mengenai khitbah dari keluarga Fabian. Kata-kata
jid sama Naila." Nyai Min
menjawab dengan
diberi tugas untuk mengajar anak kecil yang ada disekitar pondok sini. Letak masji
a tersenyum kecil, semua orang memandang dirinya sebagai putri yang santun dan mengikuti perkataan kedua orang tuanya. Keluar dari
Dila tanpa me
matanya dengan jantungnya yang berdetak kencang, hal pertama yang dilaluinya selama hidup, perlahan melepaskan pegangan Fa
" Fabian berkata tepat di telinga Dila, "tidak
ap Fabian yang tersenyum p
aku juga sama, jadi akan lebih baik kalau kamu m
ng langsung ke mereka?" memi
amu tahu sendiri apa yang terjadi sama aku. Kamu bukan or
sa membantu anda." Dila be
a pada Fabian, mereka belum muhrim tapi sudah beberapa kali ini Fabian memegang tangannya.
anya? Kamu tidak lagi jatuh cinta sama aku, kan?" Fabian m
Fabian pada pergelangan tangannya, "satu lagi saya
ini. Dila berpikir jika Fabian menginginkan untuk menolak seharusnya lakukan sendiri, tidak mungkin Dila menolak karena disini posisi Dila adala
Naila dengan menat
k enak, "ada sediki
sedangkan Naila lebih pada menceritakan sejarah Nabi-Nabi setelah mengaji selesai. Kegiatan ini biasanya berlangsung singkat, waktu yang akan mendek
m." Naila berpamitan men
masjid yang biasanya dipakai oleh orang kampung, mereka lebih senang berada di masjid yang ada didalam pondok. Dila membereska
telah meletakkan barang-barang yang dibawa pada tempatnya. Menatap meja makan yang tampak penuh membuat Dila h
a siapkan di kamar." Nyai
m berangkat membuat Dila terdiam dan lagi-lagi menghembuskan nafas kasar. Membuka pintu kamar dan Dila harus menahan nafas atas apa y
disiapkan, berdandan tipis agar tidak terlihat pucat bukan untuk menarik perhatian keluarga Fabian. Dila harus terseny
iba-tiba?" Dila mena
ina mengucapkan dengan nada menyesal membuat Dila hanya
bisa menolak. Umma sendiri juga tidak bisa menolak, kebaikan keluarga Fabian selama ini membuat kami mengikuti permintaan
buatnya tanggung jawab, tapi Dila sendiri tidak yakin Fabian bisa melakukan itu semua. Kami tidak saling mencintai, bahkan
berpasrah pada Allah." Nyai Mina menatap sedih pada putrinya. "Um
i Mina mengerutkan keningnya, "Dila tahu kalau Naila juga memiliki masalah sampai haru
emakin parah bagaimana