ama beberapa hari itu. Kesenangannya hanya secuil ketika ia mencekik salah satu te
eperti sebuah puzzle yang terlepas hingga membuat s
memindahkan kamarnya tepat berada di sebelah kamar sang nona muda karena dirasa kamar ini jauh lebi
nyisakan celana Panjang berwarna abu-abu ya
itu telah menjadi saksi tiap darah yang pernah melumuri hausnya tanga
ah lama tak ia hubungi. Sedangkan tangan kan
dari seberang sana. "Apakah kau begitu bosan di sana
rang. Tak adakah seseorang yang kau benci di Londo
lagi pria di seberang sana terkekeh. "K
nuhnya. Namun, aku belum mendapatkan kl
argetku. Aku sedang di hot
yusulmu dan ikut berpesta." Tangan lincahnya berhenti memaink
kau ada permintaan khusus? Aku akan den
ku ingin kamu memotong jemarinya satu persatu. Irislah se
y terlebih dahulu, Dex. Oh s
n sebelah alisn
ligus ke kamarnya. Aku menjadi tak yakin
kan mereka seperti mengusir lalat." Dexte
a itu sudah lebih dahulu terkena serangan jantung
bayangkan tua bangka seperti James m
yang terperanjat kaget, menutupi mulutnya dengan tangan dan se
ng dada yang berdiri tak jauh darinya. Tubuh itu begitu terbentuk sempurna. Lekukan di setiap otot perut dan lengannya m
tengah memegang pisau. Pisau? Seperti kilat yang membelah malam, fantasi liarny
a privasinya diganggu dan nona mudanya telah
a itu semakin mencengkeram pisau yang ada di tangannya. Pikiran Vel
ipih tersebut. Kakinya melangkah menghampiri sang nona muda tanpa in
ak tahu kau mene
benar-benar tak sengaja. Namun, sepertinya itu adalah keputusan yang salah karena ketika sorot tajam itu bertemu deng
cepat berbalik untuk segera pergi, teta
ya. Ia berharap saat ini bukanlah akhir dari hidupnya. Meskipun ia
berada di kamar ini. Bukankah kam
milih menunduk dengan suara hampir berbisik karena ia tak yakin dengan kalimat
h di tangannya. Vello memejamkan matanya rapat-rapat hingga membuat sisi mata dan dahinya berkerut.
tentu aku tidak langsung masuk seperti ini," imbuhnya lagi dengan tangan bergetar me
Vello yang membuat seketika tubuh gadis tersebut seperti
ga akhirnya terlepas. "Kau melupakan bukumu, Non
ibawanya. Dengan cepat Vello mengambil buku itu dan langsung
ngai yang terlukis di wajah tegasnya. Ia menikmati ketakutan dari gadis itu. Mungkin lain
*
ya ponsel yang ada di tangannya ke dagu. Menimbang sesuatu hi
saja?" Suara khawatir Russell la
ik-baik
Bukankan di London saat i
mai sekali." Vello akhirnya memilih un
kafe menunggu seseoran
"Rush, mengapa kau memilih D
haannya sendiri yang merekomendasikan Dexter p
tah kenapa kalimat yang sudah di ujung lidah itu justru ia tel
a menyeramkan, Princesa karena dia bodyguar
ia tahu dan tidak sekonyol itu men
erebahkan tubuhnya dengan kedua tangan terbentang. Ia mengembuskan napasn
*
t di dalam dadanya. Sedangkan pria berbadan tegap itu justru terang-terangan memandanginya dengan wajah datar. Bukankah terbalik? Seharusnya Dexter seba
eman sekelasnya yang tak tampak lebih dari semingg
erada di tengah-tengah deretan bangku. Arabelle hanya
anya Vello sembari membenar
seminggu, ya ... aku baik-baik saja." Arabelle b
dan meredam orang tuanya. Arabelle rasa ia akan mendapatkan masalah yang lebih besar jika ia menuntut pria tersebut. Tatapan dan seringai pria ber
jalani perawatan?"
aja! Kekasihmu itu hamp
pa kali. Apa ia tak salah mendengar? "
tawa sembari memandang remeh gadis di dep
da orang yang mempertegas dengan mengatakan hal itu padanya. Sementara itu Arabelle ber
liar seperti itu," liriknya pada Dexter yang berdiri
Vello sukses menciptakan bebera
in aku akan menerjang dan menyeretnya ke ranjang." Mata Arabelle ta
mencetak ototnya secara samar. Sementara bagian lengannya ia tarik hingga mencapai siku yang memperlihatkan lengan bawahnya. Sedangkan pada bagi
ia pria yang menyeramkan," gumam Vello teta
ola matanya. "Yeah
gguh aku tak pernah menggoda Kenneth. Aku c
dua gadis itu bicarakan baru saja melewati mereka sete
i depan wajah. "Sudahlah lupakan hal itu. Aku hanya sedang
maksu
eth memutuskanku karena ia melihatku sedang bercumbu dengan kakaknya. Aku se
abelle. Ia merasa akan salah paham jika ia tergesa-gesa menelannya, tetapi sekeras
posisi duduknya menghadap depan. Mengeluarkan
*
i ketika berjalan keluar gedung jurusan. Entah apa yang dibicarakan sang nona deng
gadis yang tertutupi oleh rambut golden blonde yang terurai bebas, membuat rambut itu b
lok pada area taman dan menghempaskan bokongnya di
guard-nya. Tangannya sibuk mengorek isi ransel cokelat berbahan k
buhnya di pohon. Hampir seharian berdiri membuat kakinya begitu lela
musik memenuhi pendengarannya dari headset yang baru ia pakai. Sedikit banyak, musik
ikmati musik di telinganya. Ia melempar pandangannya ke sekitar area taman ketika s
tangan yang menunjukkan bahwa mereka sudah
senyuman. Mata itu terbuka perlahan, menatap langit diiringi oleh embusan a
padanya. Vello tersenyum ke arah Dexter, tetapi segera s
exter beberapa detik lalu padahal suasana hatinya sudah b
e Conti
a tinggalkan komentarmu ya. Segala info tentang