i dekat meja makan setelah berjalan perlahan karena
i den Dastan bangun dan siap berangkat kerja." Tina
ia juga memainkan jemarinya, mendadak gugup. Tina menjawab apa yang akan ia masak, lalu Dara bertan
?" tunjuk Tina ke no
menunjukkan buku ke arah Tina yang membalas senyumannya. "Novel la
a meletakkan pisau saat sedang memoto
a yang harmonis, dan pe
annya banyak?" Tina menatap gadis ca
a interaksi dengan orang lain, entah alasannya
lau Ibunda D
itu Dara sempat diam
ah sama Kakak, Bunda meninggal karena saya, kami kecelakaan dan Bunda c
tanya-tanya." Tina
alah, Bi." Dara terkekeh lalu tersenyum, Tina mendekat ke
pala, ia pamit untuk kembali ke kamar, karena jika Dastan melihat ia berkeliaran di rumah itu, bisa kacau. Tina hanya bisa menganggukkan kepala, na
edikit terburu-buru, bunyi decitan kaki kursi yang menggesek lantai
inganya karena teriakan Dastan yang bersuara keras. "Ngapain dia di sini
ak, karena Asri dan Arta lagi sekolah, den Dastan mau makan
apaan, sih, di sini! Nggak bisa kalau cuma duduk diam!" Dastan bicara dengan terus bernada t
na tau 'kan saya seperti apa. Setiap Ayah bawa perempuan murahan ke sini
p Dastan ketus. Mang Dadang mengangguk dan
terus kasar," lirih Tina lalu
," pangg
ampiri, lalu tangannya merapika
uk perlahan di kursi kecil dapur kotor, sedangkan Tina, ia merasa sedih. Ia juga punya anak perempuan, tidak sanggup membayangkan kalau anaknya berada di
empuan murahan. Jangan dipikirin ucapa
el nanti ke sini lagi,
tipis. Dara hanya bisa diam, padahal, justru ia merasakan ada yang
ingga terbentur bebatuan kolam yang membuat goresan luka di tangan dan kening Dara. Tina menjerit, memperingatkan Dastan supaya tidak melakukan lagi, namun lagi-lagi Tina kalah, Dastan menarik rambut panjang Dara, supaya Gadis itu
Maafin Dastan ya, Dara, temperamen tinggi. Bibi juga suka kesel, berkali-kali dibilangin, masih beg
terima kasih, ya
k membuatkan susu hangat. Dara diam, menatap lurus ke depan, ia merasakan, ada sesuatu yang berbeda dari cara
tolong klien lainnya, namun mendadak, wajah Dara terbayang dan membuat jemari Dastan berhenti di atas kibor. Ia diam, isi kepalanya berpindah ke perlakuannya ke Dara tadi
–" Dara menundukkan pandangan. Ia cukup gemetar ta
n, ia berjalan masuk, bau asap rokok tercium tipis, sirkulasi udara kamar Dastan bisa dibilang baik, alat p
asih dengan kepala tertunduk.
gan kasar. Dara berjalan keluar kamar tanpa bicara apa pun. Ketika pintu ditutup, Dastan memejamkan mata sambil mengepalkan t