a
u yang tadi ia kenakan sudah berganti dengan baju tidur berbahan satin, Alan menyuruhnya tidur di kamar tamu, letaknya tidak beg
h perutnya sudah lapar, ia akan memeriksa lemari kabinet itu,
enuju chiler, ia hanya menatap beberapa minuman kaleng, Bir, soft drink, dan beberapa botol red cocktail
ng kamu
gannya terlihat jelas, dan tampak menggiurkan itu adalah perut sixpack. Oh Tuhan ia tidak menyangka bahwa Alan memiliki tubuh indah seperti itu. Jenar yakin tubuh itu ia dapat dengan olah raga
elihat tubuh indah itu. Ingin sekali tubuh bidang itu
karena sedari tadi ia melihat secara
annya, dan kembali menf
tidak ada satupun maka
ya. Ia bukan jenis laki-laki yang gemar memasak, dan ia bahkan tidak tahu sam
very order saja, kam
goreng, burger dan m
tidak tahu ternyata selera
gi yang ingin kamu
id
****
g. Jenar tersenyum karena keinginannya sudah terpenu
coel daging ayam itu dengan saus cabai. Jenar makan dalam diam, tidak ada yang m
ket, kadar alkoholnya 0% ia bisa meminumnya kapan saja, tanpa membuatnya mabuk. Alan hanya butuh menenangkan pikiran
mu katakan besok
emiliki hubungan apa-apa, selain rekan bisnis, itu saja"
r terpana menatap sebuah tato di lengan kiri Alan
iki tato?"
buat ketika saya liburan ke Berl
ia lalu menyudahi makannya. Je
ma ka
tato juga, berukuran kecil
a, di
sa melihatnya, kecuali
?" Tanya Al
anya mencobanya saja kemarin di ba
ecuali kamu sendiri ya
ing, agar Alan bisa melihat punggungnya, ia lalu mengangka
uah snowflakes berukuran mini, berjejer rapi disana. Alan memberanikan diri menyentuh pu
an punggungnya. Ia hanya diam Alan melakukan itu kepadanya. Ia tidak berani bersuara, ia hanya merasakan tangan han
dapat mencium harum vanila dari t
unggung Jenar. Ia berusaha mati-matian, untuk tidak mencium
idak berniat untuk menjauhi jemarinya. "
ma ka
pikirkan, dan ia semakin b
hatkan itu kepada saya" ucap
, ia lalu menegakkan punggunya mejauh
ung Alan dari belakang, dan me
****