b
ya dengan menekukkan kepala. Alan tahu bahwa disana adalah seorang wanita, terlihat jelas d
menatapnya, Alan membalas tatapan itu. Ia tahu betul siapa wanita cantik
inya, menunggu hampir satu jam lamanya sambil menekan bell, berpuluh-puluh kali. Ternyata sang pemilik kamar tidak berada di dalam kamar. Jenar menegakkan tubuhnya dan menatap laki-laki
enar pelan, ingin rasanya ia
ca seakan ingin mengeluarkan air mata. Alan tidak kuasa untuk memb
an di restoran bawah"
an, "syukurlah, saya pikir k
i depan kamar saya?"
h makan apa tidak. Ternyata kamu sudah makan, sepertinya saya su
ersenyum getir, mengejar laki-laki ya
atir dengan saya, itu salah besar, saya tidak mungkin melakukan tindakkan yang merugikan saya, ataupun mencoba untuk mengakhiri hidup saya, hanya karena
sa bersalah saya terhadap kamu. Apakah kamu tahu, saya tidak bisa tidur nyenyak, pol
bersalah terhadap k
a bersalah saya terhadap kamu. Setelah hati dan piki
t jelas iris mata itu berkaca-kaca, dan tidak berdaya. Sebagai seorang laki-laki ia tid
untuk menebus rasa bersalah k
rang yang memiliki rasa khawatir yang cukup berlebihan, apabila saya melakukan kesalahan terhad
at sendu, ada guratan kesungguhan di
kah semakin mendekat, ia menatap wajah tampan itu secara deka
Y
lah memberi kesem
kkan Jenar seperti apa. Ia seoarang laki-laki y
ingin istirahat" ucap Ala
***
, celana jins hitam dan kaos berwarna biru menjadi pilihannya kali ini. Rambut lurusnya ia biarkan terurai. Jen
knya. Jenar mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Ia mencari keberadaan Alan.
an lalu duduk tepat dihadapan Alan. Menatap wajah tampan Alan, laki-laki itu terlihat
ag
Alan, ia lalu m
juga tidak menolak atas kehadiran Jenar. Ia hanya malas untuk berdebat lagi
awaban Alan, "apakah tidur,
a dengan kamu" ucap Alan,
u begitu, saya
akan dalam diam, "Apakah kamu punya rencana
k berniat untuk pergi kemana-mana" uc
a boleh men
Y
ban Alan. Entahlah ada perasaa
***