angan. Sudah pukul empat lebih dua belas menit. Ia sudah terlambat. S
r suede cokelat dan syal ini. Sempat terpikir untuk melepasnya dan mengenakan tank top saja. Tapi kemudian i
dengan pakaian-pakaian yang mini, hampir seperti di Bali. Namun anehnya tak ada yang peduli dan mengganggu turis-turis berkulit pucat itu. Lain
celana pendek dan kaos, tetangga rumahnya menatapnya dengan canggung. Tersenyum ramah da
unya, ibu hanya berkata, "yah... Dunia ini tid
mun tak urung i
tit..
nya be
membuka pesan si
kupesankan dulu?"
t lagi sampai. Maaf terlambat, aku jalan kaki
hun, namun segalanya berubah demikian cepat. Gedung-gedung bergaya modern telah banyak menghilangkan wajah klasik
nya, tak sabar untuk melepas blazer su
membelai wajah dan lehernya yang basah oleh keringat. Tak menunggu lama l
penuh dengan pengunjung, mengedarkan
eseorang melambaikan tangan