ncang di dalam Jeep. Laras melirik jam di ponselnya, pukul 20.01. Sudah hampir dua
u? Aku tadi pamit ibu paling tidak
lnya. Suara Axl Guns 'n Roses melengki
t slow and it'll w
is just a li
t slow and we'll
s just a litt
Kubilang tidak usah ditunggu. Kita pulang besok pagi atau
on't even ask me, Kanu! Please, Kanu, I'm
n. "Tanggung, udah sampai sini... Gimana, dong?" ujarnya semb
dulu, nggak main culik
amu pulang ke rumah ibumu dengan keadaan selamat. Lagian, nyulik kam
uat-kuat hingga Kanu memekik
Sakit, Ras! Ampun...
ieur Kanugrahan! Totally
ke selatan kota aja kok khawatirnya setengah mati. Mana mungkin sih aku ngapa-ngapain kamu, Ras," ujar Kanu
dulu yuk, cari warung
ab Laras kesal d
mbali t
bersisa. Sepertinya rasa kesal membuat nafsu makannya menin
melirik Kanu. "Wow, wh
ya, porsi makanmu jadi lebih banyak dari yang biasa
. "Terusin deh. Pua
au kutunjukkan padamu. Nggak ada di Paris, I promise," ujarnya sembari
anehnya ia tersipu pada lelaki itu, mantan suaminya.
ung halamannya ini direncanakan akan berlangsung selama dua atau tiga bulan. Sama sekali ia tak mengabari Kanu, a
ang mama Kanu mendesak agar hubungan segera disahkan saja dalam ikatan pernikahan, dan mereka p
Cinta berubah benci dan saling menyakiti dari ke hari kar
atau perpisahan. Namun, pada saat itu Laras yang berkuliah di jurusan seni rupa, tern
ga mereka dulu adalah permasalahan emosional akibat trauma m
an suka memukul di depan mata Laras. Di sepanjang pernikahan mereka, Laras menjad
dan menangis terisak-isak sembari melemparkan apa saja yang ada di dekatnya. Perempuan itu juga beberapa kali mengalami sakit kepala hebat dan muntah-muntah tanpa sebab yang jelas. Mimpi yang sama
kata trauma masa kecil menjadi penyebab paling dominan. Kanu pun memutuskan untuk merawat Laras hingga istrinya itu sembuh. Obat-obat penenang dan beb
membaik itu bukan akhir da
as tidak banyak bicara, hanya menyendok makanannya tak bersemangat. Kanu terus mengajak
nya Laras tetap bungkam. Namun setelah Kanu mendesak, baru lah Laras mengaku bahwa d
apa?" Tetap, toh pada saat itu Kanu akhirnya memilih men
ah terlambat dua minggu. Lalu Laras pun memeriksan
bat-obatan atau prosedur berisiko lainnya, akhirnya Laras dengan sadar memutuskan melakukan olahraga secara menggila, dan sengaja meminum minuman keras
asih berupa darah dengan selaput mungil yang sepertinya adalah bakal
ernikahan. Takut menjadi ibu. Takut cerita-cerita sedih dalam pernikahan ibu d
tuk melindungi ibu dan dirinya. Kadang juga dengan sabuk atau melemparnya dengan asbak. Masih teringat pula kata-kata
elayaniku! Itu saja tidak becus kaulakukan! Jadi jangan salah
enarnya tak jelas apa yang dilakukannya di luar, ibunya hampir selalu sudah selalu
ga kampung untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Menjadi seorang
an nenek dan kakeknya. Paman dan bibi Laras bersepakat agar rumah itu ditinggali
a mudanya, bapak Laras memang sempat bergabung dengan kelompok seni tradisional di kotanya. Sayangnya, karirnya tidak berkembang pesat karena kel
ari bapaknya. Namun karena bukan benar-benar minatnya dan sifatnya yang memang cenderung pemalas, pekerjaan itupun tidak dilakonin
keluarganya membiarkan, dengan harapan bapak Laras sadar dan bangkit. Namun kenyataannya, ia malah semakin menjadi-jadi. Bekerja tidak, malah memukuli istri
unya diminta untuk membantu mengurus toko milik famili sebagai bagian pembukuan. Selain itu, keluarga besar ibu Laras mend
ingga ketika Laras memasuki usia SMA, akhirnya mereka mampu membeli rumah kecil di dalam sebuah gang di kota
jak SMP. Ikut berbagai macam perlombaan dan pementasan. Prestasinya itu akhirnya membuatnya dapa
a, cerdas, dan mudah bergaul. Namun tak ada yang menyangka bahwa trauma itu masih hidup dalam diri
itu gugur, Kanu pun dengan ikhlas memaafkannya. Ia tetap mencintai Laras dan bertekad untuk me
perselisihan soal hal yang sebenarnya sepele, Laras meminta untuk dilepaskan. Laras meminta per
skan pergi dan tidak lagi me