ira lagi?" tanya Kunto tidak
ajar menatap pen
lengkan kepalanya "Sa
da Rifan kirim Indira setiap kita bert
to mencatat semu
l dengan memainkan dagunya. Perasaannya saat ini tidak sabar, melakukan pekerjaan dengan Indira
sejak malam itu, belum mengalami perubahan sama sekali. Mengingat itu membuat Joe tersenyum kecil, bisa jadi Indira adalah obat d
ap berkas yang ada di hadapannya dengan hembusan nafas panjang. Membangun perusahaan di bidang teknologi bukan hal mu
anya Rifan saat masuk kedalam ruang
n? Saya atasan kamu disini."
u pakai aku." Rifan tidak peduli d
kenapa? Atasan tertinggi adalah saya bukan
yuruh Indira ikut dalam aktivitas bersama klien? Bukanka
amu
siang." Mariska masuk dengan wajah senang
ang menatap takut ke arahnya. Pasti sesuatu terjadi kemarin yang ti
gkan kamu kesini, bukan langsung masuk seenaknya sen
ama kaya kamu." Mariska menjawab santai. "Lebih ba
aya bertemu klien." Fajar berdiri merapikan berkasnya. "Saya tunggu di lobby." Fajar mengali
lagi?" Mariska menatap t
ariska, sampai sekarang tidak tahu kenapa Fajar asli bisa bersama dengan wanita dihadapannya, bahkan menjadikan tu
melakukan hal sama seperti dirinya, pastinya bukan Fajar yang asli. Fajar asli tidak akan melakukan penolak
alisnya. "Kamu bukan Fajar yang aku kenal. Fajar yang aku kenal wa
tidak terpancing atas apa yang dilakukan Mariska. Bukankah dirinya yang lain membutuhkan
u kelelahan." Fajar menghentikan gerakan ta
makin dalam. Fajar yang ingin melepaskan diri dari Mariska tidak bisa, ciuman mereka lebih dalam terjadi dengan lumatan yang memainkan
." Fajar menguca
." Mariska memandang Faja
akanan itu adalah makanan yang dibelinya dari katering langganan. Faj
ucap Fajar menciu
i kamu nggak datang ke tempatku." Mariska lagi-lagi menghe
ditunggu klien." Fajar melepask
nformasi terkait dengan klien yang didatanginya, diam mendengarkan semua penjelasan dari Kunto. P
, Kunto hanya bisa mengangguk "Jika terjadi sesuatu dengan kanto
Pak Budi?" tanya
annya "Kasih dengan no
lalu menyiksa sampai benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Dari kejauhan melihat Indira membuat Fajar meng
arang." Fajar berka
ang lain. Kepribadian yang suka berbuat sesukanya, Joe lebih suka berpikir jernih sebelum
ndira membuka suara membuat
enatap datar membuat Indira menelan saliva
Indira menund
belakang, Indira melakukan hal yang sama. Mereka terdiam dan menatap kearah yang berb
erakan Indira terhenti menatap Fajar bingung "Kamu bisa membaca ke