ar membuat beberapa orang tidak berani mendatanginya. Melakukan kesalahan dengan tidak membawa Rifan bersama, hembusan nafas kasar t
pria yang sama mengajaknya bertaruh. "Mau taruhan lagi? Apa kali ini yang
r menatap tajam. "Pergi ka
tidak akan mampu menghajar orang," ucapnya memandang rendah Fajar, "pimpinan model
t tangannya untuk memu
t ke arah mereka. "Pak Fajar," ucap Indira dengan nada terkejut dan menatap tidak
ucap pria yang menantang Fajar, Dave. "
ng." Indira menatap malas pada Dave. "S
h, Dira." Dave menatap tajam
ave keluarkan, "dia nggak akan terpancing kalau kam
ngannya seharian dan juga pria yang mengajaknya taruhan semalam. Pria ini membuat harin
ntikan pertengkaran atau apapun itu. "Sekarang kamu bisa jelaskan ke saya, ap
engan apa yang Fajar katakan. "Aku pulang, Dave. Ingat balikin motornya dan segera p
itu. Pandangannya beralih pada pria yang menantangnya, sekali lagi Fajar tidak peduli namany
ukan kemarin." Fajar memberikan tatapan meremehkan, "sesuai
." Dave berkata tegas.
apan, kedatangan pria kemarin dan karyawannya membuat hari Fajar semakin kesal. Memasangkan helm dan tiba-tiba sakit kepalanya kembali meny
riak tertahan atas
" Fajar menatap sumber suara lagi-lagi In
ndira melangkah mundur dengan m
. Fajar bisa merasakan tangan Indira memegang lengannya agar tidak terjatuh, rasanya in
nya Indira dengan nada
isa merasakan pegangan tangan Indira hampir terlepas dan membuatn
pulang." Indira berkata
ria yang menantangnya kemarin datang. Fajar tahu ada perdebatan kecil, sampai akhirnya merasakan bukan Indira yang memegangnya melainkan beberapa pria. Fajar dimasukkan kedalam mobil
tatapan cemas. Pintu ditutupnya tidak lama kemudian, memastikan keadaan Fajar dengan m
lang." Fajar membuka suara membuat mereka sal
ka sabuk pengamannya dan seketika menyadari
tap penuh penyesalan. "Kondisi anda tidak baik-baik saja
dengar perkataan Indira, "ka
ta saya menggoda anda? Tadi anda tidak baik-baik saja, terlihat beberapa kal
mengingat kejadian yang baru saja terjadi, menatap Indira yang masih setia memandangnya penuh selidik. Melihat itu semua membuat Fajar menelan saliva kasar, Indira
Fajar mencoba tersenyum pada Indira se
gan sangat baik, jika saya meninggalkan anda dalam keadaan tidak baik-baik saja, besok pagi akan headline ne
tersentuh oleh siapapun. Tersenyum kecil, seketika membuat Indira menatap tidak percaya dengan senyuman yang Fajar berikan. Fajar seketika tersadar apa yang dilakukannya sal
sekali lagi hanya bisa membeku atas apa yang Indira la
aat melihat tatapan cema