k-baik saja. Beberapa lirikan yang Indira lakukan membuat dirinya tidak nyaman sama sekali
Indira membuka suara membua
ari dengan baik mengenai kerjasama itu, say
oma. Kerjasama ini saya yang buat bukan Pak R
Fajar mencoba mengingat mengenai keberadaan Indira disampingnya, biasanya yang ikut antara Kunto atau Rifan. Fajar ya
?" tanya Indira me
uh saya, jadi jauhkan tanganmu dari lengan sa
ntuhan tangannya di
orang lain. Fajar sendiri tidak pernah melakukannya, kata itu adalah kata-kata untuk pengecut dan bodoh.
gan suara kecil yang han
jah yang sangat berbeda dengan tunangannya membuat sesuatu dihati Fajar berdetak kenc
bertemu tidak menemukan jalan terang. Fajar tidak ingat kapan tepatnya klien ini menyetujui kerjasama, langkah Fajar terhenti saat melihat
ng dilakukan Indira, menggelengkan kepalanya pelan melihat wanita yang disampingnya
ma dengan perusahaan anda," ucap pria yang memegang jabat
elakukan yang terbaik untuk pe
kas yang harus mereka tanda tangani. Fajar membukanya, membaca sekilas isi dari perjanjian itu
iubah." Fajar mengatakan dengan suara data
dengan tatapan bingung, "bagia
enuliskan nama." Indira membelalakkan matanya mendengar
anya dan benar, "tertulisnya Fajar Herdianto, i
n pada huruf yang dimaksud, tidak lama kemudi
dukkan kepalanya. "Saya a
ruangan. Fajar mengangkat sudut bibirnya melihat bagaimana reaksi Indira, mengalihka
itu berkata dengan nada meremehkan, "kesalahan ke
a harus jeli, pada hal terkecil
dihadapannya sangat payah untuk diajak berdiskusi, menatap ruangan yang ditempatinya membuatnya tersenyum keci
ia itu membuat Fajar mengalih
nduk untuk meminta maaf ata
rlebih dahulu, siapa tahu masih ada kesalahan sehingga bisa diperbaiki kembal
ah sampai di kantor akan memarahi Rifan. Fajar menggelengkan kepalanya, semua ini karena semalam melakukan balapan liar dan wanita ini menjadi
Saya tidak suka keberadaan kamu, semuanya jadi berantakan karena sikap tidak profesionalmu
wab Indira
terlebih dahulu. Fajar menatap punggungnya dengan tatapan penuh tanda tan
ajar memegang kepalanya dengan keras "Langsung pu
kali menarik rambutnya, berharap sakit kepalanya hilang. Memejamkan matanya saat meras
a ke rumah sakit?"
ANGAN PERNAH MEMBAWA AKU KE TEMPAT SIAL
berhenti tidak lama kemudian, langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sangat dibencinya. Budi, pamannya yang selama ini merawatnya. Paman yang membe
an menatap Fajar tajam. "Berhasilkan per
U DATANG KESINI!" Fajar t
ak tahu diuntung...Cuih..." Budi meludah dekat Fajar dengan menarik rambutn
ibayar? Penyiksaanmu? Kalau memang itu m
L
yang saat ini menatap dirinya tajam. Berusaha untuk tidak takut dengan
rena kamu memang membawa kesialan," ucap Budi dengan tatapan ta
an benci, tapi bukan Budi yang dib
snya dari awal aku haja