ng sedang dinyanyikan itu pun terhenti. Rava
yang berada di sebelahnya
?" tanya Ravano sembari meletakkan gitar y
" Temannya itu tertawa pelan dan per
nanjaya, teman s
av?" Kinn menyikut pe
ninju bahu Kinn.
Silvi liatin lo tuh. Di
oridor itu tengah memperhatikannya dengan senyuman yang sulit diartikan. Sementara teman-temanny
ibirnya dan berkata, "bodo
membuang p
k, kan? Dia yang paling cantik se-ke
mangnya lo kira cu
emasuki kantin yang saat
ekati sang pemilik k
ya begitu dia bertemu Key di sana. Dilihatnya gadis itu juga tengah memesan b
ehkan kepalanya. Kemudian dia dan Adel berja
Key. Lo gak ngerasa
alu basah juga sih." Key membuang napas mengingat Ravano yang rela melepas jaket untuknya. Gadis i
ujanan," timpal seseorang
menatap Ravano yang mulai berulah lagi. Jika sudah seperti itu, ia juga tak bisa berbuat banyak walau
kedua alis yang bertaut. Tangannya diam-diam
belah alisnya. "Ken
a dan membuang panda
pul. "Ehm ... nanti
sa naik
Key menolak tawarannya. Ia sempat menghela napas, lalu kembali berujar,
ilih memainkan ponselnya dan mengabaikan Ravano yang sud
eseorang datang memba
Bi," uca
ketika Key dan Ravano dalam situasi seperti saat ini. Ia tahu kalau mereka a
mburu?" Ucapan Kinn sukses membuat Adel memelototkan
" Adel memutar kedua
y dengan cepat memotong ucapan Adel. Sementara saha
ya, Kinn! Zaneth!" protes Adel denga
soto ayam miliknya tanpa
kali melirik Key yang
merlukan waktu dan fokus yang ekstra untuk mengerjakannya. Padahal tadi dia mengerjakan di perpustakaan dengan berbagai macam buku paket. Tapi itu masi
rima tawaran Adel untuk pulang bersama, meskipun arah rumah mereka berlawan
ilik motor sembari
ujar Key usai diri
ngerjain tugas. Jadi gue nunggu di
pernah ny
nya lalu turun dari motorny
memandang tajam Ra
ap Ravano santai
tangannya. "Bentar lag
a? Ya
lo masih diem? P
edua tangannya di depan dada seraya memuta
cuma nyuruh lo pula
dada. "Besok pagi lo mau berdiri lagi di depan gerbang?"
urusa
ue temen
eh padanya. Gadis itu hendak pergi, nam
ke ma
i tak
ang bar
sembari berusaha mel
mencengkeram pergelanga
pat. Dia beralih menatap Ravano
lang sendiri
ah kalo sampai lo p
dah ngg
ca. Dia pun melonggarkan tangannya, membiarkan gadis
ya, menjauhinya, bahkan mungkin membencinya. Dan Rava
*
ali dia melirik ke arah gadis yang berjala
rangkul Key namun gadis itu dengan sege
nginjakkan kakinya di anak tangga pertama, seorang gadis kecil berlari menghampirinya dan langsung mem
n girang tanpa melepaskan pelukannya. Key sempat menahan napasnya beber
u bukan untuknya, tapi dia ikut bahagia. Setidaknya di
il tadi. Salah satu tangannya terlihat membawa sebuah piring yang berisi berbagai mac
ika sang mama menatap
wanita itu dan dengan gerakan pelan melepas pelu
ap Irina. "Kakak mau ganti baju dulu,
yang selalu berhasil membuat dunia Ravano runtuh seketika. Ketika senyuman t
arnya. Irina sedikit menatap Key kecewa, senyuman anak itu
nya dengan garis lengkungan ke
anita itu juga menatap Ravano, kembali menunjukkan senyuman penuh luka. Kemudian
baju dulu," ucap Karin pada putrinya. "Seka
mbali cerah. Dia mengangguk, dan langsung mengg
anak tangga. Langkahnya terhenti di depan pint
pangg
ada ja
tah
Mendingan lo pergi,"
y tidak sedang berganti baju. Dia tahu saat ini Key tengah berada di balik pintu
l kembali Rav
gi,
gan situasi itu, ia segera merogoh kantung celanan
gera memasangkan kembali kuncinya namun Ravano lebih cepat dan lelaki
pernah gak sih lo berpikir kalau kita berdua juga punya hak buat bahagia, kan? Gak perlu memaksakan
ita ini sekar
anya saudara tiri." Usai mengatakanny
g masih kesulitan dalam membiasakan diri. Ia selalu berpikir, kalau sejak awal h
ano tapi justru berakhir dengan meremas seragam lelaki itu saat ia merasa ada benda b
rsa