an fisik nyaris sempurna tid
uan di keluarga ini. Keluarga yang kerap kali dihina dan tak jarang mendapat perlakuan re
sedang mau. Lebih sering berpangku tangan, mengandalkan Amb
erja!" tukas Abah saat Ambu mu
unya sawah. Emang kita teh punya sa
uami yang setiap pagi kerjanya duduk d
dah ribut. Malu atuh sa
u malu it
gak ada tangg
terjadi. Aku dan adik-adik su
maku, menginap di rumah temannya. Usia Jaka sudah empat belas tahun, dia hanya tamatan SD. Ujang masih berumur satu tahun, seda
Neng Wul
a A
as sama telur. Buat nanti makan
isa dibeliin kopi sama rokok." Aku meng
*
rumah Pak Lurah, aku pun ke war
lik warung sembako dengan ketus. Ibu-ibu yang
uang. Telur seperapat sa
tang keluargaku sudah berlembar-lembar di buku catatan hutang milik
a aja? Lumayan kan bantu-bantu Ambu kamu." Celetuk
uuh pasti gampang atuh cari kerjanya." Giliran Te
Milu sama si Kang Heri. Kalau ma
Jadi delapan belas rebu." Ujar Teh Mirna dengan suara yang
jak ngobrol teh diam
si Wulan! Cantik juga percuma, ditinggal kawin terus sama pacarnya. Ya iyalah, or
uara. Sebenarnya ingin sekali kusumpal mulut-mulut mereka. Tunggu saja, s
nggal jelema.(Segala mikirin anak dua itu. Kan ada Abah kamu Lan. Ah emang keluarga pemalas. Sukanya ngutang k
lih pergi meninggalkan mereka. Samar-samar terdenga
*
h tiga puluh ribu perhari. Kalau ditambah deng
hanya dirumah menjaga adik-adik. Sudah malas j
ak secantik kamu tapi udah punya p
habat sendiri. Tapi wajar sih, si Cecep pilih si Minah. Minah kan orang tuanya punya sawah ban
lalu, ada juragan tanah dari kecamatan lain yang ingin melamar. Tapi
aik ditolak. Neng juga ngerasain kan rasanya dia khianati pacar
jangan yang sudah beristri Neng. Ambu lebih baik punya mantu du
*
taku enggan terpejam. Keinginan me
i orang kaya. Sudah cukup
obrolan Kang Sukri dan
ung Kawi, balik dari sana si
juga haru