rdiri menunggu dipersilahkan duduk. Wajah cantiknya
mempersilahkannya
ngan Prana yang tidak melepa
ja di sini?
ini. "Anda lihat sendiri sekarang." jawabnya ketus. Ganis
atuh, mengatakan 'ya' dan selalu meng
nghilang. Pribadinya yang manis, tenggelam di balik matanya yang cukup menusuk jantungny
hangnya yang terlihat kokoh. "Seharusnya
t dibencinya ini. "Seandainya saya tahu bahwa perusahaan ini milik and
enang hati, resigh dari perusahaan ini." Ia akan beranjak dari ruangan itu. Me
ngan Ganis yang sudah berjalan menuju pintu. "Kamu kira mudah me
n keinginan anda. Jadi, mudah saja untuk kembali menendang saya
h Prana. "Lepaskan!" pintanya marah. Raut muka
rnyata. Prana semakin mence
ar dari perusahaan ini, ingat! Kontrak kerja itu
enyah dari hadapan anda? Saya akan dengan senang hati melakukannya." Ada tawa
dulu, seolah telah kehilangan jati dirinya di depan mata Prana. San
an kasar, sehingga tubuh Ganis menubruk dadany
h
puran dari Woody dan Citrus, yang merupakan aroma parfum kesayanga
ik telinganya. Lalu ... "Baiklah! Teruslah bekerja di sini, aku tertantang untuk melihat seja
sakit di lengannya. Namun, segera berdiri
angsung menuju ke sisi jendela. Matanya yang menyala, men
an kembali bertemu dengan perempuan yang sud
erirnya. Ia hanya memiliki satu hati dan sudah dim
elihat tubuh istrinya berpelukan dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenal. Dan
ita semanis Ganis, mampu berse
ia tidak akan mampu menahan emosinya, bila melihat istrinya itu lebih
gi sekarang, luka itu seperti terbuka kembali. Mengapa wanita ini harus dilihat
imakan hiu buas, agar tak bisa di lihatnya lagi. Atau, mungkin mendoron
jahatnya sendiri. Ia bergidik ngeri jadin
njutkan lagi memeriksa berkas-berkas yang
snya masih terasa berdenyut sakit. Cekalan Prana, memang sangat ker
bungannya dengan Prana. Mereka sama-sama telah te
eka bertemu lagi? seperti di mall waktu itu. Kemungkinannya bisa saja terjadi
. Bukankah dia sudah menuduhnya berselingkuh? tentu akan mengi
i Ganis tak akan pernah merelakannya. Anak setampan dan selucu Gagah, bila disangs
n itu sangat kejam. Sementara ia
suk keruangan kerjanya. Membasuh wajahn
h seperti itu, lelaki itu sangat memuja kecantikan alaminya. Sangat suka menyentuh kehalusan dari k
inginnya telah kembali lagi pada pribadinya. Ya, Gunung Esnya, telah k
esakkan dada. Seandainya bisa menjerit, pasti ia sudah dengan lantang mengeluarkan suara terti
an itu terjadi. "Mengapa kamu menginjakan kakimu dirumah ini?!" hardik Prana, begi
, jadi mengatupkan kembali bibirnya de
mberi tahu khabar gembira, bahwa ia sudah dinyatak
h bertanya pada ibunya lewat telepon, ibunya menyarankannya
sangat mengguncang jiwanya. Suami yang sangat di puja dan dicintainya itu
erti kamu, memang pantas tempatmu di jalanan." bentak Prana lagi. Kata-kata makiannya, sang
ata merah membara, kem
unya harga diri juga. Tanpa berkata lagi, ia meninggalkan rumah yang sud
uh cinta padanya, ia menunjukan perasaanya tidak setengah-t
a ia akan membencinya setengah mati. Akan sangat
is belum menemukan jawabannya. I
elenguh, m
an itu, harus dilindunginya, tidak akan dibiarkan Prana
ng sendirian melaw
Prana lontarkan tanpa mencari dulu kebenarannya. lelaki itu harus
a yang tidak bijaksana itu, telah m