a berpikir sekarang kep
lo disuruh bayar, emang mau?" kata Yoyo mengingatkan,
PG miras, tapi dia tak ada pilihan selain bekerja di sana. Uang dari mana untuk bayar
e semua pelanggan yang sudah datang, nanti d
ri di kaca toilet wanita, sungguh menjengkelkan. Dress mini yang pendek
al, menarik-narik dress warna hitam itu agar
aian mereka sama namun sepertinya dia senior di sana, terliha
k," jawab Sin
ayu sambil duduk dipangkuannya, lo pegang anunya pasti dia bakal bel
nget gue." Sinta menggeleng-gelengkan kepalanya t
ie
, sontak Sin
itah perempuan itu melongok diambang pintu. Sint
, i
tinggi sekitar lima belas senti. Pakaian perempuan itu sama dengan yang dipakainya, sangat terbuka. Ia melihatnya risih, lalu bagaimana dirinya n
u
ak perempuan
ereka. Sinta mengangguk lalu menyimpan tas dan pakaiannya di salah satu loker di sana. Lalu buru-buru keluar untuk mengi
ungkin atasan mereka, dia menggunakan jas juga rok span selutut, elegan. "Ajarin, Dew ... tanya aja apa yang susah ya, Sin, jangan
rintahkan langsung untuk mengajari Sinta
si empat botol," pe
sung melakukan apa yang diperintahkan d
berbentuk U dan dengan cekatan si Dewi langsung mengambil satu botol tersebut, memegangnya sambil berpromosi. Teman satunya si rambut pendek duduk dipangkuan om yang paling pinggir rambutnya botak, ia mengalungkan lengannya d
ikan tangan ke Dewi. Dengan senyum manis Dewi menghampiri, sedangkan teman yang satunya duduk di samping pria botak,
seumur-umur baru masuk tempat sep
irinya, mengajaknya duduk ditengah-ten
duk," kata om-om yang duduk di pinggir bagian kanan. Dia sen
ya gitu," ujar Dewi kesal. Mena
dong kalau malu-malu kucing. Nanti kalau
a,
u itu melambaikan tangan menyuruh Sinta mendekat. Ia meletakkan nampan, mengambil satu botol minuman beralkohol lalu d
k gigit," ucap om di sebelahnya me
p Sinta melotot ke om itu, dan
a!' umpat Sin
a menatap dirinya dalam pantulan cermin, tak percaya dia bisa ada di sini sekarang. Buli
ihan.' Sinta manggut-manggut, ia aka
gila itu langsung menyergapnya, satu tangannya mencekal kedua tangan Sinta, yang satunya
ndang juniornya. Om itu mengaduh, Sinta lari tunggang langgang namun
ekik Sinta, m
membekap mulutnya juga mencekal kedua tangannya
asti saya bayar ... kita pemanasan di sini saja, nanti kalo enak lanjut ke hotel, deal?" ucapnya menawarkan sesuat
menjambak rambut Sinta hingga g
rkosaaaa!" pekiknya
Sayang. Di sini semuanya ya begini
tangan kanan yang siaga menggenggam erat dua tangan Sinta. Satu tanganny
aa
k terbuka, seseorang