epada Bu Ester seolah tidak ada yang t
r dari pintu untuk member
kursi. "Mulai hari ini, kamu akan mendapatka
asi ini dengan wajah y
" Bu Ester meneruskan. "Kamu punya kecerdasan akademik yang lumayan, j
jauh lebih baik jika sekolah memutuskan untuk langsung mengeluarkannya saj
Kaluna, itu
main ponsel di depan kelas ketika seharusnya dia sudah pu
enjawab dan tetap asy
unggu selama beberapa saat. "Rencananya aku mau dik
tika terta
mentar cowok itu. "Sekonyol-konyolnya,
a men
n." Dia memasukkan ponselnya ke saku. "Aku kan b
engumpa
ngkin karena kamu sengaja menggunakan tu
Yohan dengan
tengah kesal. Pikirannya sempat melayang sejenak
Pak Stefan." Yohan menjelaskan. "Wali kelas kamu itu masih muda, bahkan mungkin dia
luna yang
ah di sini lebih lama lagi." Dia mencibir.
Kaluna dengan so
hut Yohan mengingatkan. "seben
na dengan nada tidak peduli. "Yang jelas pendi
ar ucapan yang dilonta
menangis mendengar omongan kamu tadi." Co
u mereka menangis di balik makam mere
anya Yohan, wajah tengilnya terkejut
n kepala tanpa berminat untuk membagi b
" tegur Bayu, salah satu sahabat Yohan. "Jangan lupa, k
ipat kedua tangannya di dada. "Luna itu pengecualian, karena di
r sekarang ini. Sementara Bayu hanya mendengus mendapati
*
yang dipegang Estefan. Padahal hampir semua murid tidak ada yang
ngkan materi di depan kelas. "Kalau sudah, silakan buka buku kalian
s kecuali Kaluna yang memejamka
bali di kursi. Dia tampak belum menyadari bahwa ada seorang anak ke
u ketika satu per satu muridnya m
saya?" tanya Estefan kepada teman
"Saya tidak berani membangunkannya, Bapak tahu
au seluruh muridnya untuk pergi makan di kantin d
tangan dan mengerjabkan mata. Seraut wajah paling r
r siangnya
m?
ampai dia tersadar bahwa Estefan sedang dud
lirih. Kepalanya oleng ke sana kemari untuk mengamati suasana
dari kursinya se
let," perintah Estefan dingin. "setela
a lebar saat mendengar perintah y
lu di kantin?" tanya Kaluna
ya Estefan sambil menatap ta
erjalan pergi dari hadapan Estefan yang ge
n. Bukan karena dia takut dengan kemarahan Estefan, tapi leb
etika Kaluna datang meng
t Kaluna tanpa
lajaran saya," tegas Estefan sambil memandang Kaluna yang wa
ngangkat
gan wajah tanpa dosa. "Saya seringnya bo
ng kamu lakukan itu adalah sebuah prestasi
nggelengk
amanya juga orang meng
Kaluna lontarkan. Alih-alih meminta maaf, cewe
jar Estefan dengan nada tegas. "Bimbingan kamu akan
an yang tiga kali seminggu saja belum selesai saya jal
san," pungkas
ambu