G CINTA
tawa bersama. Dia mengingatkan kekonyolanku dulu, ma
saat dia turun dari mobil bersama Aluna. Dia men
mar berdiri. Dia menyodorkan tangan kanannya k
... eh maaf. Teman SMA Kinar
ku sekilas lalu menata
a ke kamar," pinta
ar hanya tersenyum tipis menatapku. Aku tahu, dari tatapn
eka masih di teras. Tak ada tawa di sana. Apa jangan-j
adahal aku sudah berusaha menceritakan kisah Nabi Yunus seperti yang dia min
Ada perasaan lega, tapi cemasku semakin kuat melanda.
a tadi pada Mas Arka. Aku yakin, dia pasti tak ingin men
an melangkah perlahan ke kamarku, tanpa menoleh sedikit pun ke ruan
ngkahku terhenti. Aku pun membalikkan badan. Rasanya tak sopa
a datang. Cuma di teras juga, nggak masu
encintai dan mengharapkanmu
basa-basi itu membuat jantungku berdetak
ingin melihat siapa dan bagaimana kehidupanmu
nceritakan semua isi hatinya? Atau justru Mas Arka yang mem
orang tuanya? Hanya demi membela kamu dan setia pada cintanya. Aku baru lihat ada laki-la
hkan Mas Arka itu pada Damar. Ada rasa tak nyaman di sana. Seolah dia bangga sekali sud
inya. Ada banyak lelaki yang begitu. Wajar, menurutku. Yang nggak wajar justru laki-laki yang masih begitu mempertahankan ci
membalikkan badan menuju pintu kamarku. Saat baru
karena itulah dia tak mudah melupakan sosok perem
endiri yang terlalu bodoh mencintai seseorang, p
an aku di bagian teratas dan terdepan dalam hidupnya. Bahkan
💕
ekolah Aluna. Menyiapkan bekal untuknya. Menyia
sangat menyayangiku. Aku yang begitu baik dan sabar, katan
n rambut panjangnya. Tersen
pi Luna belum pernah lihat ayah gendong ibu. Padahal dulu, ayah sering banget gendong bunda ke kamar. Iya, kan? Nga
seromantis itu pada mantan istrinya, sementara padaku kaku luar biasa. Namun bod0hnya aku
na masa lalunya dan tak peduli karakternya, tetap saja saya
it terkejut. Gadis kecil itu ternyata duduk terdiam sembari menatapku
Sayang. Mungkin i
berlari keluar kamar begitu saja. Aku mencoba memanggilnya, tapi Aluna tetap s
mpai banyak yang tumpah," ucap gadis polos itu saat melihat ayahnya duduk di s
sudah berdiri di depan pintu kamar. Gemetaran tanga
ggak kelilipan lagi," balasku dengan
n, Bu. Takutnya
ngak, hanya menunduk diam tanpa kata. Jarak mereka hanya dua langkah di depanku, cukup de
. Kasihan kalau masih ada debun
ongak. Debar di dadaku semakin memuncak saat dia semakin mendekat. Terla
-pelan
erlalu tajam menatapku. Tak banyak kata yang terucap di b
ya baik-baik saja dan tak berdebu. Lalu kudengar s
sedang
💕