eluar dari kamar itu tanpa membawa obat. Ia tak mengerti sikap jenderal itu yang mengatak
t tampan meski dengan potongan rambut cepak khas gaya tentara. Rambutnya pendeknya berwarna pirang emas seperti beberapa
ar, tubuh sempurna seperti kesatria di dongeng. Andai bukan dalam situ
n obat dan bersikeras bahwa obat hanya untuk tentara Erdan. Akan tetapi jenderal itu tadi juga menolak tawaran
usnya jenderal itu mudah ditaklukkan, harusnya dia meminta apa yang diinginkan dari Navil
suara, sorotan mata tajamnya hilang. Jenderal itu terlihat lebih tampan ketika tersenyum. D
lebih buruk menimpamu?" suara sang
tak ingin kehilangan Ayahnya- satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini. Mu
e pipi Navila dengan singkat, kemudian turun untuk meraih tangan kirinya. Navila ta
mencoba membuka jemari Navila
sepeti patah, ada luka gores gara-gara ia menariknya saat spon
n jenderal itu. Jari jenderal itu terasa sangat kasar dan hangat saat
kencang karena gugup disentuh oleh jenderal itu. Ia tak mengeri, tiba-tiba perasaa
ke sisi ranjang dengan berjongkok. Dia mengotak-atik isi
satu kentang rebus besar, dan botol anggur, masih belum tersentuh. Ia tak mengira jenderal itu tah
emakan kentang rebus, atau sup kentang, atau pie kentang. Semua yang ia makan satu bulan terakhir ini hanyalah kentang. I
a. Jenderal itu masih sibuk merogoh-rogoh dalam tasnya. Navila tak menjawab perkataan san
, dia membuka botol salepnya yang lebih kecil
oleskan salep berwarna seputih susu. Salep itu tidak teras
batmu," canda sang jender
ng bisa mengizinkan para
u?" Jenderal itu te
k ingin memperburuk suasana jendera
n ke sudut ruangan tempat baju seragam, jas, dan mantelnya mengantung.
gera pergi," ucap sang jenderal
" sahut Navila
bil jas yang dipenuhi atribut, dia lebih memilih mengenakan mantel panjangnya.
deral itu sambi
ng yang baik, tidak seperti cerita yang beredar bahwa semua tentara Erdan adalah orang yang kejam. Ti