at pekerjaan serabutan tidak menentu. Babe bahkan sering ngomel karena title sarjana tekniknya tid
diam mengurus surat lamaran Alif. Jelas Babe pingin Alif cepat kerja bukan karena uang, karena Babe Rojali mempunyai kebon bambu yang hasilnya dijadikan usaha kerejinan bambu. Omzetnya lumayan dan cukup membantu Mang Dayat, Kang Ibik, dan beberapa pemuda tuna
epartemen humas. Jobdesk Alif tentu saja lebih banyak di lapangan. Nantinya dia akan mensurvey calon pembeli/penyewa rumah atau
Tentu saja dia mau. Sebenarnya agak terkejut karena disuruh langsung m
kan nemenin kamu. Atau lebih tepatnya, kamu bakal jadi partner Doni. Dia manajer Humas di
n berkulit putih cenderung pucat, berbadan beberapa sentimeter lebih tinggi dari
? Apa mau ngopi dulu?" Doni tersenyum ramah seraya
ana juga boleh
diem aja, malah nanti lu kena sikat," pesan Doni.
. Tahu benar a
jual omongan. Jangan artiin jelek. Sebut aja kita ini entertain. Diplomasi nga
rokok terseb
Gue cabut dulu, Don. Ntar lu kirim aja laporannya. Jam 2 gue
oke di sini." Doni gerakin tangan
Alif. "Biasa. Di mana aja pasti ada aja yang model begitu. Nggak jalan kalau nggak jilat. Di sini kalau lur
ujur, dia merasa cocok dan nyaman dengan Doni.
," kata Alif. Namun kem
usingin. Lu diterima di sini bukan karena gue. Nggak semudah itu masuk di perusahaan
ni mengajak Alif berangkat untuk survey ke klien sekalian
*
sebentar saja Alif sudah paham cara kerja dan su
n klien di sebuah kafe, Doni meng
g," ajak Doni seraya menunjukkan bungku
e mau nolak, tapi gue udah
at istri gue," jelas Doni. "Nggak tahu kenapa kala
tin Alif. Namun menurutnya Doni itu so sweet sebagai s
kut Doni mampir dulu ke rumah. Alif juga sudah tidah saba
arah rumahnya, Alif
ue, Lif. Biar sekalian gue
rumah besar itu. Sekilas Alif melirik ke arah taman. Tiba-tiba saja perasaannya jadi tidak enak
m," ujar Doni m
nya. Alif langsung gelagapan. Namun, Doni terse
. Kelupaan Mulu gue mau perbaiki. Ya udah, yuk masuk. Mungkin
t. Sementara Alif mulai canggung dan ragu menatap se
ang tamu. Seketika itu juga Alif merasakan ada seseorang mengintipnya dari balik tembok pemisa
Lif?" ta
eng. "Nggak
aja, Bro. Angga
rumahnya. "Kumara! Sayang! Kamu di mana
ih selutut dengan rambut digelung dan ditusuk konde. Ada bunga mawar merah terselip di rambutnya. Selaras dengan warna lip
erbelongo. Terkesima meliha
a lembut. Suaranya seakan be
paan sih? Lihatin bini orang sampe segitunya? Apa ini
uk Kumara. Mereka berdua tampa
esukaan Neng." Doni menyerahkan bingkisan makanan.
menatap suami penuh ke
Yaelah, gini amat nasib jomblo.
buang air kecil. "Mas Doni
oiletnya ada di sebelah kanan setelah da
Bisa kok." Alif
k karuan kembali lagi ke koridor. Yang mana dapur, yang mana toilet, tidak ada yang ketemu. Al
gini? Mana udah di ujung lagi! Ini rumah apa r
apkan, sontak vas bunga di sisi koridor jatuh sendiri. Praaang! Pecah j
ng, harus lewatin halangan rintangan kayak begini." A
yangan hitam berkel
siape tuh?" Pemuda itu kaget bandangan Alif terfokus pada sosok di
sedang menyisiri rambutnya tersebut sambil bersenandung. Alif mena
lif jadi lega akhirnya ada orang terli
udeh coba mau ke toilet, tapi nyasar." Alif
dian, hal aneh terjadi. Kumara mengangkat tangannya yang memegang sisir lalu mengunyah sisir itu. Sisir berontokan lepas dikunyah
ai kaki demi menyaksikan pemandangan di depannya. Tepat saat itun dan langsung lari, kabur
us berlari sampai tubuh
-teriak, Lif?" Doni me
annya. Segera saja dia menunjuk-nunjuk ke arah
Rambutnya panjang, mukanya mirip istrinang. "Jangan sembarangan ngomon
ggak nemu toiletnya, malah ngelihat bini lu nyisir rambut. La, terus sisir
uncul di belakang Doni. Dia tampak sedih lalu menunduk. Perlahan ada air ma
ujuk Kumara, tapi sang istri langsung
k lu. Apa pun itu gue mohon jangan omongin di depan istri gue. Kasihan dia
eran gue kagak bohong, kagak rumpi kayak warga y
ue anterin lu ke toilet. Habis t
! Alif ngebawel sendiri dalam hati. Namun dia memilih diam dan mengapit Doni sepanjang k
*
t di rumah Doni terus saja terbayang. Alif merinding setiap ka
an berisi teh hangat. Ia melihat Alif yang sedan
udah kejadian aneh aje lu! Bangun du
, kacak pinggang,
dah kamar lu! Bocah emang lu ya tidur bareng Nyak Ba
ala ranjang. "Jangan, Be! Aye tidur di sini aje am
u aje ame si Doni!" celetuk Babe Rojali kesal. Dia lalu menarik Mpok Indun. "Y
k Indun dan Babe Rojali. "Jangan tinggalin
uma. Alif memeluk mereka kencang banget. Jadilah kehe
gue terus uun!" omel
ak mau pipis!" te
sok Kumara yang menyeramkan. Dia bahkan menjerit ketakutan melihat Mpok Indun menyisi
Ape kite bawa ruq
sing tujuh keliling. Sementar
*
sam