dalam ingatannya tak sekalipun Shalu pernah melakukan panggilan suara.
ilannya, seakan tak menyerah Dind
ntang biru, seperti memberi harapan. Bergegas di pencetnya tanda pan
akit membuatnya semakin ketakutan. Sekali lagi Dinda
harap, lagi di pencetnya tanda panggilan video. Harapannya untuk m
i Shalu yang baru saja tertutup. Seketika ingatannya melayang saat beberapa waktu lalu Dia iseng men
k hatinya dan mau menjawab panggilannya. Rasa yang sama h
makin putus asa, namun tak mau menyerah k
ya berbinar ketika perlahan nampak wajah Shalu, tak lama binar di
terdengar bergetar da
Dinda yang memohon agar Sha
e!" teriak Shalu yang merasa hidup
lanjutnya sambil mencoba menarik pelatuk s
ketakutan, "Stop!" pi
han isak tangis sembari menutup mata. Dinda m
erdengar Shalu
menangis. "Hey!" kembali suara itu terdengar
eminta Dinda agar berhenti menangis. Mendengarnya membuat D
ma keluar dari mulut Dinda. Entah me
seakan tak percaya
kembali memejamkan mata dan t
nt?" rayu Shalu mencoba me
a Dinda agar Shalu m
enggeleng cepat saat melihat di rak itu ada juga senapan laras panjang ters
awab Din
bertanya pada Dinda. Hanya anggukan yang
ata Shalu menanyakan se
ya balik Dinda apak
sahutnya lalu bil
a pelan, tapi senyum samar
" sahut Shalu dengan raut wajah m
nya Dinda
block!" pinta Shalu. Tak apa jika Dinda membencinya
inda lega, toh itu bukan
reka terdiam dalam pikiran masing-masing sampai a
erlintas di pikirannya telah menjadi seorang pembunuh, meskipu
ble," tukas Shalu yang tak percaya itu tak mung
" tanya
membuat Dinda sedikit melaya
rtanya padanya sekali lagi. Hanya sebuah anggukan
g membuat Dinda heran, tapi kembali
rima kasih karena Dinda tern
itu ingat ini adalah wak
," sahut Shalu
" suruh Dinda agar
e smile," tuturnya, Dia akan pergi sarap
ahut Din
y?" sahut Dinda yang heran kenapa Shal
a agar Dinda tersenyum. Dan tanpa sadar seulas senyum
diam karena memang tadi sempat mengucap kata benci pada Shalu. Sesaat kemudian Shalu yan
bicara kalau dirinya menangis untuknya,