Dinda yang hatinya sedang rapuh akhirnya mengakui tlah menyimpan rasa pada Shalu sg. Meski tlah mencoba tuk sembunyikan rasa itu namun akhirnya terungkap saat Shalu menodongkan sebuah senjata pada kepalanya sendiri. Meski sadar tak ada jalan untuk menyatukan kisah mereka, namun mereka tetap menggenggam rasa itu dan saling berbagi cerita di setiap menit yang mereka bisa
1. The Tittle : Seputih Mawar.
Adinda tak pernah menyangka kalau hatinya yang sedang rapuh akan terbelah oleh kehadiran Shalu. Duda tampan dari negeri seberang yang gigih menunjukkan rasa sukanya tanpa peduli Dinda akan terima atau tidak. Sudah berulang kali Dinda mencoba menjauh namun pada akhirnya menyerah saat tanpa sengaja melihat Shalu kumat penyakit jantungnya, semua karena ucapannya. Dan ketika Shalu menodongkan senjata di kepalanya sendiri, tanpa sengaja isi hati Dinda terungkap.
Pagi yang dingin karena embun baru saja turun membuat Dinda malas melakukan pekerjaan rumahnya. Dia lebih memilih kembali ke tempat tidur dan masuk dalam selimut bermaksud kembali melanjutkan memejamkan mata. Namun karena tak jua terlelap akhirnya jemari tangannya meraih gawai yang ada di meja kecil samping tempat tidur.
" lt's you!"
Entah kenapa tangannya mengetik kalimat itu pada foto yang di unggah Shalu,tanpa peduli akan di balas atau tidak.Namun hati Dinda merasa ada sesuatu yang membuatnya ingin bertanya.
" Yes."
Tak di duganya kalau Shalu akan membalas komentarnya.Karena sejak inbox yang pertama kali, Shalu tak pernah lagi lagi membalas inbox dari Dinda.
" Good morning!" sapa Dinda yang mengira kalau di negaranya Shalu saat itu juga sudah pagi.
" Very very morning this time," sahut Shalu. Membaca balasan dari Shalu yang bilang masih terlalu dini untuk di bilang pagi membuat Dinda sadar, kalau ada perbedaan waktu antara dua negara meskipun masih satu benua.
"How time in your place?" tanya Shalu kemudian.
"04.30 am ," jawab Dinda, ada sedikit rasa penasaran di hati nya jam berapa di sana. "And your time?"
" 03.00, and night coming in 20.00 pm," papar Shalu yang memberi tahu kalau waktu malam di mulai jam delapan.Itu berarti jam sembilan lewat tiga puluh menit.
" Sorry!" Dinda mengirim pesan permintaan maaf saat sadar kalau di tempat Shalu bahkan belum tengah malam.
"Why sorry?" tanya Shalu yang heran kenapa Dinda minta maaf.
" Disturb your rest time," jujur Dinda menjawab kalau sudah mengganggu waktu istirahat Shalu.
" Its ok," jawaban pesan dari Shalu,lalu kembali datang pesan selanjutnya, "No problem!"
"Realy?" tanya Dinda tak yakin .
"Yes!" jawaban dari pesan yang di terimanya membuat hatinya lega. Setidaknya Dia tak mengganggu waktu istirahat dari Shalu yang mungkin ingin memejamkan mata.
" Thank you!" pesan yang kembali datang membuat keningnya berkerut. Akhirnya Dinda mengetik pesan dan bertanya, "For?"
" Your messege!" jawaban dari Shalu justru dirasa aneh olehnya, "Bagaimana bisa berterima kasih hanya karena di kirim pesan," batinnya.
" Will you become my friend?" Datang lagi pesannya yang menurut Dinda terasa aneh. Bukankah mereka sudah berteman, tapi kenapa juga Shalu bertanya apa dirinya bersedia berteman.
"Why you asking? We friend in fb?" jawabnya bingung, bukan karena pertanyaan dari Shalu tapi lebih bingung bagaimana nanti melanjutkan obrolan mereka. Sudah tak banyak lagi kosakata bahasa Inggris yang di ingatnya.
"Yes, you are right!" jawab Shalu membenarkan Dinda kalau mereka sudah berteman di Fb. "Send me your WA !"
"Apa! Kasih no WA gimana nanti kalau dia minta ngobrol di sana?" pikirnya. Tapi bagaimana menolaknya dengan halus, kembali Dinda berpikir keras berusaha mengingat kata apa yang harus di katakan. Tidak etis kan tadi Dia yang ngajak ngobrol duluan langsung bilang no.
Akhirnya Dinda bisa bernapas lega saat ingat dua kata yang di rasa tepat untuk membalas pesan Shalu, segera jemarinya mengetikkan kata, "Next time," segera pesannya terkirim dan tak menunggu lama centang biru terlihat.
"Oky," jawaban dari Shalu segera datang.Dinda merasa kalau Shalu orang yang baik, tak mau memaksakan kehendaknya.
"Where your husband?" tanya Shalu yang membuatnya sedikit terkejut. Setelah satu dua kali inboxnya tak di balas oleh Shalu tentu saja Dinda pikir kalau Shalu pasti cuek dan lupa dengannya, apalagi menanyakan keberadaan suaminya.
" Go to his office," jawab Dinda jujur. Karena memang Bayu suaminya baru saja berangkat ke tempatnya bekerja.
" Whats your job?" tanya Shalu menanyakan profesi Dinda sekarang, tentu saja Dia senang karena ada teman berbalas pesan.
"Sewing at home!" Dinda menjawab dengan jujur kalau Dia hanya penjahit rumahan. Tapi dalam hatinya ada sedikit rasa takut kalau Shalu bertanya lagi mungkin tak akan bisa menjawab. Bahasa lnggris yang di kuasainya cuma ada beberapa kata yang masih dia ingat.
" And you?" tanya balik Dinda pada Shalu.
" Just shopkeeper!" jawab shalu. Entah apakah Dia jujur atau tidak Dinda tak berani bertanya meski sedikit tak percaya. "Bagaimana mungkin seorang pramuniaga bajunya bagus semua," batinnya dalam hati.
" You not shy?" pesan dari Shalu yang menanyakan apa dia tidak malu membuat kening Dinda berkerut. Sambil berpikir dia lalu menjawab pesan itu dan bertanya, "Why?"
" Your friend just shopkeeper," terang Shalu kembali menegaskan kalau dirinya hanya seorang pramuniaga. Dan kembali datang pesannya yang seperti sebuah keluhan, "l am not rich man!"
Membaca pesan yang baru saja datang dari Shalu yang mengatakan kalau dirinya bukan orang kaya membuat Dinda paham maksud pertanyaan dari Shalu. "We same," hanya itu balasnya, karena nggak tahu gimana ngomongnya kalau dirinya juga bukan orang yang banyak duit. Bahkan terkadang Dinda tak pegang uang sama sekali, untung semua anaknya udah ngerti jadi mereka nggak minta uang jajan sama sekali.
"Realy! You not shy?" tegas Shalu seakan tak percaya kalau Dinda tak malu berteman dengannya.
" Yes!" jawab Dinda cepat.
" Thank you," kata Shalu berterimakasih membuat Dinda merasa heran lantas cepat bertanya, " Thanks for?"
" Your friendship!" katanya, Dia berterimakasih atas pertemanan dari Dinda, membacanya membuat senyum samar terbit di bibir Dinda.
" You are wellcome," balas Dinda, sambil melihat ke arah jendela nampak kalau gelap sudah pergi. Akhirnya Dia mengirim pesan serta berpamitan pada Shalu, "Sorry!"
" Why?" balas Shalu cepat.
" l am must doing my home work!" ujarnya di sertai rasa sedikit bingung, bener tidak ya susunan kalimatnya.
" Ok!" jawab Shalu.
Tanpa membuang waktu lagi bergegas Dinda bangkit dan merapikan tempat tidur. Mulai pagi ini sengaja Dia tidak memasak, "Biar nanti Amel serta kedua adiknya belajar memasak sayur," ujarnya dalam hati.
Yah pengalamannya kemarin saat virus cikungunya menyerang tubuh Dinda, membuatnya berpikir keras bagaimana caranya agar semua putrinya mau belajar memasak di dapur. Apalagi mengingat mereka sudah tumbuh remaja, sudah waktunya belajar memasak.
Dan entah kenapa tiba-tiba dia berpikir kalau besok Dia akan menyuruh Amel serta adiknya untuk belajar bicara bahasa bule langsung dengan Shalu. "Bagaimana nanti kalau Ayah mereka tahu ya?" pikirnya kembali.
"Ah sudahlah, belum tentu juga mereka mau kan?" lanjut pikirnya sambil menyapu lantai .
Sambil meneruskan semua pekerjaan rumah kembali Dinda mengingat saat pertama kalinya berbalas pesan dengan Shalu. Begitu dirinya mengkonfirmasi permintaan pertemanannya.
"Hello!" sapa Shalu pertama kali.
"Hi" balasnya agak ragu, jujur di hatinya bingung bagaimana nanti lanjut ngobrolnya.
"How r u," kembali pesan datang dari Shalu. Karena yakin Shalu orang lndia di pikirnya itu bahasa lndia. Jadilah dengan penuh percaya diri membalas dengan kata, "Engglish please!"
"Ok, How are you!" Membaca jawaban pesan yang datang membuat Dinda menepuk keningnya keras dan sedikit mengeluh dalam hati, "Gapteknya aku! Itukan tadi singkatan."
"I am fine, and you?" balasnya setelah sadar kalau itu bukan bahasa lndia.
"Good, l am fine," sahut Shalu.
"You married?" lanjutnya lagi.
"Yes, i have three daughter," jawab Dinda jujur, kalau memang sudah memiliki tiga buah hati. Baginya tak ada masalah jika teman yang baru di kenalnya tahu status yang sebenarnya. Untuk beberapa saat tak ada lagi pesan datang dari Shalu.
Tingg!
Terdengar ada pesan datang saat Dinda baru saja meletakkan gawai di meja. Di bukanya pesan yang baru saja di terimanya, seketika matanya terbuka lebar melihat isi pesan itu. Satu buket besar penuh dengan bunga mawar dan satunya lagi setangkai mawar merah di vas terlihat sangat anggun sekali.
"Hmm apa maksudnya ya?" batinnya berkecamuk rasa heran.
"Take one pict!" Datang lagi pesan dari Shalu menyuruhnya agar memilih satu gambar.
"What means?" tanya Dinda kebingungan apa maksud dari permintaan Shalu.
"Nothing, but please tell me your choice!" pinta Shalu lewat pesannya. Akhirnya Dinda pun menuruti permintaannya, dan segera menimbang gambar mana yang akan di pilihnya.
"This one," jawab Dinda dengan mengirim gambar mawar merah yang ada dalam vas bunga.
"Ok, you good women," sahut Shalu.
"Thank you," balasnya berterima kasih atas pujian yang di terimanya.
"You are wellcome!" jawab Shalu.
"Bu! Bu! Ambilkan air minum!" Terdengar suara Mas Bayu dari depan rumah memanggilnya agar mengambilkan air minum.
"Ya bentar!" sahut Dinda. Bergegas meletakkan gawai di atas meja dan segera ke dapur mengambil air minum untuk Bayu suaminya. Segera di sodorkan air minum yang di bawanya pada sang suami yang baru saja selesai mencuci motor di depan rumah.
Saat itu entah kenapa netranya tertuju pada gawai baru suaminya ada sedikit heran dalam hati, sebab tak pernah sekalipun dirinya di telpon atau di kirim pesan dengan gawai baru itu.
"Mas berapa nomornya yang baru?" tanya Dinda memberanikan diri bertanya meski sedikit ada rasa takut di hatinya.
"Emang kenapa?" ketus Bayu membuat Dinda menghela napas yang terasa sedikit sesak.
"Nggak apa-apa," sahutnya pelan karena terselip sedikit kepiluan dalam hatinya. Seakan tanggap dengan suasana hati Dinda suaminya segera menoleh dan sedikit gusar berkata, "Nggak ada apa-apa di sana! Nggak perlu curiga!"
Tak mau memperpanjang masalah, Dinda kembali duduk di kursi ruang tamu dan meraih gawai yang tadi di tinggalkannya di meja. Kembali membuka inbox yang tadi di tinggalkannya begitu saja
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
Kiara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi seorang istri dari Keith Wilson, gurunya sendiri di usianya yang masih 17 tahun. Ia dan Keith menikah bukan karena saling cinta, melainkan perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orangtua mereka. Meski Kiara menentang keras, tapi tidak dengan Keith yang justru menerimanya dengan ikhlas. Kiara tak sadar bahwa ada niat tersembunyi dari perjodohan yang terkesan mendadak dan terburu-buru itu. Belum lagi, Kiara sendiri dibuat tak percaya pada sikap Keith setelah menjadi suaminya yang bersikap sangat posesif serta mengekang ruang geraknya karena larangan-larangan aneh yang pria itu beri. Permasalahan perlahan kian datang mengguncang kehidupan baru Kiara, dimulai dari kekecewaan teman-temannya tentang berita pernikahannya yang ia sembunyikan, lalu hubungan Keith dengan wanita yang jelas mencintai suaminya itu, serta kenyataan dan fakta pahit tentang hidupnya juga masalalunya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orangtuanya. Akankah Kiara berhasil melalui dan menyembuhkan luka hatinya itu? Memaafkan masalalu dan menerima Keith kembali yang jelas sudah menyakiti hatinya, yang sayangnya sudah terjatuh dalam pada suaminya tersebut?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."