idak menyadari kalau mereka berada di tengah keramaian, "kau serius? Ini bisa jadi masalah b
nikahiku, aku tidak mau anak ini lahir tanpa seorang ayah" Jennifer memas
benar benar menyesakkan, belum lagi untuk beberapa bulan istrinya itu harus mengurus buah hati mereka sendiri. Tiap kali mendapat keluhan d
retaris tuan Max" Edgar tergerak untuk membantu Jennifer bukan untuk balas budi tapi d
ar" wanita itu b
, aku tidak tahu akan berhas
er dengan lebih serius, Jennifer mengerutkan dahinya tidak mengerti de
elewati garis merah, itu adalah area terlara
a penyakit?"
di bangun tanah ini dulunya adalah tempat berdirinya sekolah menengah, dan di sekolah itu pula tuan Max mendapat perundungan, aku dengar dia di kubur hidup hidup dan garis merah itu adalah tempat dia t
lalu, dia membuat delusi dengan patokan garis merah itu,
itu, kau menyerahkan seluruh hidupm
takut pada manusia biasa, sekeras apapun seorang Max itu, dia tetaplah manusia, yang
an dia ucapkan, "dia hanya butuh di perhatikan, di hargai, dan di cintai semua itu
gar mengangguk setuju, seseorang yang tersakiti tidak har
dengan orang lain saat sedang meeting atau b
tuasi, dia cenderung pendiam dan tertutup, berkharisma, juga menakutkan ketika marah, Max termasuk kasar meski dia tidak suk
n main, uang, atau hanya sekadar one night stand?" Meski pertanyaan itu bersifat privasi namun
ngarnya Edgar hanya mengangguk paham, zaman se
ya terdapat papan dengan nama pria itu yang di ukir indah dari batangan emas, di seberangnya ada sebuah pintu bercat hitam yang tidak lain
besar tidak memiliki tempat pribadi dan malah berjaga
ucap Edgar pada sekretaris itu, Jennifer h
g sibuk dan tidak bisa di
entraktirmu seminggu ke depan jika mengizinkann
na mengizinkan bibi nya masuk, apalagi memasukkan orang asing aku pasti akan langsung di habisi" c
berbisik pada Freddy, "wanita it
elirik ke arah Jennifer , wanita itu hanya men
njadi nyonya Jeffer
nifer adalah wanita spesial Max, dia pun menundukkan kepalanya di
h membantuku" ucap Jennifer
ngat jangan melewati garis merah itu" pesan Edgar, pria itu mengusap
ng berdetak lebih cepat dari biasanya, dengan satu tarikan dia
an yang membuat Jennifer hampir menjerit, suasana yang gelap dan dingin memenuhi ruangan itu, beberapa langkah berjalan dia men
aja tidak terlihat karena kursi yang lebar, kursi
pa Jennifer
u ke sini untuk bertemu
erdeham, rasanya seperti baru saja terkena cipratan lahar gunung berap
uara baritone itu membuat dada Jennifer ingin meledak. Kenapa suasananya jadi horor?
at penting yang harus aku sam
ulan lalu dia menewaskan diri ketika melihatku berkencan dengan kekasihnya, aku juga merundungnya sejak SMA sampai kuliah, aku tahu orang seperti ku tidak
menyorot tajam dengan kilatan amarah. Meski tak bisa melihat rupa Max karena pria itu duduk membelakan
atau hanya sekadar kata kata? Karena aku tahu ka
a nya melihat sebuah gadis merah yang tergores tepat di depa
epatu Jennifer dengan lantai marmer, instingnya sang