penjuru taman berharap orang yang sedari tadi ia tunggu segera tiba. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia dud
tadi mas masi
mengangkat wajah, wanita itu menatap David yang saa
ada yang ingin
kini tengah berdiri di depan perempuan itu mengerutka
kat
ham
dam sebisa mungkin. Sedang David, laki-laki itu menatap sang pujaan hati dengan wajah mengeras berusah
bercan
ikir aku sedang membuat lel
emicing tajam, bibirnya menipis dan wajah
hanya mampu menundukkan kepalanya dal
nya mas," jelas
yang kamu
nyum miring yang tersungging
pertanggu
ini jauh berbeda. Aku dan kamu bagaikan langit dan bumi. Keluarg
lopak matanya berhasil meluncurkan cairan bening yang sedari tadi perempuan
ku anggap masal
osi Laras mencapai ubun-ubun, tangannya terkepal kuat, semudah itukah
l
i-laki brengsek di depannya ini. Biarkan saja ia di a
embunuh janin tak berdosa ini. Dia harus tumbuh dan kamu
ngin sekali menghadiahi laki laki di depannya ini dengan tinjauan
nyusahkanku karena anak itu. Ini terakhir kali
tangis yang akan kembali pecah. Oh tidak, dia tak akan mengemis pada laki-laki kurang ajar ini. Sesusah apapu
u perlu aku akan perg
as yang saat ini terduduk lemas di kursi taman. Ya memang ini yang terbaik, dan La
gkit dari duduknya, wanita itu berjalan dengan gontai
e pun seakan menggambarkan bagaimana keadaan hati perempuan itu. Remuk, hancur, patah, dan semua