pintu. Dibukanya pintu tersebut, terny
Alana bantu,
tau Non Alana, kalo Tuan, Nyonya, dan Non Ale
" tanya Alana
uk cepat. "Iya
i. Bibi kan tau, Alana s
na. Lalu, Non Alana juga harus pesan taxi secepatnya, Non. Bibi juga kaget, sekara
i, Alana langsung siap-siap kok. Terus berangkat, semoga Alana sampe tepat wa
Alana. "Yaudah, ayo Non
paskan tangannya. "Yaudah, Ala
tu Bibi pulang duluan ya Non. Non, hati-hati di jalan
guk. "Iya, Bi
telah melihat bi Lia hilang dari pandangannya, Alana
e up natural di wajahnya. Dan juga, rambutnya yang ia cepol satu, dengan meningg
sudah siap, Alana mengambil tas kecilnya, diisinya dengan dompet dan juga hpnya. Kemudi
i sudah menunjukkan pukul 19:48. Alana langsung bergega
elihat taxi yang tadi ia pesan sewaktu b
epat. Jangan tanyakan alamatnya. Karena, tadi saat siap-siap ada pesan ma
pan sebuah hotel bintang lima. Tak l
otel tersebut. "Ko
suki hotel tersebut. Menyalakan gps dan mencocokkan dengan kepunyaan p
di sebuah ruangan yang tertutup. Pintunya terbuka lebar, sepertinya ini adalah sebuah aula. Akhirnya,
ana keluarganya be
sana, dan di depan mereka ada beberapa orang yang
an kakinya menuju tempat ters
ita paruh baya, yang tak ter
a?" tanyan
itu Alana Bu. Dia memang suka terl
terlambat? Tetapi, ia juga sudah berusaha sema
yang cantik dulu baru kesini. Ya, k
ia tak tahu harus menjawab apa lagi. Takutn
g duduk samping Tan
jawaban dan juga ekspresi wajahnya juga tidak ingin menjawab
de aja, ya?" t
e." jawab
, ngga?" tanya
, ia tidak ingat siapa
al ngga mau dateng." potong seora
Dan, "Rifal?" uc
otkan matanya melihat Alana. "Loh, Ala
t Alana malah kaya orang linglung. Sini duduk!" titah
ang duduk di hadapannya. Wajahnya menunjukkan kemurkaan terhadap
kabar?" t
terhadap Alena, yang m
ah, aku baik
kepalanya, "Oh iya, lo kul
Universitas Panca
mulu. Udah ayo, kita mulai makan malamnya
oleh." Jawab
ah satunya, dengan keluarganya Rifal. Nino adalah Ayah yang tegas, dan juga menyikapi anaknya untuk mandiri.
asi Alana yang meningkat dan selalu berada di urutan teratas
a adalah anak yang tidak bisa seperti Alena. Padahal, nilai dan semua yang Alena dapa
kuh dan sombong. Selalu merasa paling tinggi dari adiknya. Apa pun yang Alana dapat, ia yang seharusnya mendapatkan i
a gue ngga?" tanya
ah menyelesaikan
Alena. "Ah, gue disi
uk, Fal!" ajak
tap Alena. Rifal men
adarinya, pura-pu
a, beneran ngga mau i
dan mengangguk.
ninggalkan Alana dan juga ke
bisnis di antara kedua keluarga. Alana lalu berpikir, baga
lana pamit ke toilet ya?"
Kalau mau tanya, bagaimana pendapat mama dan papanya sendiri. Y
rgi ke belakang. Bukan untuk ke toilet, ia malah ber
itu, yang ia rasakan sekarang. Akhirnya, matanya tertuju pada sebuah tempat duduk
ya, menikmati udara malam alami dari kebun
enutupi matanya. Hal tersebu
sebut, berusaha melepaska
Eh, ini seperti suara laki-laki. Tetapi, ini s
a
teriak? Kamu sia
belakang Alana. "Masa ngga
membuat Alana berdiri cepat dan