an bertemu dengan Ayah Bian karena selama ini mereka tidak pernah bertatap muka. Era besyukur karena pada akhirnya Bian bisa kembali
sudah menunggu kedatangan ayahnya selama satu jam dan pria itu belum jug
Bian. Sabar dulu ya," ucap
udah n
h kecil, seharusnya dia bisa merasakan kasih sayang orang tuanya secara penuh. Jika seperti in
dari Bu Asih me
a,
apotek ya, obat
Bian dijemput oleh ayahnya, padahal ingin sekali Era melihatnya. Setidaknya dia
*
ri masih menjelang sore tapi kenapa jalanan begitu padat? Jarak panti ke apotek
sih? Kok pada di jalan semua," gerutu Era
ang dinyalain!" teriak Era lagi saat dia terpaksa m
etir deket ibuk-ibuk ba
a dia dikejutkan dengan suara klakson yang memekakan telinga. Era yang sedari tadi mencoba untuk fok
na di atas tanah. Bahkan lengannya yang mengantam mobi
itan membantu Era. Gadis itu masih meringis meratapi nasibnya. Bahkan dia tidak lagi memikirkan
nghampirinya. Tanpa melihat, Era tahu jika pem
kalimat itu yang Era dengar. Tam
gi gimana nih? Masa
emakin macet. Saat masih berusaha mengangkat motornya, sebuah tangan menggantikannya dan memarkirka
Era pelan saat sudah berada
, tanggung jawab
berbalik. Dia sangat mengenal pria itu. Pr
iak Era menutup
mam Aksa kembali me
adi saya kaget makanya jatuh." Era berusaha m
r, kenapa kamu hobi sekali bua
damai." Era mengangkan jari
Aksa menunjuk mobilnya
ena, Pak." Era men
. Kalau mobil saya, i
Sudah dua kali mereka bertemu dan semuanya terjadi dalam keadaan
a uang, Pak." Er
pusingkan dengan masalah kantor dan sekarang saat dia berniat
Ingin marah pun rasanya percuma karena gadis di depannya adalah gadis bebal yang suka melanggar
a," ajak Aksa
inta maaf. Jangan bawa saya ke kantor polisi." Era tampak me
kantor polisi. Lihat luka
an nyeri di tubuhnya. Dia baru sadar saat meliha
ak papa k
infeksi. C
icara sedikit keras, "Nant
i kepala gadis di depannya dan dia juga tidak ingin berlama-lama dengan gadis pembuat ulah seperti Era. Dia melakukan ini h
amu nggak
ak Aksa beneran minta ganti rug
t rasanya Aksa mengucapkan kalimat itu. Dia sebenarnya ingin
ji dulu sama saya." Era mengan
is tangan Era. Ternyata gadis di dep
anya dengan curiga. Dia semakin tahu akan sifat minus Era. Mulai dari suka
kit, Pak. Say
anya Aksa curiga. Dia menga
adik saya yang lain. Beneran
a. Dia semakin bertanya-tanya, bagaimana bisa sekolahnya menerima murid ceroboh seperti Era? Ingatkan Aksa untuk melihat sepak
gi." Aksa akhirnya memilih untu pergi. Dia harus segera menj
kan masuk ke dalam mobil. "Makasih ya, Pak!" teriak Era
gkan kepalanya pelan dan be
gadis
*
B