n sebuah kartu anjungan tunai mandiri miliknya yang selama i
ntuk biaya hidup kami bertiga. Juga untuk keperluan ibu dan adiknya, Mira. Gadis berusia
ng malah kutambahi karena aku merasa penghasilanku send
eliau seorang janda yang dalam agama wajib disantuni, apalagi beli
an Mas Arya ke dunia itu, meski seringkali ibunya protes mengapa hanya diberi satu juta rupiah saja sedangkan me
ini aku memutuskan mulai hari ini tak mau lagi ikut campur urusan keuangan suamiku
orban selama ini. Ta
iar kamu rasakan hidup tanpa uang. Biar kamu tahu cari uang itu gak g
ngambil ATM dari tanganku dan
ngulum senyu
ulan depan Mas atur sendiri keuangan di rumah ini ya. Aku masak kalau ada yang dimasak. K
engatur keuangan rumah tangga? Mas juga bisa! Ibu apalagi! Jadi nggak usah be
nya itu aku hany
lu ya, ada perlu ke minimarket sebelah. Masakan sudah aku masakin di meja makan. Kalau mau sarapan s
a mengangguk
halaman. Tak ingin menemani dirinya sarapan pagi dan melayaninya s
pun merasa menyesali perbuatannya telah berkhianat
i tadi, beberapa masakan ala restoran mahal telah kuhidangkan dengan cepat. Ada ayam lada hitam,
itu, setiap hari aku bisa menghidangkan makanan enak kesukaannya, pun hingga akhir bulan seperti ini yang seringkali jadi momok menaku
a tingkahnya yang tidak tahu diri itu. Sudah
at ia sadar dan menyesal nanti, mungkin aku sudah pergi jauh dan keluar dari hi
bati luka hati dan menenangkan diri, tetapi aku tak ingin orang tuaku
nya ia emban selama ini kembali padanya, bagaimana ia akan menafkahi anak ist
ersenyum bahkan bersikap sombong d
hat saj