pa alasan," lirihku, walau amarah ini sudah naik sampai ke puncak meli
pelukannya dengan kasar, dia sedikit tersentak ke belakang, tak tahan rasanya berd
nya Nisa ketika aku su
iarkan saja kalau gebrakannya membuat terkejut seisi rumah, aku ta
rnyata Reina berada tepat di depanku, dipe
s-keras nanti pintunya rusak." Bocah polos itu malah menasihat
ang Papa
badannya, sepertinya baju yang Reina kenakan ba
t sayang, Re
gak kuno '
a, tetapi kenapa anak sekecil it
aku beneran cantik kan papah?" Gadis kecil itu tertawa kecil l
eina kuno?" Kutarik lengan anak kecil itu aga
as kita mau beli
terjatuh, kulepaskan genggam
kuno itu ap
a sudah punya gaun cantik begini." Kualihkan pembicaraanku ke hal lain, lagi pula a
. Soalnya kata mamah, kita bakal me
pa sa
u ya hihi nanti Reina aja ya
uenya? Boleh dong,
mendiktekan tugas untukku. Aku memang belum pernah mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anakku, untuk apa juga merayakannya hanya membiasakan anak-
akan lebih baik untuk mendinginkan badan dan otakku yang mulai berasap. Saat aku keluar d
lenganku agar segera beran
Sayang, nanti
angan lama-lama!"
uang tamu, langkahku terhenti melihat gawai yang tiba-tiba saja berdering. Kubuka dengan cepat, ternyata hanya notifika
i enggak ma
g Dap
nya mengurangi kepercayaan diriku, lagi pula rasanya tak m
Terlal
knya sangat melelahkan baginya? Bukankah sudah ada Art. Walaupun tak tinggal seharia
bagai Suami Anda har
. Istriku memang sedikit berubah. Masa sih dia sampai tidak percaya diri begitu? Tapi tunggu dulu, dia dulu pernah bilang
ingat saat aku mengatakannya aura bahagia yang terpancar dari wajah N
a
kit? Sa
mah." Suara Raina yang nyaring hampir saja membua
u akan meminta maaf kali ini. Begitu masuk kamar, Nisa terlihat begitu berbeda kalau biasanya dia memoles wajahnya dengan make
Aku sungguh terpukau
p lilin pun berlangsung, setelah anak-anak memakan kuenya me
unggumu begitu lama, ha
nah mengatakan sesuatu yang membuatmu sa
a diriku telah berubah, diperjelas olehmu atau ti
ulai redup, kemudian berubah gelap tanpa cahaya lampu. Karena kelelahan sepertinya aku tertidur cukup lama. Begitu mataku terbuka Nisa sudah tak a
" tanya Bi sumi
bu ke
ebentar, tapi sudah sekitar
bilang pergi k
angat kerepotan. Khalid memang lebih sering menghabiskan waktu dengan Nisa. Tugas Bi Sumi di sini hanya membantu membersihk
i malah menyalahkan cara menggendongku. Aku memang tidak pernah menggendong S
tetap saja tangisnya tak kunjung reda. Diberi ASIP pun tidak mau. Kalau sudah begini kepalaku rasanya ingin meledak. Ke mana Nisa. Hari semakin larut pun dia belum juga sampai rumah, ponselnya pun tak dia bawa. Bisa-bis