uaaar
kelas, dia menghadap membelakangi pintu. Sedang
ni sontak berucap yan
h, lo, Mil?
he, "Kok nggak pada ke kantin nih?
ari juga sangat menyukai pelajaran Matematika. Berbeda 180% dengan ketiga sahabatnya. Yang sanga
mnya benda itu kemudian dibubuhkan pada buku Tari secara acak, tulisan Tari yang semula sudah r
ap Tari sembari melayangkan
nnya kesakitan, Mily malah ta
ami kesusahan ataupun rasa sakit. Yang lain tidak akan tinggal diam, pasti mereka berusaha melindungi, berusaha menjadi yang terdepan untuk menolong. Seperti halnya, peristiwa tadi sewaktu Mily pingsan gara-gara smashan bola Volly. Lan
atenkan untuk selalu ada saat dibutuhkan. Tawa dan tangis, sudah seringkali mere
ily, sewaktu datang dari UKS, senyum mere
t, dasar bocah tengik?" selidi
ue." Mily menjawab de
a, cepet, lo, jujur, habis ngapain, lo, di
sama. Tetep Emily Hayu Baskor
at kemudian, dia beranjak dari bangkunya, menghampiri Mily yang masih berdiri di depan
at dan dipinjakkan dikursi tempat duduk Mily, dia ber
ergaya." Lani menimpali pujian dengan tertawa kecil. Kali ini
ulu kaki, lo, yang bau petis ini." Sekarang
s." Tangan kanan Diw
ng sepertinya itu kakak kelas mereka. Ketiga sahabatnya kali ini lebih antusias. Lani menarik bangkunya mendekat ke Mily, Tari juga demikian, Diwi tidak berubah posisi. Mereka memandangi Mi
gatannya masih kuat. Disamping baru saja dialami, Mily juga bahagia k
uk, ataupun menyebalkan. Kesan pertama adalah kesan yang manis. Seperti Jus Bob
cerita Mily. Hingga Mily belum selesai cerita. Sahabatnya tiba-tib
p Lani dengan kedua tangan menghimpit tubuhnya
ng banget jadi cowok," Diwi memuncak, kali ini dia tidak mau tinggal diam. "Siapa yang mau ikut, gue, ngelabrak tuh, cowok. Biar bacotnya nggak asal-asalan. Enak aja, mai
Kita main aman aja. Kita masih baru disini. Takutnya entar kalo kit
genggaman Mily kali ini terlepas, hati Diwi sudah membeku, bongkahann
gu, gue." teriak Lani m
lingi setiap laki-laki yang dia temui dan sesekal
Diwi, kali ini Mily hanya
ereka. Mulai dari kelas Bahasa Indonesia, IPA, hingga kelas paling garang yaitu IPS. Mereka sempat dipelototi
putar mengelilingi sudut-sudut kantin, beberapa laki-laki dicermati sampai detail. Kemudian, yang
-laki itu. "Wih, maaf, Pak. Saya salah orang." Tern
Diwi menarik bahu laki-laki itu d
sekali lagi Diwi bertanya den
ikkan badan dan menyeruput
enatap matanya tajam. Namun, Argan tidak meng
dibelakang Argan. Diwi melambaikan tangann
pat di telinga Mily. "Mau, dong, kenalin, gue." Hehehe.
s dahaga. Semua mata tertuju kepada mereka berempat. Tak luput
an banyak bibir yang memberikan beber