ya untuk mendebat. Kini aku bagai kerbau yang telah dicocok hidungnya. Mendadak
lihat angka yang tertera di sana, tiba-tiba berkelebat di pikiranku angka yang sama, deng
terbuka. Hal yang pertama kali menarik perhatianku
i sana. Aku sungguh terbelalak menyaksikan itu. Kapan foto tersebut di ambil?
ertanyaan itu meluncur
erhenti dari perusahaan." Dia juga
um belanja, jadi bahan makanan di kulkas kosong."
mempercayai semua ini. Namun, perut yang ke
Abang mau belikan untukku?" Ah, aku harus membiasakan
akurat. Gak perlu membuang-buang waktu, kamar yang paling besar ini, bisa dipastikan kamar kami. Ih, aku bergidik sendiri
gan kamar ini. Sudah bisa dipastika
a, mataku membulat saat melihat isinya untuk pertama kali. Sebagian besar didominasi
at kubuka. Ini dia! Ada dua buah buku kecil berwarna merah dan hij
nku bergetar saat mengeja satu-persatu huruf yang tertera. Dan, lagi-lagi mataku membulat saat
kenyataan kan? Bukankah tahun depan aku akan menikah dengan Rayyan, tunanganku? Jika sekarang aku amnesia, ingatan m
a sekali. Semua pertanyaan tersebut terus berputar-putar berulang. Aku
rpegangan pada dinding. Namun, saat keluar dari kamar
*
gar samar menyapaku saat aroma minyak kayu put
. Dia lelaki yang di terminal dan namanya yang tertera dalam bu
mbil semangkuk soto dari atas nakas, men
geleng. "Aku mau pul
au tinggal seatap de
kita bertengkar jika pulang malam-malam mendadak beg
u gak mau beliau jadi terbebani. Napas berat kuhembuskan ke
idur sama Abang, tanpa mengi
Gak papa, biar Abang ti
ngkuk soto yang masih menguarkan asap dan aroma gurih.
dian. Terdengar p
g mas
status suami. Mau apa lagi si Wisnu itu ke sini? Jangan-jangan ia menagih jatah batinnya.
rusnya pintu kamarku kunci lebih dulu tadi.
asi, kering atau bahkan berkarat. Aku yang terlanjur gugup, memutuskan untuk
uduk di tepi ranjang. Aku tahu seba
menutup mulut. Bodohn
mesum. Bisa-bisanya setuju untuk tidur di ka
h paket yang kamu tinggal di ruang utama tadi.
ga. Kemudian dengan cepat
pake selimut sam
n," sa
Ya Tuhan .... Kenapa harus sedekat ini. Aku memejamkan mata
urasakan hangat tangan W
a kamu kedinginan?" ia men
bisa saja sekarang memerah, ada desir hangat di rongga dad
i apa itu
sa mencerna pertanyaan
memonyongkan bibir mengar
a aku juga penasaran. Kapan aku belanja online? Dan lebih membingung
bungkusan paket, se
akan kubayar setelah pulang seminar. Ah, ini sungguh aneh dan me
i?" Wisnu sepertinya m
ul. Ini punyaku." K
ingin. Mau beli
isnu beranjak. Ta
?" tanya
," sa
bil menaik turunkan kedua alisnya, memberi i
ng! Aku memilih ber
rdiri mematung. Sepertinya cacing di perut
adi sore, aku melihat ada warung tenda yang menjual nasi goreng. Ia langsung
*
ali-kali benda pipih di tangannya itu berdenting, ia dengan cepat pula me
guhkan dua piring nasi goreng sambil
iliknya, memisahkan bagian kuning dan putih. Lalu, memberikan bagian putih kepunyaannya pa
tau aku gak suk
ang kamu. Udah makan gih, keburu dingin."
ku berusaha Menelusuri setiap ingatan. Mungkin saja terselip di suatu tempat, di sala
memaksakan diri untuk mengingatny
a dulu ke dokter?
sekarang ini, akhirnya saran kuangguki saran Wisnu. Dan kami