an, karena pakaiannya sudah tertata dengan rapih di tasnya. Aku hanya iseng saja sekal
saja, satu kaos, satu koko, satu kemeja, tiga celana panjang.
laki-laki ada di kamarku. Laki-laki yang sudah menjadi
pipi ku jadi
untuk membuat sarapan bersama Ibu seperti b
langsung mencubit kecil pinggang Ib
sudah pulang
ud
udah rapih dan bersi
embantu kita, Nak." A
na bisa Ayah ma
sudah malam, Ibu melarang menemui mu, Ibu ingin kalian berdua ist
apku. "Lalu Ayah tidur
Dan kami pun fokus membuat sarapan sebelum para laki-laki pulang ke ru
pan matang suami ku dan Ayah ku pulang dari sholat subuhnya. Mereka nampak
dulu, apakah sekarang aku bisa b
irinya dan mengambil sajadah dari tangannya. Tapi tidak sajadah Ayah ku. Aku menciu
u masuk ke dalam kamar dan ia langsun
ya. Pertanyaan yang tak mampu aku jawab. Aku h
an ia menahan wajah
ah istriku?" tanya
hanya cerita seputar Ibu, benar?" ingatnya. Ak
al
nunggu kita di ruang makan. Ini waktunya sarapan di rumah ini." S
u bisa berjalan kalau di peluk
iknya sembari mengecup pipiku dan pergi dari k
*
berhadapan di ruang tamu dengan teh dan cemilan di atas meja. Suasana nampak
r barulah Ayah meng
salah." Jantungku berdegup ketika Ayah mulai membahas soal ini, haruska
gaimana? Maaf I
stri dan anak Ayah." Mas Ibnu nampak mengerutkan keningnya. Sebenarnya Mas Ibnu tah
h di samping ku dan Ibu. Tapi, haruskah Ayah
rena ada menantunya di sini. Ayah, sungguh, k
itu tak perlu di ungkit kembali, sepahit apa pun itu, tetaplah masa lalu. Saya pribadi tidak tahu menahu tentang masa lalu i
saya juga. Jadi, saya harap untuk tidak membuat saya mengetahui masa lalu Ayah dan
li meraih jemarinya tapi aku malu karena ada orang tua ku di sana. Aku men
a lebih baik menjaga anak Ayah, jangan seperti Ayah dulu. Sebagai laki-laki terkadang kita merasa hebat sam
ali dengan ucapan Ayahku. Mungkin karen
si Ibnu." Aku menatap suamiku kala jemarinya menggenggam jemariku dengan erat. Ia b
uk pulang ke rumah sang istri. En
umah Ayah, jika kalian be
ya dan pergi dari sana begitu saja. Kembali aku melihat pun
, melainkan senyuman Ibu. Entah apa makna dari
*
dan suamiku di rumah berdua saja. Setelah beberapa saat mengob
ari tiduran di pahaku. Sungguh manja dan menggemaskan sekali. P
as
Y
rus pindah ke kamar?" tanyaku yang akh
nganmu seperti ini," jawabnya s
juga nggak ada
u tiba-tiba Ibu pulang dan asal buka pintu,
ku usap rambutnya yang
apa-apa ka
k apa
ek
H
kamu bersedia?" tanyanya yang membuatku a
arus secepat
. Lebih cepat
i lagi boleh nggak, be
mikirkannya kemudi
asing. Aku dengan pikiranku, Mas Ibnu dengan jema
ya,
H
orang tua, Mas. Nggak apa-apa kan?" Dengan san
awatir kamu ak
pa be
n tidak suka jika harus
penasaran karena aku pr
erasa tak be
u. Benarkah hidup bersama mertua tak seenak itu? tapi mertua
rap b