/0/2882/coverbig.jpg?v=c5168fb598c325be28414762385afce8)
Pasutri baru tentu ingin selalu bahagia, tanpa ada masalah apa pun di dalamnya. Pasutri baru pasti beranggapan jika menikah barang tentu bahagia. tapi, kenyataannya Aku dan suamiku harus menghadapi berbagai macam konflik rumah tangga. Aku harus bersabar menghadapi keluarga suamiku yang sama-sama tinggal di satu atap. Aku harus bisa menjadi istri yang mampu mengelola keuangan sebaik mungkin karena banyak pengeluaran rumah tangga, belum lagi soal anak yang tidak kunjung datang dan masih banyak masalah lainnya. sanggupkah aku bertahan dengan rumah tanggaku yang penuh masalah ini?
Yang di pikirkan seorang wanita ketika ia di lamar seorang pria yang ia cintai tentulah bahagia. Itu sudah pasti kan, lalu yang di rasakan lagi adalah sebuah kecemasan saat ia akan di bawa sang suami ke rumahnya.
Ketika akhirnya ia harus mengurus suaminya, membersihkan rumah dan juga menyiapkan makanan untuk sang suami. Tapi, itu semua akan terasa indah karena mereka saling mencintai dan bayangan sang wanita adalah ia di bantu suaminya, di peluk mesra, bercanda dan tak jadi makan karena mereka lebih memilih bercengkrama bersama.
Duh, membayangkan itu membuatku jadi tersipu malu. Bodohnya, bisa-bisanya aku membayangkan hal semacam itu padahal baru di lamar kemarin. Aku langsung melepas mukenahku dan merapihkannya.
Aku menatap diriku di cermin dan di sana terlihat seorang wanita yang tengah tersipu malu dengan pipi merona kemerahan. Dan itu aku.
Apa orang bilang? Panas! Karena aku tengah memikirkan tentang pernikahanku. Ah, sudah, lupakan itu. Aku harus sadar pekerjaanku banyak. Aku memakai hijabku dan langsung keluar dari kamar untuk membantu pekerjaan Ibuku.
"Sudah sholat subuh?" tanya Ibuku. Aku mengangguk dengan cepat dan menghampiri Ibuku.
"Apa yang harus aku kerjakan?" tanyaku riang. Ibu justru tersenyum melihatku.
"Senang ya kemarin habis di lamar?" godanya. Membuatku tertunduk malu.
"Kenapa bahas itu sih, Bu? Malu kan?" jawabku lirih.
"Kenapa harus malu, kamu harus bahagia, karena Ibu yakin Ibnu calon mu bisa membuat dirimu bahagia, dan itu harus." Aku menatap Ibu dengan penuh cinta. Ibu yang membesarkan aku seorang diri karena Ayah pergi meninggalkan kami ketika aku masih kecil dulu.
"Terima kasih, Ibu," ucapku tulus. Ibu hanya kembali tersenyum.
"Ya sudah, bantu Ibu potong sayurannya, ya."
"Siap!"
Kami pun saling bahu membahu untuk membuat sarapan. Walau hanya tinggal berdua saja, Ibu tidak pernah lupa untuk memasak. Bagi Ibu ketika kita memasak maka akan membuat rumah nampak hangat. Kita bisa memasak bersama, sarapan bersama dan membereskan sisanya bersama-sama.
Aku dan Ibu sudah seperti sahabat saja, apa pun aku ceritakan pada Ibu tanpa terkecuali. Tapi entahlah apakah ketika nanti sudah menikah aku masih bisa bercerita banyak hal bersama Ibu?
Lalu apakah nanti Ibu tidak kesepian ketika aku pergi? Mendadak aku terdiam mengingat itu semua. Haruskah aku menikah, atau haruskah aku tetap sendiri untuk bisa menjaga Ibu?
"Jangan memikirkan hal yang tidak perlu, Ibu bisa sendiri tanpamu, justru kalau ada kamu, Ibu jadi semakin repot karena harus masak porsi dua orang." Aku menoleh pada Ibu dan langsung marah.
"Ibu keterlaluan!" rajukku. Ibu tertawa melihatku kesal. Aku tersenyum kecil, bagaimana mungkin Ibu ku tahu isi hati ku ini. Ibu ku memang yang terbaik. Aku bergegas memeluknya dengan erat dan penuh sayang.
****
Aku tengah bersantai di kamar saat Ibu ijin keluar sebentar. Aku adalah tipe wanita yang tidak suka keluar rumah dan bergaul dengan banyak orang. Jadi, aku lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamar dengan ponsel di tanganku.
Dan saat tengah asik berselancar di dunia maya sebuah notif pesan masuk ke dalam Wa ku. Aku bergegas membukanya karena aku tahu itu dari siapa.
"Assalamu'alaikum?" Sebuah pesan singkat berupa salam dari calon suamiku.
"Wa'alaikumsalam, Mas," jawabku dengan raut wajah bahagia.
"Hari ini mau ikut beli seserahan?" tanyanya. Dengan hati berdebar dan bahagia aku mengangguk. Eh, untuk apa pula aku mengangguk, kan, calon suamiku tidak bisa melihatnya. Bodohnya aku.
"Ya, Mas," jawabku singkat. Jujur, kami berdua tidak melalui tahap pacaran. Kami hanya saling tahu satu sama lain. Dan saling menyukai sepertinya, eh, bukan sepertinya karena itu adalah kenyataan, terbukti dari calon suamiku yang melamarku kemarin. Ya kan, begitu kan?
Bagaimana sih awal kami bertemu? Baiklah aku ceritakan. Kami bertemu di sebuah Masjid komplek. Tentu saja komplek rumah kami. Aku di ajak salah satu tetanggaku yang seorang guru ngaji. Seumuran denganku sekitar usia 23 tahun. Dan karena Ibu ku tahu aku di ajak ke tempat yang baik untuk beribadah, maka Ibu dengan semangat mendorongku untuk ikut mengajar ngaji.
Awalnya aku menolak tapi kata Ibu. "Ketika kita memiliki ilmu, maka bagilah agar ilmu yang kamu miliki bermanfaat. Untuk apa kamu hebat sendiri, tapi tidak berguna untuk orang lain?"
Ya, kira-kira seperti itu nasehat Ibu yang membuat aku akhirnya mau mengajar ngaji di sebuah Masjid.
Saat di Masjid itulah aku bertemu dengan beberapa guru ngaji yang tak jauh berbeda dengan usiaku. Ternyata semua yang mengajar adalah anak-anak muda yang hebat dan cerdas. Aku jadi salut melihat perjuangan mereka untuk mengajar ngaji tanpa di bayar.
Anak-anak yang mengaji juga lumayan banyak. Aku menyukai suasana di Masjid ini. Oh ya, perkenalkan beberapa guru ngaji yang berteman denganku.
Jaya, ia adalah laki-laki yang pandai membaca al'quran dengan suara merdunya. Ia orang yang tegas dan tak kenal senyum pada wanita. Baginya dosa!
Lalu ada Izlam, ia laki-laki paling muda di antara kami, sekitar umur 19 tahun. masih kuliah dan sangat polos dan juga paling tampan serta imut. Aku menganggapnya adik tapi hanya di hatiku saja, tidak berani mengungkapkan langsung perasaan itu.
Lalu sahabatku Endah, yang sekaligus tetangga dekatku. Ia juga yang mengajakku untuk mengajar ngaji di Masjid ini. Lalu di mana aku bertemu calon suamiku?
Tentu saja di Masjid ini juga, hanya saja calon suami ku ini bukanlah seorang guru ngaji, ia hanya laki-laki yang rajin sholat di Masjid, ketika, Magrib, Isya dan subuh. Berarti selain itu ia di rumah atau tengah bekerja. Itu yang aku tahu.
Dan bagaimana aku bisa kenal dengannya sampai aku di lamar?
Itu karena calonku, Mas Ibnu suka ikut membantu anak-anak mengaji sampai waktu isya datang. Jadi selepas sholat magrib, Mas Ibnu tidak pernah pulang melainkan menunggu sembari mengajar sampai sholat isya tiba.
Dan saat itulah kami sering bertemu karena sama-sama mengajar ngaji anak-anak. Tak pernah sekali pun ada percakapan di antara kami, hanya terkadang saling lirik saja tanpa ada senyum di bibir kami.
Tapi hatiku tergerak, berdegup kencang kala melihat matanya yang tak sengaja bertemu itu. Kami akan langsung menunduk dan mengalihkan perhatian kami pada yang lain.
Tapi, walau begitu kami sering curi pandang membuat Jaya berdehem kala kami tak sengaja ketahuan olehnya. Usia Jaya dan Mas Ibnu berbeda tiga tahun. Jaya itu seumuran dengaku yaitu 23 tahun sementara Mas Ibnu ia berusia 26 tahun. Ya, berbeda tiga tahun dengan kami.
Sampai suatu ketika aku tak sengaja melihat Mas Ibnu berbicara berdua dengan Jaya. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak tahu karena menguping adalah hal yang dosa. Jadi, biarkan mereka dan Allah yang tahu. Aku memilih untuk segera masuk ke dalam Masjid dan bergabung dengan yang lain untuk briefing sebelum mengajar.
Dan setelah mengajar kurang lebih tiga bulan, Mas Ibnu memberikan sebuah pesan pada Jaya, lalu Jaya memberikan pesan itu pada Endah sahabatku dan terakhir Endah menyampaikan itu padaku.
Aku tentu saja terdiam mendengar pesan dari Endah dari Mas Ibnu untukku. Aku meliriknya dan ia mengangguk dengan senyum kecil menghias di wajahnya. Aku menunduk dan tersenyum dalam diam.
Aku berbisik pada Endah. "Katakan, datanglah ke rumahku, jika ia memang ingin melamar." Endah tersenyum senang mendengarnya dan langsung menyampaikan itu pada Jaya dan seterusnya.
Kami yang duduk melingkar sehabis mengajar ini hanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Tentu saja ada raut bahagia yang tercetak jelas di wajah Mas Ibnu. Wajah yang tertunduk itu terlihat memerah dengan senyum merekah indah di sana.
Mas Ibnu, laki-laki yang membuat jantungku berdegup kencang, kini tengah berniat untuk melamarku. Aku menunduk, tersipu, berdegup, tak sanggup berkata-kata. Intinya aku bahagia, karena laki-laki itulah yang ingin meminangku.
Begitulah akhirnya aku bisa menjadi calon istrinya dan ia menjadi calon suamiku.
Waktu libur bukanlah waktu yang menyenangkan bagi seorang Renata. Karena ia harus melihat Suaminya sendiri BERCINTA DENGAN GADIS LAIN. DIDEPAN MATANYA SENDIRI! Sanggupkah Renata bertahan menjadi ISTRI SEORANG PLAYBOY ??
Noelia atau biasa di sapa Noe. Gadis mungil berusia 8 tahun kelas 2 Sd, hidup tanpa kedua orang tua dan hanya tinggal dengan Tante Novi yg berusia 30 tahun, single. Noe adalah anak yang ceria walau ia kekurangan kasih sayang orang tua. Hidupnya berubah saat tetangga baru datang menyapanya. Seorang pengantin baru dengan usia yang terbilang masih muda. Wisnu dan Santi. Noe memanggil Wisnu dengan sebutan Om. Kebaikan Wisnu membuat Noe semakin menyukai Wisnu, mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan membuatnya tak bisa lepas dari sosok Wisnu. bertahun-tahun mereka bertetangga membuat hati Noe berubah perlahan-lahan. Hingga sampai puncaknya bibir tipisnya mengucap sebuah kata Aku sayang, Om
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?