Tanpa Mal
bahwa memang aku kesepian karena memang memiliki momongan. Anak yang aku urus nanti anggap saja sebagai pancingan agar aku segera memiliki mo
n bokongku masih menempel erat di kursi teras. Benar-benar enggan beranjak. Ditambah lagi m
palanya. Aku menoleh, lalu menampilkan mimic wajah memohon agar aku tak perlu pergi saja. N
nganku naik turun. Aku hanya bisa menghela napas panjang, lalu bangun dengan malas dari dudukku. Sebelum benar-benar beran
nyuman mansi yang sangat aku paksakan. Bukan kaena mamaku yang mendukung id
as," kataku pada lelaki muda
ak," jawab
l yang kini ada dalam pikiranku perihal harus melakukan apa, saat sampai di rumah nanti. Apa yang akan kukatakan pada m
Namun ada yang aneh dalam penglihatanku saat ini, di mana ada seorang anak laki-laki cukup besar sedang bermain bola di halaman samping rumah kami bersama Mang Dirman, dan di dekat mereka ada Mas Edwin yang dengan
gul tingginya sudah berada di sofa ruang T
. Mertua cantikku pun meletakkan majalah di atas meja, lalu memperh
nnya setelah menyimpan tas di atas nakas. "Mana bayi yang akan diadopsi oleh Mas Edwin, Bu?" tanyaku
n kamu adopsi," terang mertuaku santai. Jari-jemarinya yang dipenuhi emas dan berlian bergerak ma
Atuh susah Ria mengurusn
ndiin. Dia sudah bisa sendiri semua," balas ibu mertuaku tidak mau kalah.
mpan masuk ke dalam rumah sambil tersenyum. Kedua mata kami saling pandang dan mengunci. Si anak lelaki nampa
enyum. Sengaja kusambut anak kecil itu, lalu menariknya untuk duduk d
Nama kamu siapa?" tanyaku sekali la
bnya sambil m
sini?" tanyaku berbasa-basi. Jujur, lidahku kelu
ajah dibuat selembut mungkin. Ibu mertuaku mengangguk. "Jangan sampai terbujuk Ria, Win," ujarnya lagi membuatku sampai membuka mulut tak percaya. Sampai seperti itukah ibu mer
itu. Kenapa bisa secepat itu mereka dekat? Ah, iya. Raka adalah
ku berbalik manatap suamiku yang te
ke Kasur!" ujarku mempringatkannya. Lelaki itu mendengkus kesal, lalu dengan langkah malas berj
tanyanya saa
adopsi di rumah ini. Kenapa masih saja mem
a siapa. Kalau kamu keberatan, maka akan ada pembantu khusus yang
tul itu. Aku hanya mau kamu sehat dan berhasil memeraw
u bukan hanya sekedar urusan seks! Aku tak menyangka, istriku otaknya sem
selama enam tahun. Kamu egois!" aku tak bisa menahan air mata yang jatuh perlahan membasahi pipi ini. Sebenarnya a
p Mas Edwin dengan ketus, lal
sam