Aku sudah tak berminat dengan kalungmu, Mas. Aku mau pulang saja!" ucapku ketus sambil menahan air mata. Kutinggalkan ia yang terkejut atas respon dan kepergianku. Tas belanja pun aku tinggalkan
auh sementar dari Mas Edwin adalah salah satu cara aku mengobati rasa sakit hatiku. Entah apa yang ada di dalam pikirannya? Tega sekali menukar
emput penumpang. Sempat kumenoleh ke belakang untuk melihat di mana posisi suamiku. Namun tida
ilihan tepat di hari sabtu. Toh, Mas Edwin tidak bekerja besok. Aku memilih menen
agi. Aku butuh teman curhat, tetapi tidak mungkin dengan kedua orang tuaku. Mereka pasti tidak akan terima jika tahu, bahwa anaknya masih perawan sampai saat ini
paruh baya itu cukup kaget. Kegiatan memangkas daun kering dan
ani. Kuletakkan bokong untuk melepas penat di kursi taman yang sudah di alas bantal kecil berbentuk buah jeruk. Segelas jus melon yang ada di atas meja, langsung saja kuminum un
untuk membawa anak dan istrinya kemari. Maria k
berikan. Aku menggeleng, lalu bangun dari dudukku untuk segera naik ka lantai dua. Kamar kes
gar kepalaku tidak panas memikirkan ide konyol dari Mas Edwin. Kuberjalan ke arah ranjang, karena ponselku berada di sana. Benar saja, masih n
assalama
na, Maria? A
a. Mau nginep dan
in dulu? Pulang! Aku
in sendiri dulu sambil mem
berinisiatif adopsi anak. Biar kamu gak kesepian
ai istri. Kalau pun aku mengurus anak, aku maunya anak dari suamiku. Anak kita, bukan anak orang
atas ranjang. Isi kepalaku tak sanggup memikirkan ucapan Mas Edwin yang menurutku sangat egois. Biarlah d
sedang ada tugas keluar kota. Suasana hangat memenuhi isi rumah. Nampak sekali jikalau mama sangat senang dengan kehadiran dua cucunya
si. Mama membantu menidurkan Dea anak sulung Reno yang berusia tiga tahun. Sedangk
padanya. Fokusku saat ini ada pada film
masalah'kan?"
apa emangnya?" tanyaku balik. Aku berusaha bersikap bias
u melihat Mas Edwin di rumah sakit, M
ngganannya seperti biasa," jawa
poliklinik kelamin dan
ra dengan kabar yang dibawa oleh adikku. Benarkah suamiku
angnya Mas Edwin
dia berobatnya ke sana," jawabku asal. Tak mungkin a
an masuk dari Mas Edwin. Ternyata tidak ada, tetapi ada tiga pesan masuk dari mertuaku. Tiba-tiba saja perasaan tidak nyaman me
n jadi mengadopsi anak temannya.
arus menurut apapun yang dilakuka
g agar kamu segera memiliki an
ari mertuaku, yang kini aku rasakan adalah kepala dan hati
?" pandangangku pun menggelap. Aku hara
sam