*
berhubungan lagi. Aku melakukan itu demi menjaga keutuhan rumah tangga putriku, Olivia. Setiap kali
lam tiba, dia menggedor-gedor pintu kamarku. Ketukannya di pintu itu membuat aku takut. A
s? Kita sudah be
s ke arah menantuku. Rambut pria itu berantakan tetapi masih begitu tampan di mataku. Aku terlalu terpukau pa
. Romeo semakin agresif. Dia memaksa aku menanggalkan bajuku
elama ini kita sering begini di belakang mereka." Waktu aku bicara begitu, Romeo berh
rahku pada pria muda amat besar. Aku mencoba mengusir perasaan itu. Namun aku tidak sanggup kalau Romeo terus memelas belaian. Aku tidak pern
dak bisa menghentikan perasaan ini. Aku benar-benar tidak sanggup menjalani kehidupan begini. Ka
n takdir
nya itu semua. Tidak ada! Rugi aku meneteskan air mata jikalau aku belum mampu menolak p
g, jangan dekati aku lagi. Ini tidak ben
mbelenggu badanku. Aku menoleh sampai mataku menangkap bulu dada pria itu. Ak
ku enggak mau Olivia pergoki
n. Aku ka
h kesalahan besar dalam hidupku. Biasanya Romeo kembali ke kamar Olivia saat subuh akan tiba. Kam
ang kamu mau. Sekarang kamu tinggal
ya kemudian keluar dari kamar milikku. Sebelum meninggalkanku, pria itu
n terus begini. Kamu adalah takdir
ri Romeo, dia sama sekali tak mau melepaskan aku. Dalam keadaan begini, aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku serba salah.
*
. Aku melangkah keluar kamar ketika aku mendengar perdebatan putri dan menantuku. Aku menggeleng, mere
dingkan aku dengan mamaku?
an aku dalam pertengkaran mereka. Aku punya firasat buruk akan hal ini
triku ketimbang kamu. Aku bosan dimarahi terus sama kamu, Liv.
i bukan waktu yang tepat untuk membahas hal itu. Olivia diam sejenak. Dia memperhatikan aku dan Ro
ya hubungan sama suami kamu, Nak." Aku berusaha menghindari tatapan tajam Olivia. "Romeo adalah menantu mama
a bisa saja melakukan itu sama Mas Romeo.
n bersalahku. Mataku tiba-tiba menggenang air mata. Aku mengalihkan pa
a bo
ur. Mama hanya tidak m
Liv. Aku terpaksa selingkuh dengan dia karena bosan bertengkar dengan kamu. Aku tidak bisa dio
a. Dia terisak, aku mencoba menenangkannya tapi Olivia menepis tanganku. Dia tidak mau aku menyentuh kul
pembenaran atas perbuatan kami. "Perselingkuhan antara aku dan mamamu bermula dari kamu, Liv. Kalau saja kamu memperla
di dalam kamar. Namun aku tidak bisa meninggalkan Olivia dalam kea
Jangan teruska
ku. "Tidak bisa, Han. Dia harus tahu di mana letak kesalahannya
punya seakan telah habis mengetahui fakta perbuatan aku dan Romeo. "Seandainya kamu bisa lebih bersabar, Liv. Bisa meny
Sudah puas bikin aku begini? Aku enggak percaya mama bisa kayak gini." Olivia sesenggukan
tetapi kenapa ma
benar-benar tersakiti. "Ini bukan s
ekati Romeo, memberikan satu tamparan setelah itu tangisannya kembali tumpah. Olivia meningg