elah melecehkannya. Dia geram karena tak juga menemukan orang itu. Vi
uar biasa. Sungguh jika dibiarkan maka orang yang melakukan hal itu akan
ena mungkin merasa malu jika kejadian itu diketahui oleh orang lain,
dia melihat sosok yang tadi benar-b
elaki yang terlihat kikuk sambil memegangi topi itu. Lelaki
a jaket kulit itu berusaha menyusulnya.
uh orang lain lagi. Aduh! Moga aja nggak bakalan ketemu lagi. Kalau beneran ketemu, p
Mungkin karena ini hanya jalan kecil, bukan jalan raya. Ditambah sudah masuk jam
adi langsung menoleh sekilas, mer
a sesuatu yang ada di hadapannya. Vio
U
sungkur mencium trotoar. Bagaimana bisa tenaga seorang wanita sekuat i
kebencian. Saat ini dia benar-benar ingin mengumpat
kit, ganti melihat Vio dengan tatapan marah. Sun
di Minimarket. Masih nanya kenapa?!" tuduh Vio. Gadis
a bilang? Lo nggak ada bukti!" tampik si pria. Dia merasa percaya d
saya nggak punya bukti? Bahkan saya bisa memberikan bukt
tetapi dengan sigap, Vio langsung menangkap kepalan tangan pria itu dengan sebelah tangann
erti Vio bisa membuatnya kesakitan. Ternyata tendangan tadi bukanlah ha
ayangkan pukulan dengan tangan yang satunya. Namun, n
ara saat ini juga. Biar nggak ada korban lainnya!" ancam Vio. Dia memiliki traum
t menunduk karena kesakitan. Dia tak mengira jika pria itu aka
anpa ingin babak belur, akhirnya
a, mending kabur saja,' uca
ari!" ter
u yang dipakainya. Si pria mengadu ketika benda s
rasi!" Vio kemba
ini posisi si pria tengkurap dengan Vio terduduk di atasnya. Vio mencoba mengikat tangan
ka berdua dikejutkan oleh suar
sa malas bertemu lagi dengan lelaki yang dia tuduh tadi,
angan si pria ke belakang lantas beralih melihat
m posisi seperti itu sungguh memalukan. Dia sedang berada d
angsung," ledek Brian. Tidak mungkin dia mengatakan jika dirinya kepo dengan apa
olisi. Meski kasusnya harus ditindak lanjut lagi. Vio dapat bernap
gah berada di depan kantor polisi. Vio menunggu taksi s
ini tengah meneguk kopi yang berada dalam bo
. Tapi memang benar, circle pergaulannya yang selalu dengan kalangan atas,
arusnya cepat diberantas, supaya nggak ada korban lainnya." Vio dengan mata abu-abunya
seolah ingin melindungi gadis ini?' Brian menggelengkan kepalanya
am
taksi yang dipanggilnya lewat aplikasi online tadi sudah datang. Brian
ih." Hanya dua kata, tetapi mampu membuat Brian kehilangan logik
a yang terjadi dengan dirinya? "Ada apa
kan Azzura, pasti karena itu. Memikirkan Azzura, senyum di bibir Brian mengembang. Pasti saat ini Azzu
dang pusing mencarinya. Dia sengaja mematikan ponselnya, agar istrinya tak menghubunginya. Bukan karena
tadi? Apa aku sudah menanyakannya?" Brian membelokka
Untuk sesaat Brian sangat jijik dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia memikirkan
la terang, tandanya Azzura masih terbangun. Mun
ruang tengah. Segera lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya.
membeli rambutnya dengan lembut. Menyingkirkan ana
i Brian. Azzura sangat pintar merawat badan dan juga wajahnya, serta
akitimu, karena aku takkan pernah sanggup," lirihnya. Dia tak ingin me
menggendongnya ke kamar. Meski rasa marah pada istrinya belum juga reda,
terbuat dari kaca. Begitu lembut dan juga hati-hati. Takut jika dia perlakuan dengan keras maka akan
atapan, sengatan-sengatan itu masih sangatlah terasa. Panggilan merdu Azzura, terdengar sangat
i dia sedang menghukum istrinya. Dia menginginkan Zura malam ini. Zura pun sepertinya memikirkan hal
bundarey_