an Retno, Han? Kalian berdua itu perempuan. Mana Niko mas
ngan Syahnan kemarin dulu, berujung pada pengusiran Syahnan pada putrinya sendiri. Syahnan marah besar karena Jihan tidak bersedia kembali pada Tommy
emang tidak membawa apapun dari rumahnya bersama Tommy dulu. Putrinya itu keluar dari rumah hanya dengan membawa pakaian yang melekat di badan. Begitu juga dengan Niko. Makanya r
han mau menerima sekardus besar peralatan masak dan makan. Begitu juga dengan televisi dan kulkas yang tadi baru saja diantar dari toko. Jihan tidak kuasa menolak saat ia mengatakan bahwa Niko dan calon cucunya yang akan lahir, pasti akan memerlukannya. Makanya Jihan terpaksa me
erat Wiranata. Dan sekarang, dalam keadaan hamil besar seperti ini, putrinya ini harus berjuang hidup di rumah kontrakan yang h
ih memiliki panca indera yang sempurna, Jihan pasti bisa me
anya mempunyai budget sekian rupiah untuk mengontrak rumah. Sisa uang yang ia punya rencananya akan ia gunakan untuk me
u lebih maksimal," keluh Bu Rianti sedih. Setiap kali Rianti memandang seanter
gat membantu Jihan. Jihan janji, setelah keadaan Jihan stabil,
dengar penolakan sang ibu, Jihan segera menghampiri sang ibu yang tengah duduk selonjoran di atas sehelai tikar. Dikarenakan perutnya
han sendiri untuk bertahan hidup di luar. Bantu Jihan untuk membuktikan pada ayah kalau Jihan akan mempertanggungjawabkan kata-kata Jihan sendiri. Jihan tidak ingin berbuat curang. Bantu Jihan
annya dengan Diana belum terlalu jauh. Mereka tidak pernah berhubungan intim bukan? Ingat, Han.
Lagi pula, apa Ibu percaya kalau laki-laki dan perempuan dewasa seperti Tommy dan
n, ia sudah terbiasa bermain dengan perasaannya sendiri. Membohongi dirinya sendiri dan menyelingkuhi hati nuraniny
i Jihan, sebisa mungkin akan Jihan tutupi. Tetapi dengan Jihan terus menutupi kebusuk
kamu tutup-tutupi dari kami
dan Diana saja. Tetapi karena Tommy suka jajan di luar sesekali, Bu." Dengan apa bole
tidak mengira kalau Tommy berkelakuan seperti itu." Bu Rianti kaget. Sungguh, ia tidak p
ti dan emosi Jihan sedikit mereda, Jihan sempat ingin memberi Mas Tommy kesempatan. Tapi kebenaran lain akhirnya muncul. Keesokan harinya masuk beberapa chat lagi dari beberapa wanita yang pernah Mas Tommy pakai. Mereka menanyakan kapan Mas Tommy membooking mereka lagi. Sejak saat itu, Jihan telah mengambil sa
ceritakan aib suami sendiri. Ada rasa sedih, sakit hati, terutama rasa malu, karena merasa suami lebih
. Mana mungkin Jihan ujug-ujug memi
ganya. Sebelum keputusan itu ia ambil, matanya setiap malam kuyub oleh tangis tertahan. Hatinya berdarah setiap kali mengingat chat-chat panas Tommy dan Diana. Sungguh tidak mudah baginya me
sekuat itu. Memang bantalnya tidak pernah basah. Tetapi setiap malam, sajadahnya lembab oleh tetesan air matanya. Hanya diujung sajadahnya sajalah dirinya meminta kekuatan kepada Yang Maha Kuasa. Setiap kali ia gamang akan masa depan, ia akan ber
u, kebahagiaanmu adalah segala-galanya. Jangan menangis lagi, Anakku. Ada Ibu bersamamu, selalu." Bu Rianti memeluk putrinya erat. Luka menganga di mata Jihan melukai perasaan keibuannya.
elama ini ibunya tidak pernah memeluknya seerat ini. Dan kini mendapati pelukan seha
*
aknya warung ini tidak jadi sa
Padahal kemarin si pemilik warung telah setuju untuk menyewakan padanya. Harga sewa juga telah mereka
sudah menempah stealing dan peralatan masak lainnya lo, P
ele ini. Ia memang bisa saja menyewa tempat lain. Tetapi lokasinya belum tentu sestrategis ini.
enawarkan harga yang sangat tinggi. Warung saya ini aka
mran ini. Pak Imran sudah lama menjual nasi goreng. Hanya saja sekarang Pak Imran sudah sakit-sakitan dan ingin menikmati hari tua di rumah saja. Anak-anak Pak Imran juga sudah sukses-sukses semua. Mak
warung saya. Panjang umur Pak Azzamnya." Air muka Pak Imran
n sedih. Berarti warun
ihan. Pak Imran mengangguk. Namun pandangannya sudah tidak fokus lagi padanya. Pak Imran tengah meman
. Ketika ia berpapasan jalan dengan Azzam, ia melirik sekilas. Bertepatan dengan itu sosok yang ia lirik juga memandangnya. Pandangan mereka sejenak berbenturan di udara. Namun Jihan segera membuang pandangan. Tidak pantas rasanya ia memelototi orang yang tidak punya salah apa