kannya pada Tommy. Saat membungkuk di depan rak sepatu, Jihan meringis. Kandungannya telah
pulang sih?" Tommy menerima sepatu dari Jihan. Memakainya tergesa karena r
nguknya hari ini bersama Mas dan Niko. Karena Jihan pikir kalau hari Jummat, Mas pulan
Tommy malah sibuk membalas chat-chat yang berbunyi tiada henti. Walaupun demikian, Jihan tidak putus
aha memanjangkan sabarnya. Entah mengapa, akhir-akhir ini suaminya sering kali emosi hanya karena hal-hal sepele. Sebagai istri
entah kapan sekali baru akan berlangsung," Tommy mendecakkan lidah. Jihan ini kalau sudah punya mau
engalah. Untuk apa juga pergi bersama Tommy, kalau orangnya saja tidak niat. Daripa
mil besar. Hati-hati menjaga kandunganmu. Minta
cukup rapi, ia mengembangkan kedua tangannya ke arah Niko.
ek ya?" Kepala mungil dalam dekapan Tommy mengangguk menggem
u nanti kamu sudah tiba di rumah ibu, kabari M
dulu ya?" Tommy mencium
mbalas lambaian tangan putranya sembari melangkah menuju garasi. Sejuru
ia mampu mengasuh anaknya sendiri, maka akan ia lakukan. Toh Yang Maha Kuasa telah menganugerahinya sepasang kaki dan tangan yang sehat dan kuat. Kecuali mungkin saat bayi dalam kandungannya ini lahir bulan depan. Saat itu, mau tidak m
k Nanik datan
tar ya, Bik? Saya mau m
ari menghidupkan televisi. Saat melihat tayangan Ipin dan Upin, Niko past
rok lebarnya. Jihan membuka lemari pakaian. Memandangi susunan pakaian sejenak sebelum meraih sebuah kulot dan sweater berwarna moka. Dengan cepat Jihan mengganti pakaiannya. Setelah rapi, ia meraih pasmina berwarna coklat tua yang simple namun anggun. Lima menit kemudian tampilan c
rtingkah seperti anak SD yang takut terlambat masuk ke dalam kelas. Saat ia akan menutup pintu, pandangannya tertuju pada ponsel suaminya yang sepertinya tertinggal di meja kerja. Lihatlah, saking buru-burunya po
ung Jihan mendadak berdebar. Apakah selama ini suaminya memiliki dua ponsel yang tidak ia ketahui? Dengan perasaan bercampur baur, Jihan berusaha membuka ponsel itu. Terkunci! Jihan mencoba membukanya dengan password suaminya yang biasa. Tidak terbuka. Jihan berpikir keras. Menduga
car suaminya. Diana ini baru enam bulan lalu bercerai dari Wahyu, suaminya. Wahyu berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri, Tania, dan menceraikan Diana begitu saja. Padahal sudah ada seorang anak perempuaninya. Ia menangis meraung-raung di sana. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Diana sejaha
a, berlari mendatangi asal suara dengan Niko dalam gendongannya.
erit-jerit histeris. Ia manusia biasa. Seorang perempuan yang kebetulan tengah hamil besar pula. Hormonnya menggelegak meminta pelampiasan penyaluran emosi. Namun ia sadar,
u?" Nanik tidak yakin kalau nyonya mudanya ini baik-baik saja. Tangisan penuh luka dan matan
mudanya juga. Tapi ia bermaksud berdiri di depan pintu ruang kerja tuan mudanya ini saja. Jadi apabila terjadi hal-h
sekeji ini. Ketika ia membaca chat sekitar satu jam lalu soal reuni, pahamlah Jihan mengapa Tommy membohonginya. Ternyata Diana yang memang satu sekolah dengan Tommy du
ntuk mengunjungi ibunya. Ia bahkan tidak minta diantar oleh supir. Satu tekad kuat telah tumbuh di hatinya. Ia tinggal me
*
engadakan reuni di Starbuc*. Tanpa membuang masa, Jihan segera melangkahkan kakinya ke tingkat dua mall. Emosi telah membuat fisiknya yang biasanya ringkih menjadi lebih ku
sedari kecil. Kedua orang tua Haikal dan Tommy mempunyai perkebunan kopi besar di Desa Sukawangi. Dulu sewaktu ia berpacaran dengan Tommy, ia pernah ke perkebunan beberapa kali. Makanya ia mengenal Haikal. Haikal juga mempuny
keluar dari rongga, saat ia melihat Diana mengelus-elus rahang Tommy mesra. Benar-ben
eman sekelas Haikal. Tingkah polah keduanya juga tidak kalah mencengangkan. Mereka berdua tampak terus berusaha menye
yak sekali perempuan-perempuan yang bertebaran di sana sini. Tommy memang seorang pembohong ulung. Lihat saja, ia akan me
nita muda yang memanggilnya. Ah, ia ingat garis wajah sendu ini. Sepertinya gadis cantik ini adalah Kanaya. Walaupun telah sepuluh tahun tidak berjumpa, wajah Kanaya tidak banyak berubah. Ia tetap cantik dan anggun seperti dulu.
kah dengan Haikal? Mbak kemarin dulu melihat photo pernikahanmu dan Haikal di
uk keningnya sendiri. Ia menjadi linglung karena telah
yang menjawab. Maaf ya, Nay. Mbak agak-agak
g terkesan terus mengganggu Haikal di dalam gerai kopi. Pasti Ka
na dan Tommy, Jihan merasa emosinya kembali naik ke titik tertinggi. Ia akan menghabisi mereka berdua. Dengan adanya Kanaya, itu lebih membesarkan hatinya. Setidaknya ada seora
," desis Jihan geram. Ia menarik tangan Kanaya agar mengikutinya masuk
n kecerdasan kita, Mbak. Ingat, yang salah bukan hanya wanita itu, tapi Mas T
dalah Tommy. Seberapa hebat pun seorang perempuan menggoda, kalau imannya kuat, pasti tidak akan kejadian. Buktinya ya seperti Haikal tadi. Kedua wanita itu begitu beringas menggodanya terang-terangan, namun Haikal terang-terangan menolak.
ya. Hanya saja ia masih belum bisa menerima kenyataan. Kilasan-kilasan kejadian beberapa bulan lalu, semuanya berdesakan dalam benaknya. Mereka seakan berlomba-lomba ingin mengeje
. Mbak hanya sakit hati
na suaminya ingin menikahi sekretarisnya. Enam bulan lalu, Mbak siang malam menghiburnya. Membesarkan hatinya. Tapi lihat? Bagaimana balasannya pada, Mbak? Wajar 'kan kalau Mbak ingin mengunyeng-unyeng dirinya?" adu Jihan s
arkan baik-baik kata-kata saya. Seberapa pun jahatn
at ia ingin menyangkal kata-kata Kanaya, mengangkat tangannya
an Mbak ke pihak yang berwajib atas dasar penganiayaan. Jika bukti visum membuktikan kal
a tetap bersikeras melabrak Diana. Ya, ia tahu kalau melabrak Diana selain bisa membuatnya masuk penjara, ia juga hanya mempe
Tangisnya yang tadi hanya berupa lelehan air mata tanpa suara, kini berubah menjadi isakan-isakan kecil. Akibatnya Niko
ini ia mengalah. Untuk pertama kalinya, ia akan membuat satu keputusan besar tanpa campur tangan siapa pun.