pertamanya dibagian itu, ia juga harus membawa serta Bari. Wanita yang itu masih berusia 26 tahun, menggandeng tangan pu
berjalan ke satu wanita berhijab yang sudah berdiri di l
Diva?" tanya Amara ramah dan
mengangguk. Diva mengulurkan tangan seraya mempe
rus membawa putra saya bekerja. Maaf kalau
?" Diva mengusap kepala Bari. Bari mengangguk pelan. Ia mengeratkan gandengan tanganny
berinteraksi dengan orang lain, karena Amara begitu
dan menjelaskan beberapa hal kepada calon pembeli. Ia meminta Bari duduk di tempat yang sudah disiapkan Diva, ya
pria dan dua wanita. Ke empat pria masih baru lulu
n ini kok, kalau mau lihat Bunda, intip sedikit aja. Bunda di sana, o
nggil Bari, Amara
Bun?" Bari menunjuk ke ara
ab kalau ditanya orang yang nggak kamu kenal. Bukannya
us hati-hati," jawab Bari melanjutka
elana panjang, membuat pelayaknya wanita pekerja kantoran yang modis. Bari tersenyum, ia lalu memilih membaca buku dan komik
*
rahat setengah jam. Ia duduk, lumayan pegal kakinya karena berdiri empat jam. Ia makan siang dengan bekal yang dibawa. Hanya
an cucunya makan seadanya. Amara, jelas ia menolak reaksi tak tega itu
m bisa kasih menu lengkap, seenggaknya Bari nggak kelaparan. J
jawaban Amara jik
segera duduk. Amara tersenyum. "Uda
di rumah Kakek sama
menin Bunda di sini?" Amara balik
k bisa bedain mana yang baik sama jahat,"
da nanti berdiri di sana lagi, kamu bisa lihat ke sana,"
un
toleh
Bun, baik apa nggak?" Bari bersandar di bahu Amara. Anaknya begitu terkejut saat di
kayak di sekolah lama. Anak kelas dua SD harus kuat ya, jan
ga dekat dengan rumah kedua orang tuanya. Saat hari sekolah, Bari akan dijem
ah yang disewa Amara juga tak beg
dengan wajah yang tampak bahagia. Bocah it
ma Ayah,
E
pertanyaan Bari. Hanya senyuman yan
mah terus? Bunda yang
kan uang sisa pesangon mantan suaminya yang juga terus merongrong warisan tanah keluarganya yang belum laku terjual. Amara malu dengan kondisi itu. Dengan ban
ahaan pembiayaan kendaraan. Tapi di tolak mentah-mentah, dengan alasan, ia tak mau mulai dari awal. Set
ra hanya melihat kemalasan. Mantan suamin
*
eka ditugaskan tetap di mall sampai tutup dan merapihkan stand pameran. Bari menggandeng tangan Amara. Ia me
nggak badan kamu?" lirik Amara. Bari ha
mara duduk dan merangkul bahu putranya itu. Mereka sedang
uanya, tapi hati kecilnya justru merasa tak enak. Amara tak ingin kedua orang tuanya mendapat gunjingan tetangga, karena terlihat mengasuh Bari, di saat ia bekerja mencari nafkah dan ju
Ayo kita pulang!" Amara beranjak. Tampak Bari sudah m
usap pelan kepala Bari. Tak pernah ia membayangkan akan menjalani hal itu dengan Bari. Bayangan pernikahan
gan rasa optimisnya untuk bangkit dan menjadi sukses
antuk, ia meminta putranya itu naik ke punggungnya, perlahan ia berjalan, melewati rumah warga lain dan me
?" tanya ibu-ibu yang se
mengingat-ngingat apa ia masih punya stok susu dan roti untuk Bar
uara Bari
n karena laper, y
ari meminta turun dari punggung Amara ketika tiba di depan pagar. Dengan cepat Amara membuka paga
, walau roti tak ada. Bari membuka jaketnya, ia lipat lalu meletakkan di
kai telor ya, Bar, mau?"
nduk, lalu berjalan ke dalam kamar mandi, ia
satu untuknya dan satu untuk Bari. Ia membawa dua m
emberikan sendok dan garpu, tak lupa ia memyala
diam, karena tadinya mau membeli dengan mencicil setelah ia menerima gaji pertamanya, namun kondisinya memang kontrakan itu panas walau sudah memakai kipas ang
indah ke sini ACnya," jawab Amara. Bari tampak senang, keduanya menikmati makan malamnya la