uatku teringat sosok ayah yang bahkan tak pernah kuketahui siapa dirinya, ibu sangat cantik dengan gaun hitam itu ia tersenyum lembut padaku memamerkan senyum terbaiknya membuatku seketika senang me
a spontan aku mengangguk paham menatap wajah ibuku yang tersenyum begitu ceria hari ini, mengisyaratkan b
suka menangis"lelaki itu hanya tertawa singkat lalu menat
lelaki kurang ajar jika melakukan itu"aku tertegun mendengar kata-katanya yang
kesepian aku tau kau akan menikah denga
rti peramal nak. apa
untuk bekerja dengan begitu aku bisa melihat ibu tersenyum setiap hari"Lel
itu tertawa sedikit menolehkan pandanganya pada ibu yang wajahnya memerah m
wanita yang manis kau pasti beruntung memilikinya"entah apa yang ada dibenakku namun aku mengatakan itu tanpa berpikir tiba-tiba k
gi kau akan mempu
u tiba-tiba memotong pembicaraan membuat ka
ku bicarakan"aku mengatakan sejujurnya entahlah ibu marah atau tidak namun jujur aku sangat tak nyaman
ngomong siapa namamu boy terlalu senang
luarkan air mata, aku sangat heran kenapa lelaki itu tertawa apa ada yang aneh dengan namaku?, jujur aku tak meras
lu-malu, sambil menunduk layaknya gadis desa, hei nak mengapa nama panjangmu Hasanama Bhatory namun kau ingin dipanggil Zain H
permalukanku dide
-tiba muncul dipikiranku dan mampu membuat k
gai ayahmu?"aku mengganguk menatap w
ibuku, jangan membuatnya menangis dan saya
e
engan ucapanku membuatnya men
ku percaya bahwa kau i
**
an kenangan semata tanpa mampu dipertahankan lebih lama aku yang melihat ibu pergi ditengah malam yang kupikir hanya akan pergi mencari angin nyatanya
atang mengedor pintu dengan keras bahkan nekat memanjat jendela kamar, aku tak mau makan sudah kubilang padanya aku hanya ingin ibu, aku akan makan ketika ibu datang dan jika selama itu
kepintu, menatapnya kosong beberapa saat terdiam hi
kan masuk ta
s adalah pecundang, aku tak ingin paman melihatku menangis karna aku tak ingin dikat
ini ibumu akan sakit juga kudengar insting seorang ibu it
il lainya, aku hanya ingin ibu disini, bawa ibu kesini paman aku sangat merindukanya"tangisku semakin p
telah ibumu pergi
pergi"dibalik pintu mungkin paman Rio sedang memik
tak akan kembali"tangisku semakin mengaum dibalik kesunyian malam rumah megah ini, kenapa paman Rio begitu tega enta
jukmu untuk mendengarku"aku hanya terdiam menatap pintu itu, sama sekali tak ada niat membuka
afkan aku telah menjadi
k
in, paman Rio berjongkok mensejajarkan tingginya denganku tersenyum sangat tulus setelah berhari-hari hanya tatapan benci yang sering ia berikan, teri
dari tatapan mata paman Rio, aku tak suka tatapanya sangat
kau tak akan menemui ibumu kau akan tinggal disini bersamaku dan aku berjanj
pun yang bisa menggantikan ibu Elena dihatiku, tidak akan ada paman..."paman Rio tersenyum tulus matanya na
intai, maafkan aku telah membuat ibumu pergi"paman Rio memelukku begitu erat aku hanya terdiam tanpa berniat memba
-apa, ibu bilang aku adalah lelaki dewasa yang selalu mengerti diriny
ini, namun Zain jika kau telah besar nanti jangan pernah
mengingatkanku betapa senangnya kita bersama ibu membuatku semakin menangis mengingat ibu benar-benar egois telah meninggal
mkan itu dan berjanji tak akan menyebut ibu
menghapus ingat
rgi hanya akan membuatmu menderita, lupakanlah sejenak semua akan baik-baik saja tanpa ibu Elena"aku mel
k bisa
melupakan kita mencob
angi ibu aku ingin
rti bayi yang linglung tanpa ibu
bahwa kau menyesal telah membuat ibu pergi seolah-olah kau ya
ana hari-hariku nanti, kehilangan bukan berarti kita harus terus bersedih
mu paman, aku akan menco